start Jalan Jalan Ah: Catatan Hati

Tips Jalan Jalan Kamu ada Disini

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Tampilkan postingan dengan label Catatan Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Hati. Tampilkan semua postingan

Travel Blog yang Komplit Lebih Disukai

Travel blog yang komplit lebih disukai oleh saya. Sahabat Jalan-Jalan KeNai lebih suka yang bagaimana?

Ketika akan melakukan perjalanan atau hanya sekadar makan di salah satu resto, seringkali saya mengandalkan catatan perjalanan para travel blogger. Hingga saat ini, saya belum memiliki satupun travel blogger andalan dimana setiap kali kami ingin melakukan perjalanan pasti akan membaca dulu blog tersebut. Karena belum tentu blogger tersebut memiliki informasi yang saya butuhkan. *Tentu ini berbeda jawabannya kalau ditanya tulisan travel blogger yangdisukai. Tentu saja saya akan menjawab ada beberapa travel blogger andalan yang saya sukai tulisannya.* Lagipula yang pertama kali saya lakukan biasanya memang dengan mencari melalui google dengan memasukkan kata kunci. Setelah memasukkan kata kunci, kemudian biasanya didapatlah beberapa informasi yang saya butuhkan.

Nah, travel blog yang komplit lebih disukai oleh saya dibandingkan dengan yang hanya memberikan informasi seadanya. Seperti apa, sih, travel blog yang saya sukai?

Foto yang Bikin Mupeng

Yang pertama kali saya lihat kalau mencari info perjalanan adalah foto. Saya menyukai travel blog dengan foto yang bertaburan. Tapi, bertaburan saja tidak cukup. Buat saya, foto yang bagus yang sampai bikin saya mupeng pengen ke sana itu menarik. Bikin saya sembangat membaca catatan perjalanan blogger tersebut. Selfie, welfie, atau hanya pemandangan itu terserah aja. Yang penting wajib bikin foto yang bagus.

Memang ada beberapa yang bilang kalau foto kadang 'menipu'. Di foto terlihat bagus, ternyata begitu tempatnya disamperin terlihat biasa aja. Kalau saya, sih, gak mau langsung serta-merta menyalahkan si pemilik foto. Yang namanya bagus itu, kan, relatif. Buat saya bagus, belum tentu buat yang lain. Lagipula kalau si pemilik foto berhasil membuat foto bagus yang berhasil menarik orang lain berkunjung ke sana padahal tempatnya biasa aja, berarti yang motret jago. Kecuali kalau pakai foto comotan, ya, Seolah-olah udah pergi ke sana. Hmmm ... Enggak, deh, kalau kayak gitu.

Cerita yang Komplit

Saya suka baca travel blog yang komplit. Kalau toko mungkin semacam one stop shopping, ya. Segala info yang saya butuhkan dapat. Tidak hanya menampilkan foto trus ceritanya cuma seadanya. Cuma cerita kapan perginya dan dengan siapa aja, abis itu selesai. Trus info yang saya dapat apa?

Ceritakan Keseruanmu

Ketinggalan kereta? Kena macet? Telat bangun? Restonya udah tutup? Ditegur petugas kemanan? Dan lain sebagainya. Pernah baca cerita heboh seperti itu? Saya sering. Dan, suka membaca kehebihan itu, Bukan karena kepo tapi mungkin siapa tau saya akan mengalami hal yang sama. Jadi gak akan kaget. Atau justru saya jadi tau supaya tidak mengalami hal yang sama. Kasih tip di postingan juga oke :D

Menggambarkan Suasana 

Dinginkah udara di sana? Harus pakai pakaian apa kalau ke sana? Jangan sampai salah berpakaian, nih. Udah pakai baju tipis ternyata di sana lagi dingin. Alas kaki gimana? Asik, gak, kalau cuma pakai sandal jepit?

Apakah ada cerita bersejarah di lokasi yang dikunjungi? Suasana di sana bagaimana? Ramai saat hari apa saja? Apa aja yang bisa dilihat di sana? Kalau udah sampai sana, sebaiknya apa dulu yang harus dilakukan? Kalau datang ke resto, makanan atau minuman apa yang paling enak? Saya suka membaca info yang lengkap seperti itu.

Rute dan Transportasinya Bagaimana?

