start Jalan Jalan Ah: Tanakita

Tips Jalan Jalan Kamu ada Disini

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Tampilkan postingan dengan label Tanakita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tanakita. Tampilkan semua postingan

Piknik Asik di RRREC Fest In The Valley 2016

 
Salah satu acara di RRREC Fest In The Valley 2016 adalah pertunjukkan musik. Tidak ada kelas 1, VIP, dan lainnya ketika menonton musik di sini. Silakan cari tempat ternyaman masing-masing. Mau sambil makan, tiduran, atau duduk juga boleh. Asalkan jangan nyampah :)

Ngadem ... Biasanya, kami kalau ke Tanakita memang buat ngadem. Lagi suntuk tapi bingung mau kemana, ya udah ke Tanakita aja. Ngadem di tempat yang sunyi. Kalau di Tanakita lagi rame (biasanya kalau lagi ada gathering perusahaan, sekolah, atau keluarga besar), kami memilih nge-camp di area Tanakita lainnya kayak Rumamera atau Riverside. Kayaknya cuma kehadiran GAC (Gamal, Audrey, dan Cantika) yang berhasil membawa saya datang ke Tanakita untuk menikmati keramaian performance mereka sesaat hehehe. Saya belum pernah tahun baruan di Tanakita. Karena pasti sangat ramai. Di Tanakita juga ada event tahunan, namanya RRREC Fest In The Valley. Biar gak ribet, dibacanya Rekfest, ya.
RREC Fest In The Valley adalah sebuah festival dalam format paket liburan akhir-pekan / weekend getawaymusic camp, berisikan rangkaian program yang meliputi: pertunjukan musik, pemutaran film layar tancap, residensi seniman, workshop, bincang-bincang, program anak, dan teater. - Sumber: http://rrrec.ruangrupa.org/2016/id/beranda-id/ -
Tahun ini adalah tahun ketiga, Ruang Rupa bekerjasama dengan Tanakita menggelar RRREC Fest In The Valley. Dan, baru kali ini kami sekeluarga hadir di sana. Itu juga karena suami termasuk yang ikut ngurusin event ini. Beberapa hari sebelum hari H bahkan sudah ada di Tanakita. Saya yang emang dasarnya gak pernah bisa ditinggal suami walaupun cuma semalam, berinisiatif nyusul, dong. Jadi, kehadiran saya dan anak-anak di sana itu awalnya cuma buat nyusul suami hahaha.

Ternyata, saya sangat menikmati RRREC Fest In The Valley!

Festival ini diselenggarakan selama 3 hari, yaitu 9-11 September. Saya dan anak-anak baru datang di hari kedua karena sayang banget kalau anak-anak sampe bolos di hari Jumat *Tapi kalau tau eventnya bakal keren kayak gini, sih, tahun depan kalau diselenggarakan lagi kayaknya anak-anak disuruh bolos aja. Ups! :p*


Gara-gara festival ini juga saya jadi gak bisa tidur semalaman sebelum berangkat ke Tanakita. Karena sejak menikah, saya belum pernah bepergian jauh tanpa suami. Kan, jadinya deg-degan banget. Kalau ketinggalan kereta gimana? Bisa gak ya bawa anak-anak ke luar kota tanpa suami? Apalagi saya pernah kecopetan di dekat stasiun Bogor. Makinlah saya deg-degan dan takut. Alhamdulillah, ketakutan saya perlahan sirna karena sepanjang perjalanan dilancarkan.

[Silakan baca: HP Hilang dan Firasat]

Sampe Tanakita, beberapa workshop sedang berlangsung. Saya pengen banget ikut workshop photography, tapi pas sampai sana workshop udah hampir selesai. Sayang banget, ya. Beneran harus dari hari pertama nih datangnya :D

Camping, Kuliner, Musik, Talks

Selain ramai, alasan lain kenapa saya (sempat) malas datang ke RRREC Fest In The Valley adalah saya gak banyak tau line up nya. Ya, awalnya saya mengira kalau ini hanyalah festival musik indie. Ketika panitia festival mulai mengumumkan satu per satu line up festival tahun ini di IG, saya mulai mencoba cari tau performancenya di YouTube. Dan, gak ada satupun yang saya suka! *Maaf, yaaaa* Saya memang penggemar musik komersil. Meskipun gak semua musik komersil saya suka. Tapi musik indie lebih gak akrab lagi di telinga saya.
"Heran, di sini kok menikmati performance semua yang tampil, ya? Padahal kalau gue denger di YouTube kayak gak suka."

"Ya itu ibaratnya lo gak suka sepakbola tapi begitu lo nonton langsung di lapangan pasti bakal suka, deh. Karena rasanya beda."
2 orang pria yang tidak saya kenal sedang bercakap-cakap di dekat saya. Lha, kok sama persis dengan yang saya rasakan? Jadi seperti mendengarkan suara hati hahaha. Saya juga bukan penggemar sepakbola. Tapi pernah sekali diajak nonton langsung pertandingan sepakbola di istora Senayan dan saya sangat menikmati suasananya. Tegangnya, teriakannya, semua kehebohannya saya ikut merasakan seperti ribuan penonton lainnya.

Begitulah yang saya rasakan di festival ini. Mungkin saya bukan penikmat sejati. Tapi kalau melihat langsung, saya pun bisa ikut larut. Memang gak semua performance saya bisa nikmati. Ada segelintir performance yang tetap asing di telinga saya. Sebagian besar saja yang bisa saya nikmati.

Konsep RRREC Fest In The Valley ini memang unik. Tiket untuk festival ini tidak dijual harian. Tapi selama 3 hari 2 malam, seluruh peserta akan merasakan camping, menikmati musik, ikut talkshow, dan lain sebagainya bersama-sama. Untuk area camping ada di beberapa lokasi Tanakita. Untuk lebih jelasnya, Sahabat Jalan-Jalan KeNai bisa lihat di IG RRRec_Fest.

 
Tanakita Pinus Camp

Pinus adalah salah satu camp area Tanakita dan kami menginap di sana. Saat festival, yang menginap di pinus camp boleh membawa tenda sendiri. Tapi bila menggunakan tenda Tanakita akan dikenakan biaya tambahan. Tidak ada listrik, kasur, dan sleeping bag di setiap tenda. Yang ada hanya matras. Buat kami gak jadi masalah tidur beralaskan matras. Kalau naik gunung kan tendanya juga cuma beralaskan matras. Lagipula hutan pinus itu tanahnya empuk karena tertutup daun kering. Jadi berasa pake karpet hehehe. Paling yang rada ribet memang urusan nge-charge. Biasanya, segala gadget kami charge malam hari. Di Pinus Camp gak ada listrik seperti halnya di camp area Tankita yang lain. Listrik hanya ada sentral di tempat ngumpul. Karena di tenda gak ada listrik jadinya numpang ng-charge di kantor Tanakita.

