start Jalan Jalan Ah: Outdoor

Tips Jalan Jalan Kamu ada Disini

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Tampilkan postingan dengan label Outdoor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Outdoor. Tampilkan semua postingan

Piknik Asik di RRREC Fest In The Valley 2016

 
Salah satu acara di RRREC Fest In The Valley 2016 adalah pertunjukkan musik. Tidak ada kelas 1, VIP, dan lainnya ketika menonton musik di sini. Silakan cari tempat ternyaman masing-masing. Mau sambil makan, tiduran, atau duduk juga boleh. Asalkan jangan nyampah :)

Ngadem ... Biasanya, kami kalau ke Tanakita memang buat ngadem. Lagi suntuk tapi bingung mau kemana, ya udah ke Tanakita aja. Ngadem di tempat yang sunyi. Kalau di Tanakita lagi rame (biasanya kalau lagi ada gathering perusahaan, sekolah, atau keluarga besar), kami memilih nge-camp di area Tanakita lainnya kayak Rumamera atau Riverside. Kayaknya cuma kehadiran GAC (Gamal, Audrey, dan Cantika) yang berhasil membawa saya datang ke Tanakita untuk menikmati keramaian performance mereka sesaat hehehe. Saya belum pernah tahun baruan di Tanakita. Karena pasti sangat ramai. Di Tanakita juga ada event tahunan, namanya RRREC Fest In The Valley. Biar gak ribet, dibacanya Rekfest, ya.
RREC Fest In The Valley adalah sebuah festival dalam format paket liburan akhir-pekan / weekend getawaymusic camp, berisikan rangkaian program yang meliputi: pertunjukan musik, pemutaran film layar tancap, residensi seniman, workshop, bincang-bincang, program anak, dan teater. - Sumber: http://rrrec.ruangrupa.org/2016/id/beranda-id/ -
Tahun ini adalah tahun ketiga, Ruang Rupa bekerjasama dengan Tanakita menggelar RRREC Fest In The Valley. Dan, baru kali ini kami sekeluarga hadir di sana. Itu juga karena suami termasuk yang ikut ngurusin event ini. Beberapa hari sebelum hari H bahkan sudah ada di Tanakita. Saya yang emang dasarnya gak pernah bisa ditinggal suami walaupun cuma semalam, berinisiatif nyusul, dong. Jadi, kehadiran saya dan anak-anak di sana itu awalnya cuma buat nyusul suami hahaha.

Ternyata, saya sangat menikmati RRREC Fest In The Valley!

Festival ini diselenggarakan selama 3 hari, yaitu 9-11 September. Saya dan anak-anak baru datang di hari kedua karena sayang banget kalau anak-anak sampe bolos di hari Jumat *Tapi kalau tau eventnya bakal keren kayak gini, sih, tahun depan kalau diselenggarakan lagi kayaknya anak-anak disuruh bolos aja. Ups! :p*


Gara-gara festival ini juga saya jadi gak bisa tidur semalaman sebelum berangkat ke Tanakita. Karena sejak menikah, saya belum pernah bepergian jauh tanpa suami. Kan, jadinya deg-degan banget. Kalau ketinggalan kereta gimana? Bisa gak ya bawa anak-anak ke luar kota tanpa suami? Apalagi saya pernah kecopetan di dekat stasiun Bogor. Makinlah saya deg-degan dan takut. Alhamdulillah, ketakutan saya perlahan sirna karena sepanjang perjalanan dilancarkan.

[Silakan baca: HP Hilang dan Firasat]

Sampe Tanakita, beberapa workshop sedang berlangsung. Saya pengen banget ikut workshop photography, tapi pas sampai sana workshop udah hampir selesai. Sayang banget, ya. Beneran harus dari hari pertama nih datangnya :D

Camping, Kuliner, Musik, Talks

Selain ramai, alasan lain kenapa saya (sempat) malas datang ke RRREC Fest In The Valley adalah saya gak banyak tau line up nya. Ya, awalnya saya mengira kalau ini hanyalah festival musik indie. Ketika panitia festival mulai mengumumkan satu per satu line up festival tahun ini di IG, saya mulai mencoba cari tau performancenya di YouTube. Dan, gak ada satupun yang saya suka! *Maaf, yaaaa* Saya memang penggemar musik komersil. Meskipun gak semua musik komersil saya suka. Tapi musik indie lebih gak akrab lagi di telinga saya.
"Heran, di sini kok menikmati performance semua yang tampil, ya? Padahal kalau gue denger di YouTube kayak gak suka."