"Ada tamu kebablasan sampai Sukabumi, Pak. Katanya di kereta gak ada petugas yang memberi tau."

Salah satu crew Tanakita memberi tahu suami saya kalau ada tamu yang kebablasan hingga Sukabumi. Untuk para tamu Tanakita yang naik kereta memang harus turun di stasiun Cisaat. Kalau tidak, maka stasiun berikutnya adalah pemberhentian terakhir yaitu stasiun Sukabumi. Sayangnya, gak di setiap stasiun ada pemberitahuan kepada penumpang.

Itulah kenapa penting bagi saya untuk mencari tau terlebih dahulu. Saya googling nama-nama stasiun dimana kereta akan berhenti. Pokoknya setelah masuk stasiun Cibadak itu berarti sudah tanda-tanda kalau kami siap untuk turun.

Gak cuma saat naik kereta menuju Cisaat aja, sih. Saat naik commuter line atau Trans Jakarta pun begitu. Gak selalu ada woro-woro kalau kendaraan akan memasuki stasiun atau halte tertentu. Saya tetap harus aktif mencari tahu. Kalau gak sempat googling, maka harus bertanya. Pepatah "Malu bertanya, sesat di jalan" itu maish berlaku, kok :)

Perjalanan saya sekeluarga sebetulnya lebih banyak dengan menggunakan kendaraan pribadi. Tapi, karena mobil kami jenis city car, jadi seringkali harus dipertimbangkan juga. Contohnya ketika akan ke Gunung Padang (Baca: Ke Gunung Padang Naik Sedan). Informasi yang saya dapatkan adalah akses ke sana jalannya sangat jelek. Saya pun sempat kepikiran naik kereta api. Tapi kemudian menjelang keberangkatan, Suami mendapat info dari temannya kalau sudah ada salah satu akses jalan yang cukup bagus. Akhirnya, kami pun tetap menggunakan mobil. Alhamdulillah jalanannya memang sudah cukup bagus.

Harganya Berapa?

Saya malah senang kalau setiap tulisan travel blog dicantumin harganya. Misalnya makan di resto mana, ada keterangan harga makanan dan minuman yang diorder. Begitu juga dengan catatan perjalanan lainnya. Berapa harga tiket kereta, tarif kamar hotel, dan lain sebagainya.

Saya gak pernah menilai itu sebagai pamer. Justru informasi seperti ini juga menguntungkan buat saya. Kan, jadi bisa mengukur diri. Kalau dirasa masih kemahalan buat saya, mendingan nikmati tulisan orang lain dulu hehehe.

Kalau Fashion Blog, mungkin cukup dengan foto plus keterangan brand yang dipakai dari ujung kepala hingga kaki plus harganya, masih oke lah buat saya. Tapi untuk Travel Blog, saya lebih suka tulisan yang komplit sekomplit-komplitnya. Bagaimana dengan Sahabat Jalan-Jalan KeNai? Lebih suka tulisan travel yang seperti apa? :)
Share:

Kenapa Harus Traveling Bersama Keluarga?

 
Kenapa Harus Traveling Bersama Keluarga? Saya akan menjawab alasannya di postingan ini :)

"Myr, gue lihat foto lo yang lagi jalan kaki di Bogor. Masing-masing pada bawa ransel. Gila, ya, Arie bener-bener mempengaruhi lo banget. Dulu mana mau lo kayak begitu."

Saya hanya tersenyum lebar mendengar cerita sahabat saya. Dia pun meneruskan ocehannya ...

"Gue, kan, kasih lihat foto lo itu ke laki gue. Eh, dia malah bilang kalau sebagai istri memang harus begitu hehehe. Kalau laki gue senengnya jalan-jalan, sih, gue bisa ikutan. Tapi dia senengnya utak-atik motor. Masa iya gue harus ngutak-atik motor juga."