Udah gitu, suami saya lupa bawa sleeping bag. Jadilah semaleman rada kedinginan. Segala baju dan celana dikeluarin untuk nutupin badan. Jaket juga udah dipake. Beruntung nginepnya di hutan pinus. Kalau di area yang lebih terbuka kayaknya bakal lebih kedinginan hehehe.

 

Makanan sudah termasuk dalam paket menginap di Tanakita. Tapi, saat festival berlangsung, saya dan anak-anak lebih memilih jajan. Puas banget menyantap cuanki, mie ayam, ketan bakar dan sambal oncom, juga aneka jajanan lainnya. Saya cuma gak kebagian nasi bakarnya. Huaaaa ... Padahal kata Keke rasa nasi bakarnya enak banget, lho.

Selama festival, hujan beberapa kali turun. Malah terkadang deras tapi gak menyurutkan antusias para peserta untuk tetap menikmati festival. Pastinya lagi kalau ikut festival ini harus siap fisik. Turun naik lembah melulu. Ya, sebetulnya kalau mager, bisa aja tetap di satu tempat. Misalnya pagi sampai siang di Tanakita untuk berbagai talkshow. Setelah itu baru turun ke lembah untuk menikmati musik hingga malam. Makan utama juga disajikan di lembah. Tapi karena saya lumayan pecicilan, kayaknya kalau cuma diam di satu lokasi aja gak bisa :D

 
Makanan utama memang sudah termasuk dalam paket. Tapi kalau melihat aneka jajanan seperti nasi bakar, ketan bakar sambal oncom, roti bakar, jagung bakar, cuanki, dan masih  banyak lagi, kami pasti tergiur buat jajan hehehe.

Ada beberapa talkshow yang menarik untuk diikuti. Beberapa talkshow dan workshop diselenggarakan bersamaan. Bikin galau mau ikut yang mana kalau pilihannya asik semua. Asik ikutin talkshownya karena suasananya santai. Sama lah kayak menikmati musiknya. Mau sambil duduk, sambil makan, atau sambil tiduran juga boleeeehh. Apalagi udara juga sejuk. Enak banget, deh :)

Acara masih berlangsung hingga hari Minggu malam. Tapi karena kami naik kereta, gak mungkin untuk ikut sampai malam. Sore hari kami sudah harus meninggalkan Tanakita. Perjalanan yang deg-degan menuju stasiun. 5 menit sebelum kereta jalan, kami baru sampai stasiun. Untung pas pemeriksaan boarding pass gak ada antrean. Bisa-bisa ketinggalan kereta kalau antrean di boarding pass panjang.

Siapa Saja yang meramaikan RRREC Fest In The Valley?

[Workshop] RAUNG JAGAT - The Roar of The Universe


Raung Jagat adalah sebuah sistem paduan suara berbasis improvisasi yang diciptakan oleh Rully Shabara Herman untuk mengelola beragam suara manusia secara spontan dan eksperimentatif namun sangat inkusif. Sehingga bisa diterapkan ke semua jenis suara manusia tanpa pengecualian.

https://soundcloud.com/rully-shabara
Unik tapi aneh! Kesan pertama yang saya tangkap dari paduan suara ini. Janganlah bayangkan seperti mendengar paduan suara seperti pada umumnya. Sejujurnya, kuping saya masih agak asing mendengarnya. Ada beragam suara yang dikeluarkan. Kadang seperti suara burung, kadang kayak pada sibuk mengoceh, pokoknya banyak suara unik.

Walaupun masih terasa asing bagi saya, penampilan ini seperti halnya paduan suara yang mana ada pemimpinnya. Seru aja melihat mas Rully yang begitu ekspresif menunjuk setiap peserta. Kemudian terciptalah harmoni. Workshop Raung Jagat ini berlangsung setiap hari dan performance di hari terakhir. Kami tidak melihat performancenya karena sudah keburu pulang.

[Workshop] PUPPET LANTERN WORKSHOP

Dengan konsep teater boneka untuk segala umur yang menarik ditonton publik tapi mengandung pesan dan makna yang dalam. Kelompok asal Yogyakarta ini telah tampil di berbagai pelosok dunia. Menggunakan gestur boneka dan bunyi-bunyian vokal sebagai dialog. Mereka menampilkan kisah-kisah berkonteks Indonesia yang tetap bisa relevan dengan kebudayaan lain

http://www.pappermoonpuppet.com
Nah, saya juga ketinggalan workshop ini. Karena pas saya dan anak-anak sampe di Tanakita, workshopnya udah mulai. Padahal kalau Nai ikut workshopnya kayaknya dia bakal senang karena para peserta akan diajak membuat boneka alaPappermoon Puppet Theatre. Para peserta akan diajari dari mulai membuat sketsa hingga cara memainkannya.

 
Panggung untuk puppet theatre

 
Nanti karya peserta akan dipasang di panggung khusus untuk pertunjukan. Setelah selesai acara, puppet bikinan peserta bisa dibawa pulang. Saya udah niatin banget mau lihat shownya tapi karena baru mulai abis maghrib, pada keburu cape. Sholat maghrib di area Tanakita, mau nonton show harus turun lagi ke lembah. Energi udah mulai habis hehehehe

[Workshop] "JURAGAN = JUalan fotogRAfi, GAN!"

Pada perkembangannya, Instagram selain menjadi media sosial juga menjadi platform untuk orang mempublikasikan foto propaganda dengan tujuan komersial. Anton Ismael akan membantu para peserta untuk mendapatkan foto produk atau foto diri yang lebih 'menjual' serta mendatangkan lebih banyak follower.

www.antonismael.com
Lagi-lagi saya ketinggalan acara ini. Ya, masih dengan alasan sama, pas datang ke Tanakita, workshop sedang berlangsung. Padahal ini menarik banget. Apalagi workshop ini fotografi dengan menggunakan handphone.