"Ya itu ibaratnya lo gak suka sepakbola tapi begitu lo nonton langsung di lapangan pasti bakal suka, deh. Karena rasanya beda."
2 orang pria yang tidak saya kenal sedang bercakap-cakap di dekat saya. Lha, kok sama persis dengan yang saya rasakan? Jadi seperti mendengarkan suara hati hahaha. Saya juga bukan penggemar sepakbola. Tapi pernah sekali diajak nonton langsung pertandingan sepakbola di istora Senayan dan saya sangat menikmati suasananya. Tegangnya, teriakannya, semua kehebohannya saya ikut merasakan seperti ribuan penonton lainnya.

Begitulah yang saya rasakan di festival ini. Mungkin saya bukan penikmat sejati. Tapi kalau melihat langsung, saya pun bisa ikut larut. Memang gak semua performance saya bisa nikmati. Ada segelintir performance yang tetap asing di telinga saya. Sebagian besar saja yang bisa saya nikmati.

Konsep RRREC Fest In The Valley ini memang unik. Tiket untuk festival ini tidak dijual harian. Tapi selama 3 hari 2 malam, seluruh peserta akan merasakan camping, menikmati musik, ikut talkshow, dan lain sebagainya bersama-sama. Untuk area camping ada di beberapa lokasi Tanakita. Untuk lebih jelasnya, Sahabat Jalan-Jalan KeNai bisa lihat di IG RRRec_Fest.

 
Tanakita Pinus Camp

Pinus adalah salah satu camp area Tanakita dan kami menginap di sana. Saat festival, yang menginap di pinus camp boleh membawa tenda sendiri. Tapi bila menggunakan tenda Tanakita akan dikenakan biaya tambahan. Tidak ada listrik, kasur, dan sleeping bag di setiap tenda. Yang ada hanya matras. Buat kami gak jadi masalah tidur beralaskan matras. Kalau naik gunung kan tendanya juga cuma beralaskan matras. Lagipula hutan pinus itu tanahnya empuk karena tertutup daun kering. Jadi berasa pake karpet hehehe. Paling yang rada ribet memang urusan nge-charge. Biasanya, segala gadget kami charge malam hari. Di Pinus Camp gak ada listrik seperti halnya di camp area Tankita yang lain. Listrik hanya ada sentral di tempat ngumpul. Karena di tenda gak ada listrik jadinya numpang ng-charge di kantor Tanakita.

Udah gitu, suami saya lupa bawa sleeping bag. Jadilah semaleman rada kedinginan. Segala baju dan celana dikeluarin untuk nutupin badan. Jaket juga udah dipake. Beruntung nginepnya di hutan pinus. Kalau di area yang lebih terbuka kayaknya bakal lebih kedinginan hehehe.

 

Makanan sudah termasuk dalam paket menginap di Tanakita. Tapi, saat festival berlangsung, saya dan anak-anak lebih memilih jajan. Puas banget menyantap cuanki, mie ayam, ketan bakar dan sambal oncom, juga aneka jajanan lainnya. Saya cuma gak kebagian nasi bakarnya. Huaaaa ... Padahal kata Keke rasa nasi bakarnya enak banget, lho.

Selama festival, hujan beberapa kali turun. Malah terkadang deras tapi gak menyurutkan antusias para peserta untuk tetap menikmati festival. Pastinya lagi kalau ikut festival ini harus siap fisik. Turun naik lembah melulu. Ya, sebetulnya kalau mager, bisa aja tetap di satu tempat. Misalnya pagi sampai siang di Tanakita untuk berbagai talkshow. Setelah itu baru turun ke lembah untuk menikmati musik hingga malam. Makan utama juga disajikan di lembah. Tapi karena saya lumayan pecicilan, kayaknya kalau cuma diam di satu lokasi aja gak bisa :D

 
Makanan utama memang sudah termasuk dalam paket. Tapi kalau melihat aneka jajanan seperti nasi bakar, ketan bakar sambal oncom, roti bakar, jagung bakar, cuanki, dan masih  banyak lagi, kami pasti tergiur buat jajan hehehe.