Kali ini saya tertawa mendengar ceritanya ... Tapi, apa iya suami saya sudah berhasil mempengaruhi saya? Apa iya, dulu saya gak begitu? *Akhirnya jadi mikir juga hahaha*

Kalau dibilang mempengaruhi mungkin ada benarnya. Dulu, saya memang gak pernah bepergian ke luar kota membawa ransel apalagi naik turun angkot. Ransel cuma dipakai saat sekolah dan kerja aja. Kalau harus ke luar kota lebih memilih bawa trolley bag. Itupun ke luar kota kalau gak sama keluarga, berarti lagi urusan kerjaan. Waktu masih gadis, saya mana boleh bepergian tanpa keluarga untuk alasan berlibur :D

Iya, memang sekarang saya terpengaruhi suami. Tapi selama hampir 10 tahun kami menikah, justru suami yang banyak mengalah untuk urusan traveling. Baru sekitar 2 tahun terakhir ini aja saya mau backpackeran. Sebelumnya jalan-jalan manja wkwkkw ... Jadi, bisa dibilang kami saling mempengaruhi, lah :)

Dulu memang saya dilarang bepergian sendirian. Tapi kebiasaan traveling bersama keluarga terbawa sampai sekarang. Saya menikmati traveling bersama anak-anak walopun banyak yang bilang kalau bawa anak itu lebih ribet. Memang benar banget, tuh. Tapi sebetulnya itu cuma masalah waktu aja, sih.

Keribetan yang saya rasakan sekarang dengan dulu udah berbeda. Dulu waktu anak-anak masih balita, ribetnya memang banyak. Saya dibilang udah kayak mau pindahan kalau lagi jalan-jalan hahaha. Segala perlengapan anak kami bawa. Setelah anak-anak mulai besar, barang bawaan mulai berkurang. Apalagi sekarang mereka sudah bisa bawa tas sendiri.

Momen adalah alasan utama kenapa harus traveling bersama keluarga. Walopun pengalaman traveling bersama keluarga ketika saya masih kecil tidaklah banyak tapi ada momen tertentu yang masih lekat dalam ingatan. Apalagi kalau ditambah lagi dengan melihat ambul foto jadul.

Saya tidak ingin kehilangan momen itu. Saya ingin anak-anak kelak merasakan kalau mereka pun pernah punya pengalaman menyenangkan saat traveling bersama orang tua. Walopun (mungkin) nanti mereka akan melakukan perjalanan sendiri.

Jalan-jalan sambil memberikan edukasi juga bisa jadi salah satu tujuan kenapa harus traveling bersama keluarga. Apalagi kalau jalan-jalannya menyenangkan, anak akan tetap merasa seperti bermain padahal sebetulnya sedang belajar juga. Tapi buat kami jalan-jalan gak harus selalu diisi dengan perjalanan penuh edukasi. Ada kalanya jalan-jalan hanya sekadar ingin bersenang-senang. Kembali lagi untuk menciptakan momen.

Momen kebersamaan bisa dibangun salah satunya melalui traveling. Makanya saya suka sebel kalau saat jalan-jalan ada yang bad mood. Mendingan pulang kalau kayak begitu. Momen kebersamaan memang harus terus dirajut. Apalagi zaman sekarang hubungan sesama manusia semakin individualistis. Saya gak pengen, ah, Keke dan Nai menjadi anak-anak yang tidak paham arti kebersamaan :)

Traveling bersama keluarga juga ceritanya lebih berwarna karena memang yang dipikirkan gak hanya diri sendiri. Memang, sih, kalau traveling gak boleh egois. Rentang usia antara anak dan orang dewasa membuat masing-masing punya selera. Nah, itu yang harus dibuat bagaimana caranya supaya traveling tetap asik. Memang harus banyak seninya kalau traveling bersama keluarga. Yang dewasa harus banyak ngalah sama anak-anak. Dan pastinya ada beberapa barang yang wajib dibawa apabila traveling bersama anak. Seruuu! :)
Share:

Selfie Juga Ada Etika

etika selfie
Selfie juga ada etikanya. Salah satu alasannya adalah karena manusia itu makhluk sosia. Gak hidup sendirian di dunia.

Selfie ... Dimana-mana selfie? Saya suka selfie. Bagaimana dengan Sahabat Jalan-Jalan KeNai, suka selfie juga? Saya gak peduli seseorang mau upload foto selfie sebanyak apapun di akun social medianya. Kalau saya gak suka tinggal hide saja tanpa perlu misuh-misuh. Cara meng-hide sama mudahnya kalau memberi like.

Saya juga tidak peduli apakah seorang traveler akan lebih banyak foto selfie dengan latar pemandangan atau murni hanya foto pemandangan saja. Fotomu adalah milikmu. Memang benar kalau ingin untuk kepentingan pihak tertentu, misalnya kirim ke majalah, foto selfie biasanya dilarang. Tapi kalau hanya untuk konsumsi pribadi diupload ke akun socmed atau blog sendiri, saya pikir terserah masing-masing saja.