[Workshop] RURU Kids


RURU Kids adalah salah satu divisi di ruang rupa yang fokus pada pengembangan program seni berbasis pendidikan untuk anak dan remaja. Akan mengelola sebuah kegiatan lokakarya untuk anak-anak. Peserta SD s/d SMP bisa mendaftar untuk terlibat dalam program ini.
Karena konsepnya piknik, tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menikmati festival ini. Ada juga workshop untuk anak-anak. Membuat beberapa kegiatan yang kreatif yang menyenangkan bagi anak  

[Talks] "BERISIK = BErdikari daRI muSIK"

Bagaimana musik dapat hidup dan berkembang menjadi sebuah entitas kesenian sekaligus kelompok kreatif yang mandiri. Serta bagaimana musik menjaid sumber pendapatan bagi orang-orang yang hidup di dalamnya
Moderator: Saleh Husein (Seniman, Musisi)
Pembicara: Lil Boit (Pemilik Omuniuum) dan Rudolf Dethu (Manager, Propagandis)

Satu-satunya talshow yang saya ikuti dari awal hingga setengahnya. Kenapa cuma setengahnya? Karena saya keburu ketemu salah seorang teman SMA di sini trus reunian hehehehe. Tapi walaupun cuma setengah, kayaknya saya akan menulis reportasenya secara terpisah.

[Talks] Southeast Asian Network

Bincang-bincang Southeast Asian Network merupakan sesi diskusi yang selalu diadakan sejak RRREC Fest In The Valley pertama. Program ini telah menjadi salah satu medium untuk saling berdiskusi dan membangun jaringan yang efektif di antara negara-negara Asia Tenggara.
Moderator: Felix Dass (Penulis)
Pembicara: Yellow Fang (Bangkok), Dirgahayu (Kuala Lumpur), dan Bottlesmoker (Bandung)

Untuk talks yang ini didukung oleh Air Asia Indonesia selaku official partner RRREC Fest In The valley 2016. Membicarakan tentang bagaimana band-band ini menjaring networking dengan sesama musisi di beberapa negara Asia Tenggara. Apa keuntungan yang didapat dengan menjalin networking. Dan, bagaimana biaya perjalanannya mengingat biaya perjalanan musisi itu yang sangat besar karena peralatan musik yang mereka bawa banyak dan berat.

[Talks] LOKALWISDOM

LOKALwisdom adalah acara reguler di RURU Radio. Pada sesi ini menampilkan berbagai cerita menarik dari geliat komunitas subkultur kota-kota di luar pulau Jawa.
Moderator: Felix Dass (Penulis)
Narasumber: Suarasama (Medan), SARANA (Samarinda)

[Talks] Ketahanan Pangan Demi Perut dan Otak

Pada masa lalu, sejumlah bahan pangan non beras dikonsumsi masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke sebagai makanan pokok. Setelah revolusi hijau (menjadikan beras sebagai bahan makan utama), bahan pokok lainnya menghilang atau hanya dijadikan makanan pendamping beras
Moderator: Mirwan Andan (Peneliti)
Pembicara: Lefidus Malau (Detektif Tumbuh-tumbuhan), Adi Satria Rahman (Aktivis Lingkungan), dan Bagus Dwi Danto (Musisi)

Indonesia adalah negara kaya dengan bahan pangan. Dari Sabang hingga Merauke, makanan pokok masyarakatnya berbeda-beda. Diskusi yang membahas tentang bahan makanan pokok lain yang masih bisa ditemui di beberapa pasar tradisional. Serta membahas tentang jargon ketahanan pangan yang selalu didengungkan selama ini

[Music] NASIDA RIA (Semarang) - http://www.nasidaria.net

 
Di lagu awal, masih banyak penonton yang duduk manis :D 

Lama-lama pecaaaahhh ...! Banyak yang pada joget dan nyanyi.

Perdamaian ... perdamaian ... perdamaian ... perdamaian ...
Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai ...

Siapa yang tahu lagu itu? Pasti Sahabat Jalan-Jalan KeNai banyak yang tau, ya. saya pun tau tapiiii ... baru tau kalau penyanyi aslinya adalah Nasida Ria! *Dikeplak berjamaah hahaha* Gak hanya 1, tapi ada beberapa lagu Nasida Ria yang ternyata familiar cuma penyanyinya aja yang gak tau.

Beneraaan ... Saya kudet banget sama Nasida Ria. Padahal ini grup qasidah yang sudah melegenda. Pantesan aja penampilan Nasida Ria itu yang paling pecah dari semua perform. Bahkan sejak check sound pun sudah mulai rame. Saya pun benar-benar terlarut dengan keramaiannya. Pecaaaaahh ...!

[Music] YELLOW FANG (Bangkok) - http://bit.ly/YellowFang

 
Menjelang malam, sebelum Yellow Fang tampil


Saya dan Nai menikmati perform Yellow Fang, band asal Bangkok ini dari warung mie ayam hihihi. Mau turun ke lembah hujan. Tapi mau tetap di Tanakita, Nai kedinginan karena jaketnya ketinggalan di tenda. Di warung, udaranya lumayan sejuk malah Nai akhirnya ketiduran.

[Music] BOTTLESMOKER (Bandung) - http://bottlesmoker.asia


Awalnya biasa aja tapi semakin lama didengar, saya semakin suka. Setelah selesai Nasida Ria, dilanjut dengan Bottlesmoker kayaknya jadi pengen terus joget :D

[Music] LEANNA RACHEL (Los Angeles)


Hujan mengguyur dengan derasnya saat Leanna Rachel, musisi asal Los Angeles yang saat ini sedang menetap di Bali akan manggung. Tapi, tidak menghalangi para penonton untuk tetap menikmati pertunjukkan Leanna Rachel. Suara Leanna Rachel terdengar lembut memang pas banget deh ma cuacanya. Mungkin kalau saat itu saya sedang di kamar, cocok nih buat menemani saya tidur. Sekilas saya langsung teringat dengan suara Norah Jones. Lembut dan syahdu :)

Layar Tancap - TIGA DARA (Hasil Restorasi 4K)

Pengeeeennnn banget nonton Tiga Dara restorasi ini. Banyak yang bilang kalau filmnya bagus. Tapi apa daya baru diputar pukul 9 malam. Anak-anak, terutama Nai, udah ngantuk. Lokasi tenda kami lumayan jauh kalau dari area layar tancap. Gak tega juga meninggalkan mereka tidur di tenda sendirian. Lagipula, saya gak bawa senter. Nanti pulangnya ma siapa kalau abis nonton. Gelap dan saya kan penakut hihihi.

