Salah satu acara di RRREC Fest In The Valley 2016 adalah pertunjukkan musik. Tidak ada kelas 1, VIP, dan lainnya ketika menonton musik di sini. Silakan cari tempat ternyaman masing-masing. Mau sambil makan, tiduran, atau duduk juga boleh. Asalkan jangan nyampah :)
Ngadem ... Biasanya, kami kalau ke Tanakita memang buat ngadem. Lagi suntuk tapi bingung mau kemana, ya udah ke Tanakita aja. Ngadem di tempat yang sunyi. Kalau di Tanakita lagi rame (biasanya kalau lagi ada gathering perusahaan, sekolah, atau keluarga besar), kami memilih nge-camp di area Tanakita lainnya kayak Rumamera atau Riverside. Kayaknya cuma kehadiran GAC (Gamal, Audrey, dan Cantika) yang berhasil membawa saya datang ke Tanakita untuk menikmati keramaian performance mereka sesaat hehehe. Saya belum pernah tahun baruan di Tanakita. Karena pasti sangat ramai. Di Tanakita juga ada event tahunan, namanya RRREC Fest In The Valley. Biar gak ribet, dibacanya Rekfest, ya.
RREC Fest In The Valley adalah sebuah festival dalam format paket liburan akhir-pekan / weekend getaway – music camp, berisikan rangkaian program yang meliputi: pertunjukan musik, pemutaran film layar tancap, residensi seniman, workshop, bincang-bincang, program anak, dan teater. - Sumber: http://rrrec.ruangrupa.org/2016/id/beranda-id/ -Tahun ini adalah tahun ketiga, Ruang Rupa bekerjasama dengan Tanakita menggelar RRREC Fest In The Valley. Dan, baru kali ini kami sekeluarga hadir di sana. Itu juga karena suami termasuk yang ikut ngurusin event ini. Beberapa hari sebelum hari H bahkan sudah ada di Tanakita. Saya yang emang dasarnya gak pernah bisa ditinggal suami walaupun cuma semalam, berinisiatif nyusul, dong. Jadi, kehadiran saya dan anak-anak di sana itu awalnya cuma buat nyusul suami hahaha.
Ternyata, saya sangat menikmati RRREC Fest In The Valley!
Festival ini diselenggarakan selama 3 hari, yaitu 9-11 September. Saya dan anak-anak baru datang di hari kedua karena sayang banget kalau anak-anak sampe bolos di hari Jumat *Tapi kalau tau eventnya bakal keren kayak gini, sih, tahun depan kalau diselenggarakan lagi kayaknya anak-anak disuruh bolos aja. Ups! :p*
Gara-gara festival ini juga saya jadi gak bisa tidur semalaman sebelum berangkat ke Tanakita. Karena sejak menikah, saya belum pernah bepergian jauh tanpa suami. Kan, jadinya deg-degan banget. Kalau ketinggalan kereta gimana? Bisa gak ya bawa anak-anak ke luar kota tanpa suami? Apalagi saya pernah kecopetan di dekat stasiun Bogor. Makinlah saya deg-degan dan takut. Alhamdulillah, ketakutan saya perlahan sirna karena sepanjang perjalanan dilancarkan.
[Silakan baca: HP Hilang dan Firasat]
Sampe Tanakita, beberapa workshop sedang berlangsung. Saya pengen banget ikut workshop photography, tapi pas sampai sana workshop udah hampir selesai. Sayang banget, ya. Beneran harus dari hari pertama nih datangnya :D
Camping, Kuliner, Musik, Talks
Selain ramai, alasan lain kenapa saya (sempat) malas datang ke RRREC Fest In The Valley adalah saya gak banyak tau line up nya. Ya, awalnya saya mengira kalau ini hanyalah festival musik indie. Ketika panitia festival mulai mengumumkan satu per satu line up festival tahun ini di IG, saya mulai mencoba cari tau performancenya di YouTube. Dan, gak ada satupun yang saya suka! *Maaf, yaaaa* Saya memang penggemar musik komersil. Meskipun gak semua musik komersil saya suka. Tapi musik indie lebih gak akrab lagi di telinga saya.