Saya juga tidak akan menghubungkan kebiasaan selfie dengan bahasan psikologi. Karena saya tidak expert di bidang itu. Saya menulis ini karena walopun menyukai selfie tapi juga suka jengah apabila melihat hasil selfie yang seenak jidatnya.

Apa iya kita bisa bebas selfie sesukanya? Menurut saya sih di zaman (yang katanya) kebebasan ini pun selfie juga harus ada etika. Kita bisa aja mengaku sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuat. Tapi gak ada salahnya kan kalau mempelajari etika lebih dahulu sebelum melakukan selfie.

Jangan Mengganggu yang Sedang Beribadah

Beberapa waktu lalu sempat heboh di social media tentang para photographer dadakan yang meliput sebuah acara ibadah. Kenapa saya katakan potographer dadakan? Karena kemungkinan besar yang melakukan adalah para wisatawan dan bukan photographer resmi. Masalahnya para photographer dadakan itu melakukan pemotretan semaunya sehingga mengganggu jalannya ibadah yang seharusnya sakral. Memang saat itu perdebatan yang terjadi adalah tentang etika tentang memotret ritual peribadatan. Tapi saya juga merasa bisa jadi ada juga yang mengganggu suasana ibadah dengan melakukan selfie.

Safety First NOT Selfie First

etika selfie

Sahabat Jalan-Jalan KeNai sudah tau belum kalau di Rusia sudah mulai ada aturan larangan dan pembatasan selfie untuk daerah tertentu? Akibat semakin tingginya angka kematian dan kecelakaan saat selfie karena mengabaikan keselamatan membuat pemerintah membuat beberapa aturan tentang selfie.

Tidak hanya di Rusia, sejak 1 Juli lalu menurut beberapa sumber yang saya baca, Disneyland membuat aturan yang melarang membawa tongsis. Awalnya tongsis masih boleh dibawa, asalkan tidak dipakai saat menaiki wahana. Pihak Disneyland pernah menghentikan wahana roller coaster yang sedang berjalan ketika mengetahui ada pengunjung yang menggunakan tongsis saat sedang naik roller coaster. Dikhawatirkan ulah pengunjung ini akan membahayakan pengunjung lain. Karena banyak pengunjung yang tidak taat aturan, akhirnya tongsis benar-benar dilarang masuk Disneyland.

Di beberapa daerah lain di US juga ada larangan selfie. Misalnya di Lake Tahoe, lokasi dimana pengunjung bisa melihat beruang dari dekat. Tapi karena semakin banyak pengunjung yang selfie sama beruang (padahal harusnya kan wisata edukasi aja), akhirnya keluarlah larangan karena khawatir beruang jaid terganggu. Di Spanyol juga ada larangan untuk selfie di arena adu banteng. Apalagi pernah ada insiden pengunjung yang terluka karena banteng.

Ternyata gak cuma di Indonesia saja, para penggila selfie yang suka abai dengan keselamatan. Bagaimana dengan aturan di Indonesia? Kelihatannya memang selfie masih belum menjadi aturan tertulis di sini. Saya membayangkan apabila di Indonesia ada aturan tertulis, apakah akan terjadi pro-kontra yang hebat di social media? Hahaha ... abaikan saja apa yang saya bayangkan. Tapi mau ada aturan tertulis atau tidak memang sudah seharusnya kita harus paham bahwa safety first NOT selfie first. Kalau sampe celaka atau mencelakakan orang lain, siapa yang harus disalahkan?

etika selfie 
Nai main ayunan sambil selfie. Gak kami larang, hanya sering mengingatkan bagaimana menjaga diri. Jangan sampai keasikan selfie trus jatuh dari ayunan saat sedang mengayun kencang

Berempatilah!

Saya selalu gagal paham dengan orang-orang yang selfie ditengah musibah. Apalagi kalau selfienya sambil ketawa-tawa. Kemanakah rasa empati?