Do's and Don'ts

Gak hanya nama-nama yang saya tulis tadi. Sebetulnya masih banyak workshop, talks, dan music yang ada di RRREC Fest In the Valley. Insya Allah, festival yang sama akan digelar lagi tahun depan. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai. Nah, sambil menunggu tahun depan mendingan catat dulu nih do's and don'ts-nya biar maksimal menikmati festivalnya :)

Kondisi Prima


Ikut RRREC Fest In The Valley itu cape!  Gimana gak cape kalau turun naik lembah melulu. Ya, kalau cuma ingin nonton musiknya aja sih bisa aja berlama-lama di lembah. Dari siang sampe malam *biasanya musik baru di mulai setelah makan siang*. Tenda makan dan juga aneka jajan juga tersedia di lembah. Tapi emangnya gak kepengen ke wc, sholat (bagi muslim), mandi, atau apa gitu, lah? Jadi sesekali pasti ada naiknya juga.

Cuaca yang gak menentu, kadang hujan kadang cerah, juga menuntut untuk menjaga kondisi tubuh. Memang sih panitia menyediakan jas hujan plastik. Tapi, kalau kondisi tubuh lagi gak prima kan juga bikin nge-drop.

Pakai Outfit yang Sesuai


RRREC Fest In The Valley memang acara seni tapi karena tempatnya di alam terbuka memang sebaiknya outfitnya menyesuaikan. Paling gak pakaian kasual dan alas kaki yang gak bikin ribet apalagi mencelakakan diri sendiri. Misalnya, karena kadang hujan jadi jalur kadang licin. Sepatu hak tinggi jelas bukan alas kaki yang tepat, ya. Saya sih tetap menyarankan pakai sepatu kets atau trekking saja. Lebih aman dan nyaman.

Bawa Kamera, Recorder, dan Lainnya

Kamera sih udah termasuk barang wajib dibawa kemanapun, ya. Tapi yang bikin saya rada nyesel adalah lupa bawa recorder dan alat tulis! Ada beberapa talkshow yang menarik untuk diikuti. Memang sih saya gak ada kewajiban untuk meliput karena hadir di sana atas nama pribadi bukan kerjaan. Tapi kan lumayan juga kalau bisa sekalian meliput. Bisa jadi beberapa postingan, tuh! Makanya gregetan aja karena lupa bawa recorder hehehe.
Untuk mengikuti RRREC Fest In The Valley terbagi dalam 3 paket. Dimulai dari harga IDR850K hingga IDR1.850K, tergantung dari area menginap yang dipilih. Fasilitas di penginapan pun berbeda-beda tiap paketnya. Tetapi semua paket sudah termasuk konsumsi selama 3 hari.
Harga paket tersebut memang harga untuk 3 hari dan gak ada biaya harian. Maksudnya, gak bisa bayar cuma buat nginep sehari doang. Biaya transportasi juga gak termasuk. Tapi, panitia bisa membantu urus transportasi. Tentu saja ada biaya tambahan.

Sahabat Jalan-Jalan Kenai, siap untuk ikut RRREC Fest In The Valley tahun berikutnya? Kita piknik bareng di sana. Pantau terus aja akun socmednya, ya! ^_^

 Piknik asik di RRREC Fest In The Valley

RRREC Fest In The Valley

www.rrrec.ruangrupa.com

Facebook : RRRec Fest
Instagram : @rrrec_fest
Twitter : @rrrec_fest
Share:

Yang Baju Orange Jangan Sampai Lepas!

Abis Nai ngacir banget. Bikin khawatir hilang di hutan.

"Mas, lihat anak perempuan yang pakai baju bola warna orange, gak?" tanya saya kepada seorang crew Tanakita yang sedang melintas sambil membawa ban untuk tubing.

"Gak lihat, Bu."

Duh! Napas yang belum hilang ngos-ngosannya, sekarang ditambah dengan hati yang mulai deg-degan.

Masa' gak lihat, sih? Trus, Nai kemana?

"Mas, lihat anak perempuan pakai baju orange lewat, gak? Anak kecil, Mas." Saya kembali bertanya ke crew Tanakita lain yang sedang melintas. Saya sangat gak yakin kalau mereka melihat. Karena yang kami lewati adalah jalan setapak. Kalau crew pertama yang baru saja lewat beberapa menit lalu gak melihat, rasanya kecil banget kemungkinan crew yang berikutnya akan berpapasan dengan Nai.

"Gak ada anak kecil yang lewat, Bu."

Walaupun saya sudah menduga jawabannya akan seperti itu, tetap aja lutut menjadi lemas mendengarnya. Jantung saya semakin berdegup kencang.

------------------------------


"Nai! Tunguuu ...!"
"Nai! Jangan kecepetan ...!"

Berulang kali saya harus berteriak memanggil Nai yang melesat sendirian. Saat itu, kami (minus Keke yang lebih memilih river tubing) dan 1 rombongan keluarga besar yang menjadi tamu Tanakita, sedang berjalan kaki menuju Tanakita Riverside.

Sebetulnya untuk menuju sana bisa aja naik angkot. Tapi, jadi gak berpetualang kalau naik angkot. *Naik angkot mah di kota aja :p* K'Aie mengajak trekking ke Tanakita Riverside. Berarti kami berjalan kaki menyusuri jalan setapak di hutan.

Memang bukan di tengah hutan belantara. "Hanya" di pinggir hutan. Walau begitu tetap aja jalannya masih alami. Harus hati-hati, terlebih bila hujan turun. Apalagi di sepanjang 2/3 perjalanan ada jurang di pinggirnya.

Mungkin merasa sudah hapal jalan karena sudah berkali-kali kami trekking ke Riverside, Nai pun langsung melesat sendiri. Sesekali dia meloncat seperti kancil. Saya berkali-kali harus berteriak memintanya untuk berhenti. Padahal sulit untuk berteriak di saat bernapas aja sudah ngos-ngosan karena harus berlari mengejarnya. Ya, saya harus berteriak memintanya berhenti karena kalau tidak gak akan kekejar. Nai larinya cepat :D

Nai memang sudah hapal jalan, tapi saya merasa kami semua harus tetap jalan bersama. Tentu alasan utamanya untuk saling menjaga keselamatan. Trekking di hutan dengan kondisi jalan setapak yang apa adanya. Jalurnya gak selalu datar, kadang menurun dan menanjak. Ada juga jalan yang licin. Kebanyakan melewati jalan setapak yang di pinggirnya jurang.