Ada beberapa talkshow yang menarik untuk diikuti. Beberapa talkshow dan workshop diselenggarakan bersamaan. Bikin galau mau ikut yang mana kalau pilihannya asik semua. Asik ikutin talkshownya karena suasananya santai. Sama lah kayak menikmati musiknya. Mau sambil duduk, sambil makan, atau sambil tiduran juga boleeeehh. Apalagi udara juga sejuk. Enak banget, deh :)

Acara masih berlangsung hingga hari Minggu malam. Tapi karena kami naik kereta, gak mungkin untuk ikut sampai malam. Sore hari kami sudah harus meninggalkan Tanakita. Perjalanan yang deg-degan menuju stasiun. 5 menit sebelum kereta jalan, kami baru sampai stasiun. Untung pas pemeriksaan boarding pass gak ada antrean. Bisa-bisa ketinggalan kereta kalau antrean di boarding pass panjang.

Siapa Saja yang meramaikan RRREC Fest In The Valley?

[Workshop] RAUNG JAGAT - The Roar of The Universe


Raung Jagat adalah sebuah sistem paduan suara berbasis improvisasi yang diciptakan oleh Rully Shabara Herman untuk mengelola beragam suara manusia secara spontan dan eksperimentatif namun sangat inkusif. Sehingga bisa diterapkan ke semua jenis suara manusia tanpa pengecualian.

https://soundcloud.com/rully-shabara
Unik tapi aneh! Kesan pertama yang saya tangkap dari paduan suara ini. Janganlah bayangkan seperti mendengar paduan suara seperti pada umumnya. Sejujurnya, kuping saya masih agak asing mendengarnya. Ada beragam suara yang dikeluarkan. Kadang seperti suara burung, kadang kayak pada sibuk mengoceh, pokoknya banyak suara unik.

Walaupun masih terasa asing bagi saya, penampilan ini seperti halnya paduan suara yang mana ada pemimpinnya. Seru aja melihat mas Rully yang begitu ekspresif menunjuk setiap peserta. Kemudian terciptalah harmoni. Workshop Raung Jagat ini berlangsung setiap hari dan performance di hari terakhir. Kami tidak melihat performancenya karena sudah keburu pulang.

[Workshop] PUPPET LANTERN WORKSHOP

Dengan konsep teater boneka untuk segala umur yang menarik ditonton publik tapi mengandung pesan dan makna yang dalam. Kelompok asal Yogyakarta ini telah tampil di berbagai pelosok dunia. Menggunakan gestur boneka dan bunyi-bunyian vokal sebagai dialog. Mereka menampilkan kisah-kisah berkonteks Indonesia yang tetap bisa relevan dengan kebudayaan lain

http://www.pappermoonpuppet.com
Nah, saya juga ketinggalan workshop ini. Karena pas saya dan anak-anak sampe di Tanakita, workshopnya udah mulai. Padahal kalau Nai ikut workshopnya kayaknya dia bakal senang karena para peserta akan diajak membuat boneka alaPappermoon Puppet Theatre. Para peserta akan diajari dari mulai membuat sketsa hingga cara memainkannya.

 
Panggung untuk puppet theatre

 
Nanti karya peserta akan dipasang di panggung khusus untuk pertunjukan. Setelah selesai acara, puppet bikinan peserta bisa dibawa pulang. Saya udah niatin banget mau lihat shownya tapi karena baru mulai abis maghrib, pada keburu cape. Sholat maghrib di area Tanakita, mau nonton show harus turun lagi ke lembah. Energi udah mulai habis hehehehe

[Workshop] "JURAGAN = JUalan fotogRAfi, GAN!"

Pada perkembangannya, Instagram selain menjadi media sosial juga menjadi platform untuk orang mempublikasikan foto propaganda dengan tujuan komersial. Anton Ismael akan membantu para peserta untuk mendapatkan foto produk atau foto diri yang lebih 'menjual' serta mendatangkan lebih banyak follower.

www.antonismael.com
Lagi-lagi saya ketinggalan acara ini. Ya, masih dengan alasan sama, pas datang ke Tanakita, workshop sedang berlangsung. Padahal ini menarik banget. Apalagi workshop ini fotografi dengan menggunakan handphone.

[Workshop] RURU Kids


RURU Kids adalah salah satu divisi di ruang rupa yang fokus pada pengembangan program seni berbasis pendidikan untuk anak dan remaja. Akan mengelola sebuah kegiatan lokakarya untuk anak-anak. Peserta SD s/d SMP bisa mendaftar untuk terlibat dalam program ini.
Karena konsepnya piknik, tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menikmati festival ini. Ada juga workshop untuk anak-anak. Membuat beberapa kegiatan yang kreatif yang menyenangkan bagi anak  

[Talks] "BERISIK = BErdikari daRI muSIK"

Bagaimana musik dapat hidup dan berkembang menjadi sebuah entitas kesenian sekaligus kelompok kreatif yang mandiri. Serta bagaimana musik menjaid sumber pendapatan bagi orang-orang yang hidup di dalamnya
Moderator: Saleh Husein (Seniman, Musisi)
Pembicara: Lil Boit (Pemilik Omuniuum) dan Rudolf Dethu (Manager, Propagandis)

Satu-satunya talshow yang saya ikuti dari awal hingga setengahnya. Kenapa cuma setengahnya? Karena saya keburu ketemu salah seorang teman SMA di sini trus reunian hehehehe. Tapi walaupun cuma setengah, kayaknya saya akan menulis reportasenya secara terpisah.