Cari Tahu Terlebih Dahulu Lebih Baik

Tidak semua tempat bisa selfie. Di postingan saya sebelumnya yang tentang Food Blogger, dikatakan bahwa saat ini sudah banyak resto yang tidak keberatan makanannya difoto walopun tidak minta izin terlebih dahulu. Berarti mungkin saja di saat socmed belum seramai sekarang, foto di restaurant adalah sesuatu yang terlarang. Mungkin untuk resto sudah banyak yang mengizinkan. Tapi masih banyak tempat lain yang melarang untuk melakukan selfie. Misalnya di tempat ibadah, museum, dan beberapa area lainnya.

etika selfie 
Batu gordam yang terlihat cantik. Catatan perjalanan ini bisa Sahabat Jalan-Jalan KeNai baca di Ray of Light Goa Jomblang yang Bikin Speechless

Ketika kami sekeluarga ke Goa Jomblang, instrukturnya mengatakan bahwa di dalam goa nanti ada sebuah batu  putih besar bernama batu gordam. Instruktur membolehkan kami untuk berfoto di sana asalkan badan kami bersih. Area di sekitar batu kan sangat berlumpur, kalau kami tidak bebersih dulu maka bisa-bisa batunya akan terkena lumpur. Kalau dibiarkan, lama-lama batunya tidak akan bersih lagi. Makanya instruktur dengan tegas selalu mengingatkan untuk berfoto di sana dalam keadaan bersih. Gak cuma mengingatkan, intruktur kami rajin mengelap batu tersebut supaya terlihat tetap putih bersih. Sepatu boot wajib dicopot.

Bahkan saya dan anak-anak mendapat larangan tambahan dari suami. Katanya, dilarang menduduki atau berdiri di dekat batu, cukup foto didekatnya saja. Karena menurut suami, proses terciptanya batu gordam sangat panjang. Mungkin bisa memakan waktu jutaan tahun dan hingga sekarang terus berproses karena tetesan air di atas goa masih ada. Sayang sekali kalau harus diinjak atau diduduki karena khawatir bisa menghambat proses pertumbuhan batu tersebut.

Kabarnya di Tanah Suci ada area terlarang untuk selfie. Bahkan di Korea Selatan malah katanya kalau mau pake tongsis harus yang udah bersertifikat aman dari negara tersebut. Di Perancis juga ada 1 area tertentu yang melarang pengunjung untuk selfie karena dianggap akan mengganggu wisatawan lain yang benar-benar ingin menikmati liburan. Entah benar atau tidak, mungkin yang pernah ke Tanah suci, Korea Selatan, atau juga perancis bisa kasih tau saya :)

Jangan cuek dengan berbagai larangan ini. Jangan pula ngotot dan merasa benar sendiri kalau kemudian ditegur karena melanggar. Karena untuk beberapa tempat hukumannya bisa berat, lho. Ada hukuman denda (yang jumlahnya lumayan besar) hingga penjara.

Selfie itu Menggoda? Hmm ... Nanti dulu ...

Gak bermaksud memancing pro-kontra, nih. Cuma mau mengungkapkan kalau saya gak setuju dengan pendapat yang melarang selfie karena bisa menggoda lawan jenis. Gak dipungkiri ketika melihat selfie cowok ganteng, saya akan mengatakan (walopun dalam hati) kalau itu cowok memang ganteng. Tapi apakah saya tergoda dan mikir yang aneh-aneh? Gak juga, lah. Biasa aja kalau saya, gak sampe segitunya.

Cuma memang untuk para penggemat selfie paling tidak harus cari tau juga pose apa yang bisa memancing orang salah persepsi. Malah kalau selfie kan kadang menampakan jari tangan. Coba dicari tahu lagi lewat google, jari-jari seperti apa aja yang bisa dibilang kode. Jangan sampai maksud hati ingin sekadar selfie, gak taunya malah disalahartikan orang lain.

Jangan Selfie dengan Memperlihatkan Area yang Pribadi di Tubuhmu

Suatu hari salah seorang teman saya pernah upload foto dirinya sedang selfie. "Mana hijabmu?" Banyak pertanyaan yang serupa, sesaat setelah teman saya mengupload foto tersebut. Gak berapa lama kemudian, teman saya membuat status kalau foto yang sebelumnya diupload dan sudah dihapus adalah sebuah ketidaksengajaan. Handphone disimpan di tas, dan entah gimana ceritanya salah satu foto yang ada di handphonenya terupload.