Bagaimana kalau dia terpeleset atau terguling karena jalanan licin? Bagaimana bisa tau kalau dia terpeleset bila jalan sendirian? Siapa yang bisa langsung menolong kalau dia terjatuh saat jalan sendirian? *Duh, pikiran saya mulai aneh-aneh karena khawatir, nih*

Lama kelamaan teriakan saya semakin berkurang. Kalah dengan napas yang semakin terengah-engah dan rasa lelah karena mengejarnya. Ya, seharusnya trekking di jalani dengan berjalan santai, khususnya buat saya :D

----------------------


Dan, saya pun duduk di sebuah persimpangan ... 

Di tengah perjalanan trekking, kami akan menemui sebuah persimpangan. Satu-satunya persimpangan yang ada Ke kanan untuk menuju Tanakita riverside, ke kiri untuk menuju start river tubing.

Saat itu saya hanya menunggu bersama seorang anak laki-laki kelas 2 SD. Anak dari salah seorang tamu yang ikutan trekking bersama kami. Dia ikut berlari ketika saya mengejar Nai. Rombongan lain tertinggal jauh. Berkali-kali, saya menengok ke belakang, belum juga nampak rombongan trekking datang. Saya semakin gelisah karena beberapa kali bertanya ke crew Tanakita yang lewat dan mendapatkan jawaban tidak melihat anak kecil berkostum jersey warna orange.

Jangan-jangan Nai kebawa sama Keke?

Saat sedang menyusuri jalan setapak, tau-tau Keke datang sambil berlari. Tujuan dia adalah river tubing. Sama seperti Nai, Keke pun melesat meninggalkan rombongan tamu yang juga akan river tubing. Merasa klop, Keke dan Nai pun semakin melesat ketika mereka bertemu. Meninggalkan saya dan rombongan lain jauh di belakang. Hingga akhirnya mereka hilang dari pandangan.

Saya berharap Nai memang kebawa Keke. Setidaknya itu dugaan yang lebih menenangkan daripada menduga yang lain, seperti jatuh. Hiii ... Tapi, kalau Nai sampai kebawa sama Keke, trus gimana dia baliknya? Gak mungkin juga Nai ikut Keke menyusuri sungai. Nai gak pakai perlengkapan untuk river tubing. Lagipula badannya masih kekecilan untuk ikut aktivitas tubing.

Akhirnya rombongan besar yang ditunggu muncul juga ...


Saya pun langsung nyerocos menceritakan kejadiannya. Seorang crew Tanakita yang ikut menemani trekking dengan sigap mengatakan akan mencari ke tempat start tubing. Saya pun mulai sedikit lega. Setidaknya mulai ada yang bantuin cari.

Trus, apakah kemudian saya mulai bisa trekking dengan santai. Ternyata enggak ...!

Kali ini giliran anak kecil yang mengikuti saya dari awal trekking yang mengajak berlari. Kembali saya harus berteriak dan berlari. Ini anak kecil pada makan apa, sih? Energinya turbo semua. Untungnya anak ini masih mau nungguin saya. Menurut kalau saya minta berhenti. Ya, mungkin karena dia baru pertama kali juga trekking di sana hahaha :D *nasiiib ... nasiiiib ...* *pegangin lutut yang kembali nyut-nyutan*

Kenapa gak dari awal bukan K'Aie yang mengikuti Nai? Pasti secara tenaga K'Aie lebih bisa mengikuti ritme langkah kaki Nai. Itu karena kami berjalan dalam rombongan besar dengan rentang usia batita hingga lansia. K'Aie tidak hanya hapal jalan tapi juga tau bagaimana trekking yang aman. Tentu aja K'Aie lebih baik tetap bersama rombongan. Akhirnya yang 'ketiban' usaha mengejar Nai adalah saya hahaha!

Ketika saya sedang beristirahat sejenak di pinggir sungai karena napas yang terengah-engah, tau-tau ada yang nyolek dari belakang. Yaelah ...! Bocah perempuan berkostum jersey orange tau-tau udah di belakang bundanya lagi. Nai pun nyengir seperti tidak merasa sudah mekakukan sesuatu yang sudah bikin bundanya khawatir.

Ternyata benar dugaan saya. Nai kebawa Keke ke arah tempat river tubing. Mereka berdua asik berlari sambil ngobrol sepanjang jalan hingga gak sadar ada persimpangan. Nai baru sadar kalau salah jalan setelah crew Tanakita yang mencari menemukannya. Dan dengan cepat dia kembali, menyalip rombongan besar, kemudian bertemu dengan saya yang lagi beristirahat sejenak. *Lagi-lagi rombongan erada jauh ketinggalan di belakang*

Nai kembali berlari. Kali ini bersama dengan anak laki-laki yang dari tadi menemani saya. Saya pun kembali berlari. Untung aja Tanakita Riverside sudah semakin dekat. Jalur trekking sudah cenderung aman. Udah gak berjalan di pinggir jurang, jalannya juga banyak yang rata walopun masih ada tanjakan dan turunan. Paling tinggal melewati 1 turunan terakhir yang agak tinggi dan licin, sehingga harus lebih berhati-hati.


Nilai positif yang bisa saya ambil dari kejadian waktu itu adalah kalau segala sesuatu memang butuh proses. Seringkali gak instant. Masih inget banget, bertahun-tahun lalu ketika mulai mengajak anak-anak trekking. Mereka gak pernah kelihatan jijik'an, sih kalau cuma sekadar kaki dan tangan kotor karena lumpur. Tapi, belum kuat jalan jauh.

Biasanya kami bujukin untuk tetap berjalan. Beristirahat dulu bila perlu. Tapi kalau masih rewel juga, K'Aie yang kebagian tugas menggendong anak-anak secara bergantian. Sekarang mereka udah gak minta gendong lagi. Tapi kali ini giliran yang sesekali kami mengejar mereka hehehe ...

PR saya berikutnya adalah melatih stamina agak gak terlalu kalah sama anak-anak hahaha. Etapi yang terpenting adalah harus semakin mengingatkan Keke dan Nai tentang kebersamaan. Apalagi kalau lagi di alam bebas seperti itu. Yang penting adalah bukan tentang siapa yang duluan sampai karena sedang tidak berlomba. Tapi tentang kebersamaan. Jalannya bareng, sampenya juga bareng.
Share:

Tanakita Riverside bila Ingin Menikmati Sunyi

tanakita
Tanakita Riverside bila Ingin Menikmati Sunyi. Karena di sini benar-benar gak ada signal untuk internetan :D

Suami: "Bun, tanggal 7 (November) ke Tanakita, ya. Rani menikah."
Saya: "Tapi, rencana kita camping di Puncak gimana, Yah?"
Suami: "Itu camping tanggal berapa?"
Saya: "Tanggal 31 (Oktober)."
Suami: "Gak bentrok berarti, kan? Bisalah."
Saya: "Iyeees!!"