[Talks] Southeast Asian Network

Bincang-bincang Southeast Asian Network merupakan sesi diskusi yang selalu diadakan sejak RRREC Fest In The Valley pertama. Program ini telah menjadi salah satu medium untuk saling berdiskusi dan membangun jaringan yang efektif di antara negara-negara Asia Tenggara.
Moderator: Felix Dass (Penulis)
Pembicara: Yellow Fang (Bangkok), Dirgahayu (Kuala Lumpur), dan Bottlesmoker (Bandung)

Untuk talks yang ini didukung oleh Air Asia Indonesia selaku official partner RRREC Fest In The valley 2016. Membicarakan tentang bagaimana band-band ini menjaring networking dengan sesama musisi di beberapa negara Asia Tenggara. Apa keuntungan yang didapat dengan menjalin networking. Dan, bagaimana biaya perjalanannya mengingat biaya perjalanan musisi itu yang sangat besar karena peralatan musik yang mereka bawa banyak dan berat.

[Talks] LOKALWISDOM

LOKALwisdom adalah acara reguler di RURU Radio. Pada sesi ini menampilkan berbagai cerita menarik dari geliat komunitas subkultur kota-kota di luar pulau Jawa.
Moderator: Felix Dass (Penulis)
Narasumber: Suarasama (Medan), SARANA (Samarinda)

[Talks] Ketahanan Pangan Demi Perut dan Otak

Pada masa lalu, sejumlah bahan pangan non beras dikonsumsi masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke sebagai makanan pokok. Setelah revolusi hijau (menjadikan beras sebagai bahan makan utama), bahan pokok lainnya menghilang atau hanya dijadikan makanan pendamping beras
Moderator: Mirwan Andan (Peneliti)
Pembicara: Lefidus Malau (Detektif Tumbuh-tumbuhan), Adi Satria Rahman (Aktivis Lingkungan), dan Bagus Dwi Danto (Musisi)

Indonesia adalah negara kaya dengan bahan pangan. Dari Sabang hingga Merauke, makanan pokok masyarakatnya berbeda-beda. Diskusi yang membahas tentang bahan makanan pokok lain yang masih bisa ditemui di beberapa pasar tradisional. Serta membahas tentang jargon ketahanan pangan yang selalu didengungkan selama ini

[Music] NASIDA RIA (Semarang) - http://www.nasidaria.net

 
Di lagu awal, masih banyak penonton yang duduk manis :D 

Lama-lama pecaaaahhh ...! Banyak yang pada joget dan nyanyi.

Perdamaian ... perdamaian ... perdamaian ... perdamaian ...
Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai ...

Siapa yang tahu lagu itu? Pasti Sahabat Jalan-Jalan KeNai banyak yang tau, ya. saya pun tau tapiiii ... baru tau kalau penyanyi aslinya adalah Nasida Ria! *Dikeplak berjamaah hahaha* Gak hanya 1, tapi ada beberapa lagu Nasida Ria yang ternyata familiar cuma penyanyinya aja yang gak tau.

Beneraaan ... Saya kudet banget sama Nasida Ria. Padahal ini grup qasidah yang sudah melegenda. Pantesan aja penampilan Nasida Ria itu yang paling pecah dari semua perform. Bahkan sejak check sound pun sudah mulai rame. Saya pun benar-benar terlarut dengan keramaiannya. Pecaaaaahh ...!

[Music] YELLOW FANG (Bangkok) - http://bit.ly/YellowFang

 
Menjelang malam, sebelum Yellow Fang tampil


Saya dan Nai menikmati perform Yellow Fang, band asal Bangkok ini dari warung mie ayam hihihi. Mau turun ke lembah hujan. Tapi mau tetap di Tanakita, Nai kedinginan karena jaketnya ketinggalan di tenda. Di warung, udaranya lumayan sejuk malah Nai akhirnya ketiduran.