Saya rasa mungkin aja terjadi. Smartphone zaman sekarang yang umumnya sudah touch screen, apabila lupa dilock, bisa aja hanya karena terkena sentuhan tau-tau miss call seseorang. Jadi gak menutup kemungkinan juga kalau foto yang ada di dalam bisa upload ke socmed setelah beberapa kali tersentuh layarnya.

Itu baru rambut yang terlihat, tapi bagaimana kalau kita iseng memotret tubuh sendiri yang sedang tanpa busana? Mungkin merasa aman karena fotonya kan di kamar dan gak akan dishare, sekadar koleksi pribadi. Tapi, siapa tau gak sengaja layarnya tersentuh dan fotonya terupload? Atau handphonenya ilang lalu foto-fotonya dilihat orang orang yang gak bertanggung jawab untuk kemudian disebarluaskan. Hiii ... Sereeeem, ah!

Selfie Jangan Sampai Merusak Lingkungan

etika selfie 
Gak ada yang melarang, kok, foto sama bunga. Asalkan jangan merusak. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai merasa berhak untuk hidup, maka bunga pun juga merasa ingin punya hak yang sama. Cuma aja bunga-bunga itu gak bisa berbahasa manusia.

Ini yang lagi ngehitz banget beritanya. Tentang Amaryllis yang harus menjadi korban para penggila selfie. Saya pun geram membacanya. Tapi memang membully para pelaku juga bukan solusi terbaik. Walopun itu salah satu resiko di dunia maya. Ada aksi, maka akan ada reaksi.

Kembali saya mencari berita di berbagai sumber. Ternyata, di New York ada peraturan yang melarang para pengunjung untuk merusak taman. Dendanya gede banget kalau sampai ketahuan. Bisa sampai $15K atau sekitar Rp200juta. Nah, lho!

Sekali lagi, di negara kita memang belum ada aturan tertulisnya. Tapi bisa dong sebagai masyarakat kita menjadi warga yang tau etika? Termasuk etika saat berselfie. Gak perlu harus nunggu ditegur orang dulu baru nyadar. Karena kadang kitanya juga yang malas mencari tau. Padahal kan ngakunya ketergantungan dengan dunia maya. Nah, apa salahnya ketergantungan itu dipakai sejenak untuk mencari info di dunia maya? Selfie juga ada etika :)

*Tulisan ini tidak ditujukan ke pihak tertentu seperti anak alay dan lain sebagainya. Karena coba aja perhatiin, mereka yang sudah dikatakan seharusnya dewasa pun masih ada aja yang melakukan selfie tanpa tau aturan :)
Share:

Seminar Digital GRATIS 100%

Paket TOUR Pilihan

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 JELAJAH 3 PULAU SERIBU (ONE DAY) *AV-D Mulai dai IDR 100.000

Berlaku: 21 Nov 2018 – 31 Mei 2019 BROMO ONE DAY TRIP *CT-D Mulai dari IDR 300.000

Berlaku: 04 Mei 2019 – 05 Mei 2019 PULAU TIDUNG 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 350.000

Berlaku: 06 Apr 2019 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 360.000

Berlaku: 27 Mar 2019 – 31 Mei 2019 PULAU HARAPAN 2D1N (OPEN TRIP) *AVD Mulai dari IDR 370.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU AYER ODT *AV.D Mulai dari IDR 399.000

Berlaku: 01 Agu 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 29 Apr 2019 – 03 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND *TX Mulai dari IDR 8.900.000

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM HAINAN ISLAND HARI SABTU STARTING JAKARTA JUN *TX Mulai dari IDR 4.650.000

Berlaku: 05 Mei 2019 – 08 Mei 2019 4 HARI 3 MALAM BANGKOK PATTAYA *TX Mulai dari IDR 5.500.000

Berlaku: 14 Mei 2019 – 18 Mei 2019 5D THAILAND MALAYSIA SINGAPORE *TX Mulai dari IDR 5.800.000

Berlaku: 01 Nov 2019 – 04 Nov 2019 MOTOGP GRAND PRIX OF MALAYSIA SEPANG INTL CIRCUIT 4D3N *TX Mulai dari IDR 5.900.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 12 Mei 2019 – 16 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND Mulai dari IDR 9.000.000

Jadi Agen Sekarang Gratis!

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support