"Heran, di sini kok menikmati performance semua yang tampil, ya? Padahal kalau gue denger di YouTube kayak gak suka."2 orang pria yang tidak saya kenal sedang bercakap-cakap di dekat saya. Lha, kok sama persis dengan yang saya rasakan? Jadi seperti mendengarkan suara hati hahaha. Saya juga bukan penggemar sepakbola. Tapi pernah sekali diajak nonton langsung pertandingan sepakbola di istora Senayan dan saya sangat menikmati suasananya. Tegangnya, teriakannya, semua kehebohannya saya ikut merasakan seperti ribuan penonton lainnya.
"Ya itu ibaratnya lo gak suka sepakbola tapi begitu lo nonton langsung di lapangan pasti bakal suka, deh. Karena rasanya beda."
Begitulah yang saya rasakan di festival ini. Mungkin saya bukan penikmat sejati. Tapi kalau melihat langsung, saya pun bisa ikut larut. Memang gak semua performance saya bisa nikmati. Ada segelintir performance yang tetap asing di telinga saya. Sebagian besar saja yang bisa saya nikmati.
Konsep RRREC Fest In The Valley ini memang unik. Tiket untuk festival ini tidak dijual harian. Tapi selama 3 hari 2 malam, seluruh peserta akan merasakan camping, menikmati musik, ikut talkshow, dan lain sebagainya bersama-sama. Untuk area camping ada di beberapa lokasi Tanakita. Untuk lebih jelasnya, Sahabat Jalan-Jalan KeNai bisa lihat di IG RRRec_Fest.
Tanakita Pinus Camp
Pinus adalah salah satu camp area Tanakita dan kami menginap di sana. Saat festival, yang menginap di pinus camp boleh membawa tenda sendiri. Tapi bila menggunakan tenda Tanakita akan dikenakan biaya tambahan. Tidak ada listrik, kasur, dan sleeping bag di setiap tenda. Yang ada hanya matras. Buat kami gak jadi masalah tidur beralaskan matras. Kalau naik gunung kan tendanya juga cuma beralaskan matras. Lagipula hutan pinus itu tanahnya empuk karena tertutup daun kering. Jadi berasa pake karpet hehehe. Paling yang rada ribet memang urusan nge-charge. Biasanya, segala gadget kami charge malam hari. Di Pinus Camp gak ada listrik seperti halnya di camp area Tankita yang lain. Listrik hanya ada sentral di tempat ngumpul. Karena di tenda gak ada listrik jadinya numpang ng-charge di kantor Tanakita.
Udah gitu, suami saya lupa bawa sleeping bag. Jadilah semaleman rada kedinginan. Segala baju dan celana dikeluarin untuk nutupin badan. Jaket juga udah dipake. Beruntung nginepnya di hutan pinus. Kalau di area yang lebih terbuka kayaknya bakal lebih kedinginan hehehe.
Selama festival, hujan beberapa kali turun. Malah terkadang deras tapi gak menyurutkan antusias para peserta untuk tetap menikmati festival. Pastinya lagi kalau ikut festival ini harus siap fisik. Turun naik lembah melulu. Ya, sebetulnya kalau mager, bisa aja tetap di satu tempat. Misalnya pagi sampai siang di Tanakita untuk berbagai talkshow. Setelah itu baru turun ke lembah untuk menikmati musik hingga malam. Makan utama juga disajikan di lembah. Tapi karena saya lumayan pecicilan, kayaknya kalau cuma diam di satu lokasi aja gak bisa :D
Makanan utama memang sudah termasuk dalam paket. Tapi kalau melihat aneka jajanan seperti nasi bakar, ketan bakar sambal oncom, roti bakar, jagung bakar, cuanki, dan masih banyak lagi, kami pasti tergiur buat jajan hehehe.
Ada beberapa talkshow yang menarik untuk diikuti. Beberapa talkshow dan workshop diselenggarakan bersamaan. Bikin galau mau ikut yang mana kalau pilihannya asik semua. Asik ikutin talkshownya karena suasananya santai. Sama lah kayak menikmati musiknya. Mau sambil duduk, sambil makan, atau sambil tiduran juga boleeeehh. Apalagi udara juga sejuk. Enak banget, deh :)
Acara masih berlangsung hingga hari Minggu malam. Tapi karena kami naik kereta, gak mungkin untuk ikut sampai malam. Sore hari kami sudah harus meninggalkan Tanakita. Perjalanan yang deg-degan menuju stasiun. 5 menit sebelum kereta jalan, kami baru sampai stasiun. Untung pas pemeriksaan boarding pass gak ada antrean. Bisa-bisa ketinggalan kereta kalau antrean di boarding pass panjang.