Tanggal campingnya memang gak bentrok, tapi siapa tau suami jadi malas untuk camping di Puncak karena jaraknya cuma seminggu. Ke Tanakita memang untuk menghadiri undangan pernikahan mantan teman sekantor suami. Bukan di Tanakita, sih, menikahnya. Masih seputaran Cisaat, tapi gak mungkin juga kami bolak-balik Bekasi-Cisaat. Mending menginap semalam aja di Tanakita.

Suami bilang kalau menginapnya nanti di Riverside karena di Tanakita, Pinus, dan Rumamera sudah penuh. Gak masalah buat saya, Riverside juga kelihatannya nyaman. Anak-anak juga gak protes. Apalagi mereka sudah tau camp area yang riverside walopun belum pernah menginap di sana. Artinya mereka akan puas bermain air. Yippiiee!!

Saya agak malas saat berangkatnya karena harus menggunakan kendaraan pribadi. Udah nyaman naik kereta kalau ke Tanakita. Tapi karena mau ke kawinan dulu, ya udah jadinya pakai mobil. Males juga pakai baju formal kalau naik kereta hehehe. Enaknya pakai pakaian lapangan kalau naik transportasi umum :D

tanakita

Alhamdulillah perjalanan lumayan lancar. Sebelum pukul 12 siang sudah sampai Cisaat, langsung ke acara kawinan. Setelahnya disambut dengan hujan yang lumayan bikin basah kuyup walopun gak terlalu deras. Kami langsung ke Cinumpang, tempat dimana Tanakita Riverside berada.

Di hari itu, hanya kami sekeluarga yang menginap di Riverside. Sepi banget hahaha! Bahkan crew Tanakita juga minta izin pulang. Tapi pastinya saat waktunya makan, ada crew Tanakita yang mengantar makanan. Ya, gak apa-apa, kami kan bukan tamu juga. Lagipula di camp area lain sedang penuh tamu. Jadi biarkan kami menikmati privasi di Riverside hahaha!

Dibanding 3 camp area Tanakita lainnya, Riverside ini agak memisahkan diri. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai pernah merasakan tubing di Tanakita, Riverside camp area ada di tempat finish tubing. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai ke Tanakita naik kendaraan umum, Riverside yang berlokasi di Cinumpang ini merupakan tempat pemberhentian terakhir angkot. Makanya, kalau menginap di Tanakita, Pinus, atau Rumamera suka pada carter angkot. Kecuali kalau dari Cinumpang memilih meneruskan untuk berjalan kaki. Lumayan bikin ngos-ngosan, sih, kalau jalan karena nanjak :D

Lokasinya yang berada di lembah membuat udara lebih dingin dari area lain. *Padahal area lain udah dingin* Berada tepat di pinggir sungai juga membuat kami semakin ingin bermalas-malasan karena dihibur oleh suara aliran sungai. Di Riverside juga gak bisa internetan karena gak ada signal, membuat kami semakin menikmati family time selama di sana.

 
Baru juga sampai, langsung main air. Keke gak copot celana jeans. Nah malah masih pakai gamis :D 

tanakita

Kalau saya dan suami asik berduaan melulu dengan bermalas-malasan. Duduk di depan perapian, minum kopi atau teh, sambil makan *bawaannya lapar melulu hahaha*. Anak-anak malah begitu dateng sampe menjelang pulang main air terus. Entahlah tubuh mereka terbuat dari apa, abis gak juga menggigil hehehe. Keke dan Nai main air ditemani oleh sepupu saya. Paling sesekali harus diingatkan karena hujan yang nyaris gak berhenti selama 2 hari 1 malam kami di sana membuat arus air sungai semakin deras dan semakin tinggi debitnya.


Anak-anak tidur dengan sangat cepat malam itu. Sepertinya mereka kelelahan karena terus main air. Tinggal saya dan suami yang masih terjaga. Benar-benar sunyi sekali tempatnya. Suara gemuruh aliran air sungai semakin terdengar bila malam tiba. Sesekali melintas kunang-kunang. Asik banget, deh. Kami gak perlu trekking malam untuk melihat kunang-kunang kalau menginap di Riverside.

Tapi, saya juga ternyata harus kalah dengan dinginnya udara di Riverside. Menggigit banget! Padahal udah pakai long jhon sebelum pakai baju tidur. Masih ditambah pula dengan kaos kaki tebal dan juga jacket. Tapi tetap aja kedingingan. Padahal kata crew Tanakita kalau musim hujan begini suhunya gak sedingin saat kemarau. Kalau lagi kemarau, suka ada aja tamu yang minta sleeping bag sampe 2 karena dingin. Wah! Kayaknya kapan-kapan saya harus uji ketahanan dingin saat kemarau, nih :D Pukul 9 malam, saya menyerah dengan udaranya yang dingin. Brrr ... Memilih masuk tenda dan tiduuurr ...

Suara air sungai ternyata melenakan. Satu kekhawatiran saya ketika suami mengajak camping di Riverside adalah gak bisa tidur. Saya susah tidur kalau suasana bising. Tapi, suara aliran air memang berbeda. Malah rasanya terdengar nyaman dan membuat tidur semakin nyenyak.

tanakita 
Tetep bawa laptop karena harus menyelesaikan draft tulisan. Beugh! Enak banget, deh, ngedraft tulisan di pinggir sungai begini. Coba ini terjadi setiap hari :D

Keesokan paginya, anak-anak udah main air lagi. Ya, selama di sana mereka terus-menerus main air. Ya main air di sungai atau mandi hujan. Karena selama kami di sana hujan turun nyaris tiada henti. Alhamdulillah anak-anak sehat walopun terus-terusan main air.

Padahal kata suami kalau mau ke Tanakita buat main flying fox, trekking ke danau, atau aktivitas lainnya juga ayo aja. Tinggal jalan kaki atau naik mobil sekitar 10 menitan. Tapi mereka udah betah banget main di sungai. Saya dan suami pun rasanya memang lebih suka bermalas-malasan selama di sana :D

Siang harinya kami dikasih tau kalau ada crew salah satu rumah produksi untuk tv swasta yang sedang membuat program acara jalan-jalan dan butuh anak kecil untuk bermain di sungai. Keke dan Nai ditawari dan mereka mau. Tapi ditunggu sekian lama, para crew baru datang sore hari. Terlalu sore untuk main air. Anak-anak sih mau aja, tapi kan kami harus pulang.

tanakita 
Nonton yang lagi syuting sambil nunggu hujan reda lalu pulang

Pukul 6 sore kami pulang. Dan, sampai rumah pukul 2 dinihari, dong! Itulah kenapa saya gak suka naik mobil kalau ke Sukabumi. Suka macet dan kali ini kami mengalami kemacetan yang luar biasa parahnya. Alhasil , hari Senin anak-anak gak pada sekolah. Kecapean walopun di mobil mereka juga banyak tidur hehehe.