Siapa Saja yang meramaikan RRREC Fest In The Valley?
[Workshop] RAUNG JAGAT - The Roar of The Universe
Raung Jagat adalah sebuah sistem paduan suara berbasis improvisasi yang diciptakan oleh Rully Shabara Herman untuk mengelola beragam suara manusia secara spontan dan eksperimentatif namun sangat inkusif. Sehingga bisa diterapkan ke semua jenis suara manusia tanpa pengecualian.Unik tapi aneh! Kesan pertama yang saya tangkap dari paduan suara ini. Janganlah bayangkan seperti mendengar paduan suara seperti pada umumnya. Sejujurnya, kuping saya masih agak asing mendengarnya. Ada beragam suara yang dikeluarkan. Kadang seperti suara burung, kadang kayak pada sibuk mengoceh, pokoknya banyak suara unik.
https://soundcloud.com/rully-shabara
Walaupun masih terasa asing bagi saya, penampilan ini seperti halnya paduan suara yang mana ada pemimpinnya. Seru aja melihat mas Rully yang begitu ekspresif menunjuk setiap peserta. Kemudian terciptalah harmoni. Workshop Raung Jagat ini berlangsung setiap hari dan performance di hari terakhir. Kami tidak melihat performancenya karena sudah keburu pulang.
[Workshop] PUPPET LANTERN WORKSHOP
Dengan konsep teater boneka untuk segala umur yang menarik ditonton publik tapi mengandung pesan dan makna yang dalam. Kelompok asal Yogyakarta ini telah tampil di berbagai pelosok dunia. Menggunakan gestur boneka dan bunyi-bunyian vokal sebagai dialog. Mereka menampilkan kisah-kisah berkonteks Indonesia yang tetap bisa relevan dengan kebudayaan lainNah, saya juga ketinggalan workshop ini. Karena pas saya dan anak-anak sampe di Tanakita, workshopnya udah mulai. Padahal kalau Nai ikut workshopnya kayaknya dia bakal senang karena para peserta akan diajak membuat boneka alaPappermoon Puppet Theatre. Para peserta akan diajari dari mulai membuat sketsa hingga cara memainkannya.
http://www.pappermoonpuppet.com
Panggung untuk puppet theatre
[Workshop] "JURAGAN = JUalan fotogRAfi, GAN!"
Pada perkembangannya, Instagram selain menjadi media sosial juga menjadi platform untuk orang mempublikasikan foto propaganda dengan tujuan komersial. Anton Ismael akan membantu para peserta untuk mendapatkan foto produk atau foto diri yang lebih 'menjual' serta mendatangkan lebih banyak follower.Lagi-lagi saya ketinggalan acara ini. Ya, masih dengan alasan sama, pas datang ke Tanakita, workshop sedang berlangsung. Padahal ini menarik banget. Apalagi workshop ini fotografi dengan menggunakan handphone.
www.antonismael.com
[Workshop] RURU Kids
RURU Kids adalah salah satu divisi di ruang rupa yang fokus pada pengembangan program seni berbasis pendidikan untuk anak dan remaja. Akan mengelola sebuah kegiatan lokakarya untuk anak-anak. Peserta SD s/d SMP bisa mendaftar untuk terlibat dalam program ini.Karena konsepnya piknik, tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menikmati festival ini. Ada juga workshop untuk anak-anak. Membuat beberapa kegiatan yang kreatif yang menyenangkan bagi anak
[Talks] "BERISIK = BErdikari daRI muSIK"
Bagaimana musik dapat hidup dan berkembang menjadi sebuah entitas kesenian sekaligus kelompok kreatif yang mandiri. Serta bagaimana musik menjaid sumber pendapatan bagi orang-orang yang hidup di dalamnyaModerator: Saleh Husein (Seniman, Musisi)
Pembicara: Lil Boit (Pemilik Omuniuum) dan Rudolf Dethu (Manager, Propagandis)
Satu-satunya talshow yang saya ikuti dari awal hingga setengahnya. Kenapa cuma setengahnya? Karena saya keburu ketemu salah seorang teman SMA di sini trus reunian hehehehe. Tapi walaupun cuma setengah, kayaknya saya akan menulis reportasenya secara terpisah.