Oiya, kayaknya kalau ke Tanakita lagi, saya mau pilih yang Riverside aja kalau bisa (alias kalau lagi gak ada tamu). Abis suka dengan suasana sunyinya. Anak-anak juga gak bermasalah, tuh, walopun selama di sana gak internetan. Karena yang penting ada kegiatan pengganti yang lebih asik dari main gadget. Malah berlibur cuma semalam rasanya kurang banget buat kami semua :)

Tanakita

www.tanakitacamp.com

Lokasi: Situgunung, Kadudampit, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat

Reservasi: Jl. Lamandau IV No.17, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130 Phone +6221 7200469, Fax +6221 7269761, tanakita@rakata.co.id
 
Share:

Rumamera Tanakita - Camping Di Atas Awan

Difoto dari Tanakita dengan bantuan teropong

Setiap kali camping di Tanakita, saya suka mengamati sebuah villa yang terletak di bukit kecil yang bersebrangan dengan Tanakita. Paling suka mengamati saat sore atau pagi hari. Ketika kabut mulai turun di sore hari. Atau saat kabut belum menghilang di pagi hari.

Apabila sudah mulai berkabut, saya melihat villa tersebut seperti muncul dari atas awan. Karena seluruh area tertutup kabut yang terlihat seperti kumpulan awan. Hanya villa itu saja yang masih tetap terlihat. Sering penasaran, siapa sih pemilik villa itu. Kayaknya beruntung bisa punya yang memilikinya. Suka penasaran juga pengen lihat ke sana.

Selang beberapa tahun kemudian, villa yang saya sukai ini dikelola oleh Rakata Adventure. Artinya sudah termasuk ke dalam area Tanakita dan disebutnya Rumamera. Asal nama Rumamera sepertinya karena villa tersebut berwarna merah. Bukan merah sih sebetulnya, lebih tepat warna coklat karena dindingnya kayu. Tapi, memang lebih enak disebut Rumamera. Selain terdengar unik juga Rumah Cokelat nanti kayak nama toko yang jualan coklat, ya hehehe.

Awal Oktober 2015 …

Jalan kaki ke Rumamera. Sebetulnya, ada jalan besar yang bisa masuk mobil. Tapi, kami memilih lewat jalan setapak aja

“Jadi mau menginap dimana? Tanakita, Rumamera, Pinus, atau Riverside?” tanya salah satu crew Tanakita begitu kami sampai di sana.

Keke dan Nai awalnya tetap ingin di Tanakita. Ya, mereka belum pernah cobain menginap di area lain jadi agak susah move on dari Tanakita hehehe. Saya dan suami membujuk anak-anak supaya menginap di Rumamera saja. Alasannya, saat itu Tanakita lagi full di booking oleh 1 keluarga besar yang sedang gathering. Rumamera lokasinya paling dekat dari Tanakita, jadi kami memilih di sana.

 
Sampe juga Rumamera setelah berjalan kurang lebih 15 menit

Langsung makan siang

Anak-anak berhasil dibujuk. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Rumamera selama kurang lebih 15 menit. Kendaraan bisa masuk sampai Rumamera. Tapi karena kami menggunakan kendaraan umum, setelah turun di depan pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango harus dilanjutkan dengan berjalan kaki lagi.

Sesampainya di Rumamera sudah ada 1 rombongan kecil yang menginap. Sebetulnya, rombongan itu satu perjalanan dengan kami tapi lebih dulu sampai karena gak mampir dulu ke Tanakita. Rombongan sejumlah sekitar 15-20 orang, kebanyakan ibu-ibu yang punya hobi merajut.

Level bawah ada 1 ruang kosong dan juga beberapa kamar mandi (plus toilet)


Rumamera memang hanya area kecil. Untuk rombongan kecil yang ingin lebih privat atau sekadar menikmati suasana lain selain di Tanakita bisa cobain camping di Rumamera. Di area ini memang villa yang saya suka tetap ada, tapi di bagian dalamnya hanya ada ruang kosong dan pantry. Bisa dipakai untuk menggelar rapat kecil di sana. Di dalam ruangan sudah dilengkapi berbagai peralatan untuk presentasi. Menginapnya tetap di dalam tenda.

 
Udara dingin, angin sepoi-sepoi bisa bikin ketiduran kalau diayun-ayun di hammock :D

 
Baca buku juga enak dilakukan di hammock

Agak norak-norak bergembira, begitu sampai di sana kami melihat hammock. Yeaaay! Bisa cobain tiduran di hammock sampai puas hahaha! Ada 2 hammock di sana, dan keduanya dipakai bergantian oleh kami. Semoga tamu lain gak jadi terpaksa mengalah karena hammock terus-menerus kami pakai hehehe.

Udara sejuk, diayun-ayun oleh hammock, bikin mata jadi mudah kriyep-kriyep karena mengantuk. Beneran enak banget, ya, tiduran di hammock. Untungnya kami ada melakukan aktivitas lain. Selain ingin mengamati migrasi burung raptor juga berkeliling-keliling kalau enggak undah beneran ketiduran di hammock dan tamu lain semakin gak bisa gentian :p

Menjelang malam, masih terlihat sedikit semburat orange di langit. Menikmati sunset memang enak di Rumamera

Nongkrong di Coffee Gede, menunggu migrasi burung, melihat kebun organic, bermain air di Cinumpang, juga berjalan ke hutan sambil mencicipi air akar gantung adalah beberapa kegiatan yang kami jalani. Sampai-sampai rencana untuk melihat sunset di Rumamera gak terlaksana karena balik ke tenda menjelang makan malam. Kalau menginap di Tanakita paling enak menikmati sunrise. Tapi, di Rumamera paling enak menikmati sunset.

Lihat deretan tenda hijau di belakang? Itu lokasi Tanakita. Tenda di level bawah Tanakita terlihat dari Rumamera.  
Fotonya blur, uy! Tapi gerobak pikulan baksonya tetep kelihatan, kan? :p

Jangan khawatir dengan fasilitas dan pelayanan di Rumamera. Sama aja kayak kalau menginap di Tanakita. Gak ada yang berbeda kalau untuk fasilitas dan layanan. Cuma lokasi aja yang berbeda. Di Rumamera lebih berangin daripada di Tanakita karena areanya lebih terbuka. Siap-siap aja deh peralatan perang untuk menangkal masuk angin hehehe.