[Talks] Southeast Asian Network
Bincang-bincang Southeast Asian Network merupakan sesi diskusi yang selalu diadakan sejak RRREC Fest In The Valley pertama. Program ini telah menjadi salah satu medium untuk saling berdiskusi dan membangun jaringan yang efektif di antara negara-negara Asia Tenggara.Moderator: Felix Dass (Penulis)
Pembicara: Yellow Fang (Bangkok), Dirgahayu (Kuala Lumpur), dan Bottlesmoker (Bandung)
Untuk talks yang ini didukung oleh Air Asia Indonesia selaku official partner RRREC Fest In The valley 2016. Membicarakan tentang bagaimana band-band ini menjaring networking dengan sesama musisi di beberapa negara Asia Tenggara. Apa keuntungan yang didapat dengan menjalin networking. Dan, bagaimana biaya perjalanannya mengingat biaya perjalanan musisi itu yang sangat besar karena peralatan musik yang mereka bawa banyak dan berat.
[Talks] LOKALWISDOM
LOKALwisdom adalah acara reguler di RURU Radio. Pada sesi ini menampilkan berbagai cerita menarik dari geliat komunitas subkultur kota-kota di luar pulau Jawa.Moderator: Felix Dass (Penulis)
Narasumber: Suarasama (Medan), SARANA (Samarinda)
[Talks] Ketahanan Pangan Demi Perut dan Otak
Pada masa lalu, sejumlah bahan pangan non beras dikonsumsi masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke sebagai makanan pokok. Setelah revolusi hijau (menjadikan beras sebagai bahan makan utama), bahan pokok lainnya menghilang atau hanya dijadikan makanan pendamping berasModerator: Mirwan Andan (Peneliti)
Pembicara: Lefidus Malau (Detektif Tumbuh-tumbuhan), Adi Satria Rahman (Aktivis Lingkungan), dan Bagus Dwi Danto (Musisi)
Indonesia adalah negara kaya dengan bahan pangan. Dari Sabang hingga Merauke, makanan pokok masyarakatnya berbeda-beda. Diskusi yang membahas tentang bahan makanan pokok lain yang masih bisa ditemui di beberapa pasar tradisional. Serta membahas tentang jargon ketahanan pangan yang selalu didengungkan selama ini
[Music] NASIDA RIA (Semarang) - http://www.nasidaria.net
Di lagu awal, masih banyak penonton yang duduk manis :D
Lama-lama pecaaaahhh ...! Banyak yang pada joget dan nyanyi.
Perdamaian ... perdamaian ... perdamaian ... perdamaian ...
Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai ...
Siapa yang tahu lagu itu? Pasti Sahabat Jalan-Jalan KeNai banyak yang tau, ya. saya pun tau tapiiii ... baru tau kalau penyanyi aslinya adalah Nasida Ria! *Dikeplak berjamaah hahaha* Gak hanya 1, tapi ada beberapa lagu Nasida Ria yang ternyata familiar cuma penyanyinya aja yang gak tau.
Beneraaan ... Saya kudet banget sama Nasida Ria. Padahal ini grup qasidah yang sudah melegenda. Pantesan aja penampilan Nasida Ria itu yang paling pecah dari semua perform. Bahkan sejak check sound pun sudah mulai rame. Saya pun benar-benar terlarut dengan keramaiannya. Pecaaaaahh ...!