 
Menjelang sore, api unggun mulai dinyalakan

 
Secangkir teh hangat untuk menemani makan malam :)

Malam hari, saat makan malam di Rumamera, sambil mendengarkan iringan berbagai lagu yang dibawakan secara akustik, saya memperhatikan rombongan tersebut. Mayoritas dari mereka membuat rajutan sederhana. Ya, namanya hobi merajut kegiatan merajut hehehe. Tapi, udara dingin seperti di Rumamera memang enak juga ya diisi dengan kegiatan craft. Jadi, kepikiran juga untuk sesekali bawa alat craft kalau camping lagi.

Sehabis makan malam, kebanyakan tamu merajut. Tapi, ada 1 orang yang sedang menggambar sketsa para penyanyi akustik di depannya

Ada 1 orang dari rombongan itu yang asik membuat sketsa. Membuat sketsa yang sedang bernyanyi. Saya tuh kagum dengan mereka yang pintar menggambar. Apalagi menggambar on the spot. Jago banget kelihatannya.

Saya nyengir aja ketika diajak ikutan yoga. Mendingan tiduran di hammock hehehe

Pagi harinya, beberapa orang dari rombongan tersebut beraktivitas yoga. Saya pun diajak, tapi saya tampik dengan nyengir. Yoga? Hmmm … kayaknya saya lebih memilih (kembali) tiduran di hammock sambil menjadi pengamat yoga saja. Yang kemudian dilanjut dengan sarapan hehehe.

 
Nongkrong lagi Coffee Gede

 Dari Coffee Gede, lanjut ke Riverside Tanakita. Main air di sana trus pulangnya lewat hutan. Sama suami, saya dan anak-anak dikenalin minum air dari akar gantung :D

Usai sarapan, kami kembali beraktivitas ke tempat lain. Rencananya hingga siang aja, biar sorenya bisa melihat sunset di Rumamera. Eh, malah kelamaan beraktivitasnya. Bahkan dari sore hingga malam, kami berada di Tanakita. Dan dengan pertimbangan semua tamu di Tanakita atau Rumamera sudah pulang, kami pindah tidur aja. Malam kedua kami camping di Tanakita. Suami dan anak-anak yang angkutin barang bawaan dari Rumamera. Saya memilih istirahat di Tanakita. Pegel kaki setelah hampir seharian jalan, uy!

 
Malam kedua, pindah tenda. Kami menginap di Tanakita

Kami pulang Senin pagi, naik kereta. Sebetulnya, paling enak itu pulang sore hari. Tapi sengaja pilih kereta pagi karena kami gak mau sampai Jakarta harus terjebak macet dengan yang baru pulang kantor. Habis refreshing trus langsung kena macet, rasanya gak asik banget, ya.

Menginap di Tanakita selama 3 hari 2 malam sebetulnya rencana dadakan. Awalnya, hanya 1 malam saja. Tapi, begitu tau anak-anak libur cukup panjang, kami putuskan untuk memperpanjang liburan. Tiket pulang pergi sudah terlanjur dibeli. Dan, kami baru tau kalau tiket bisa dituker asalkan masih ada seat. Gak ada denda, kok. Kalaupun ada biaya tambahan itu karena kami menukar biaya tiket dari kelas ekonomi ke ekskutif.

 
Saatnya pulang. Cape tapi seneng banget :)

Susah bener dapetin tiket eksekutif saat wiken. Sekarang, para tamu Tanakita kebanyakan memilih naik kereta. Ya, mungkin daripada harus berlama-lama di perjalanan karena macet. Mendingan naik kereta lebih cepat sampai. Kami pun begitu, tapi gak pernah beruntung dapat tiket eksekutif walopun udah pesan dari jauh hari. Kalaupun waktu kami dapat tiket eksekutif untuk pulang, sepertinya karena hari Senin. Itupun pas kami pulang, tiket eksekutif udah sold out, lho.

2 minggu setelah camping di Rumamera, kami kembali camping. Masih penasaran melihat migrasi burung. Berikutnya kami camping di Puncak. Kemudian dialnjut dengan camping di Riverside – Tanakita, seminggu sesudahnya. Memang bulan Oktober dan awal November kami diwarnai dengan cerita camping, nih. Alhamdulillah.

Cerita camping-camping lainnya di postingan berikutnya aja, ya :)

Tanakita Camp

www.tanakitacamp.com

Lokasi: Situgunung, Kadudampit, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat

Reservasi:
Jl. Lamandau IV No.17, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130
Phone +6221 7200469
Fax +6221 7269761
tanakita@rakata.co.id

Share:

Seminar Digital GRATIS 100%

Paket TOUR Pilihan

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 JELAJAH 3 PULAU SERIBU (ONE DAY) *AV-D Mulai dai IDR 100.000

Berlaku: 21 Nov 2018 – 31 Mei 2019 BROMO ONE DAY TRIP *CT-D Mulai dari IDR 300.000

Berlaku: 04 Mei 2019 – 05 Mei 2019 PULAU TIDUNG 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 350.000

Berlaku: 06 Apr 2019 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 360.000

Berlaku: 27 Mar 2019 – 31 Mei 2019 PULAU HARAPAN 2D1N (OPEN TRIP) *AVD Mulai dari IDR 370.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU AYER ODT *AV.D Mulai dari IDR 399.000

Berlaku: 01 Agu 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 29 Apr 2019 – 03 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND *TX Mulai dari IDR 8.900.000

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM HAINAN ISLAND HARI SABTU STARTING JAKARTA JUN *TX Mulai dari IDR 4.650.000

Berlaku: 05 Mei 2019 – 08 Mei 2019 4 HARI 3 MALAM BANGKOK PATTAYA *TX Mulai dari IDR 5.500.000

Berlaku: 14 Mei 2019 – 18 Mei 2019 5D THAILAND MALAYSIA SINGAPORE *TX Mulai dari IDR 5.800.000

Berlaku: 01 Nov 2019 – 04 Nov 2019 MOTOGP GRAND PRIX OF MALAYSIA SEPANG INTL CIRCUIT 4D3N *TX Mulai dari IDR 5.900.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 12 Mei 2019 – 16 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND Mulai dari IDR 9.000.000

Jadi Agen Sekarang Gratis!

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support