[Music] YELLOW FANG (Bangkok) - http://bit.ly/YellowFang
Menjelang malam, sebelum Yellow Fang tampil
[Music] BOTTLESMOKER (Bandung) - http://bottlesmoker.asia
Awalnya biasa aja tapi semakin lama didengar, saya semakin suka. Setelah selesai Nasida Ria, dilanjut dengan Bottlesmoker kayaknya jadi pengen terus joget :D
[Music] LEANNA RACHEL (Los Angeles)
Hujan mengguyur dengan derasnya saat Leanna Rachel, musisi asal Los Angeles yang saat ini sedang menetap di Bali akan manggung. Tapi, tidak menghalangi para penonton untuk tetap menikmati pertunjukkan Leanna Rachel. Suara Leanna Rachel terdengar lembut memang pas banget deh ma cuacanya. Mungkin kalau saat itu saya sedang di kamar, cocok nih buat menemani saya tidur. Sekilas saya langsung teringat dengan suara Norah Jones. Lembut dan syahdu :)
Layar Tancap - TIGA DARA (Hasil Restorasi 4K)
Pengeeeennnn banget nonton Tiga Dara restorasi ini. Banyak yang bilang kalau filmnya bagus. Tapi apa daya baru diputar pukul 9 malam. Anak-anak, terutama Nai, udah ngantuk. Lokasi tenda kami lumayan jauh kalau dari area layar tancap. Gak tega juga meninggalkan mereka tidur di tenda sendirian. Lagipula, saya gak bawa senter. Nanti pulangnya ma siapa kalau abis nonton. Gelap dan saya kan penakut hihihi.
Do's and Don'ts
Gak hanya nama-nama yang saya tulis tadi. Sebetulnya masih banyak workshop, talks, dan music yang ada di RRREC Fest In the Valley. Insya Allah, festival yang sama akan digelar lagi tahun depan. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai. Nah, sambil menunggu tahun depan mendingan catat dulu nih do's and don'ts-nya biar maksimal menikmati festivalnya :)
Kondisi Prima
Ikut RRREC Fest In The Valley itu cape! Gimana gak cape kalau turun naik lembah melulu. Ya, kalau cuma ingin nonton musiknya aja sih bisa aja berlama-lama di lembah. Dari siang sampe malam *biasanya musik baru di mulai setelah makan siang*. Tenda makan dan juga aneka jajan juga tersedia di lembah. Tapi emangnya gak kepengen ke wc, sholat (bagi muslim), mandi, atau apa gitu, lah? Jadi sesekali pasti ada naiknya juga.
Cuaca yang gak menentu, kadang hujan kadang cerah, juga menuntut untuk menjaga kondisi tubuh. Memang sih panitia menyediakan jas hujan plastik. Tapi, kalau kondisi tubuh lagi gak prima kan juga bikin nge-drop.
Pakai Outfit yang Sesuai
RRREC Fest In The Valley memang acara seni tapi karena tempatnya di alam terbuka memang sebaiknya outfitnya menyesuaikan. Paling gak pakaian kasual dan alas kaki yang gak bikin ribet apalagi mencelakakan diri sendiri. Misalnya, karena kadang hujan jadi jalur kadang licin. Sepatu hak tinggi jelas bukan alas kaki yang tepat, ya. Saya sih tetap menyarankan pakai sepatu kets atau trekking saja. Lebih aman dan nyaman.
Bawa Kamera, Recorder, dan Lainnya
Kamera sih udah termasuk barang wajib dibawa kemanapun, ya. Tapi yang bikin saya rada nyesel adalah lupa bawa recorder dan alat tulis! Ada beberapa talkshow yang menarik untuk diikuti. Memang sih saya gak ada kewajiban untuk meliput karena hadir di sana atas nama pribadi bukan kerjaan. Tapi kan lumayan juga kalau bisa sekalian meliput. Bisa jadi beberapa postingan, tuh! Makanya gregetan aja karena lupa bawa recorder hehehe.
Untuk mengikuti RRREC Fest In The Valley terbagi dalam 3 paket. Dimulai dari harga IDR850K hingga IDR1.850K, tergantung dari area menginap yang dipilih. Fasilitas di penginapan pun berbeda-beda tiap paketnya. Tetapi semua paket sudah termasuk konsumsi selama 3 hari.Harga paket tersebut memang harga untuk 3 hari dan gak ada biaya harian. Maksudnya, gak bisa bayar cuma buat nginep sehari doang. Biaya transportasi juga gak termasuk. Tapi, panitia bisa membantu urus transportasi. Tentu saja ada biaya tambahan.
Sahabat Jalan-Jalan Kenai, siap untuk ikut RRREC Fest In The Valley tahun berikutnya? Kita piknik bareng di sana. Pantau terus aja akun socmednya, ya! ^_^
Piknik asik di RRREC Fest In The Valley
RRREC Fest In The Valley
www.rrrec.ruangrupa.com
Facebook : RRRec Fest
Instagram : @rrrec_fest
Twitter : @rrrec_fest