[Music] BOTTLESMOKER (Bandung) - http://bottlesmoker.asia


Awalnya biasa aja tapi semakin lama didengar, saya semakin suka. Setelah selesai Nasida Ria, dilanjut dengan Bottlesmoker kayaknya jadi pengen terus joget :D

[Music] LEANNA RACHEL (Los Angeles)


Hujan mengguyur dengan derasnya saat Leanna Rachel, musisi asal Los Angeles yang saat ini sedang menetap di Bali akan manggung. Tapi, tidak menghalangi para penonton untuk tetap menikmati pertunjukkan Leanna Rachel. Suara Leanna Rachel terdengar lembut memang pas banget deh ma cuacanya. Mungkin kalau saat itu saya sedang di kamar, cocok nih buat menemani saya tidur. Sekilas saya langsung teringat dengan suara Norah Jones. Lembut dan syahdu :)

Layar Tancap - TIGA DARA (Hasil Restorasi 4K)

Pengeeeennnn banget nonton Tiga Dara restorasi ini. Banyak yang bilang kalau filmnya bagus. Tapi apa daya baru diputar pukul 9 malam. Anak-anak, terutama Nai, udah ngantuk. Lokasi tenda kami lumayan jauh kalau dari area layar tancap. Gak tega juga meninggalkan mereka tidur di tenda sendirian. Lagipula, saya gak bawa senter. Nanti pulangnya ma siapa kalau abis nonton. Gelap dan saya kan penakut hihihi.

Do's and Don'ts

Gak hanya nama-nama yang saya tulis tadi. Sebetulnya masih banyak workshop, talks, dan music yang ada di RRREC Fest In the Valley. Insya Allah, festival yang sama akan digelar lagi tahun depan. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai. Nah, sambil menunggu tahun depan mendingan catat dulu nih do's and don'ts-nya biar maksimal menikmati festivalnya :)

Kondisi Prima


Ikut RRREC Fest In The Valley itu cape!  Gimana gak cape kalau turun naik lembah melulu. Ya, kalau cuma ingin nonton musiknya aja sih bisa aja berlama-lama di lembah. Dari siang sampe malam *biasanya musik baru di mulai setelah makan siang*. Tenda makan dan juga aneka jajan juga tersedia di lembah. Tapi emangnya gak kepengen ke wc, sholat (bagi muslim), mandi, atau apa gitu, lah? Jadi sesekali pasti ada naiknya juga.

Cuaca yang gak menentu, kadang hujan kadang cerah, juga menuntut untuk menjaga kondisi tubuh. Memang sih panitia menyediakan jas hujan plastik. Tapi, kalau kondisi tubuh lagi gak prima kan juga bikin nge-drop.

Pakai Outfit yang Sesuai


RRREC Fest In The Valley memang acara seni tapi karena tempatnya di alam terbuka memang sebaiknya outfitnya menyesuaikan. Paling gak pakaian kasual dan alas kaki yang gak bikin ribet apalagi mencelakakan diri sendiri. Misalnya, karena kadang hujan jadi jalur kadang licin. Sepatu hak tinggi jelas bukan alas kaki yang tepat, ya. Saya sih tetap menyarankan pakai sepatu kets atau trekking saja. Lebih aman dan nyaman.

Bawa Kamera, Recorder, dan Lainnya

Kamera sih udah termasuk barang wajib dibawa kemanapun, ya. Tapi yang bikin saya rada nyesel adalah lupa bawa recorder dan alat tulis! Ada beberapa talkshow yang menarik untuk diikuti. Memang sih saya gak ada kewajiban untuk meliput karena hadir di sana atas nama pribadi bukan kerjaan. Tapi kan lumayan juga kalau bisa sekalian meliput. Bisa jadi beberapa postingan, tuh! Makanya gregetan aja karena lupa bawa recorder hehehe.
Untuk mengikuti RRREC Fest In The Valley terbagi dalam 3 paket. Dimulai dari harga IDR850K hingga IDR1.850K, tergantung dari area menginap yang dipilih. Fasilitas di penginapan pun berbeda-beda tiap paketnya. Tetapi semua paket sudah termasuk konsumsi selama 3 hari.
Harga paket tersebut memang harga untuk 3 hari dan gak ada biaya harian. Maksudnya, gak bisa bayar cuma buat nginep sehari doang. Biaya transportasi juga gak termasuk. Tapi, panitia bisa membantu urus transportasi. Tentu saja ada biaya tambahan.

Sahabat Jalan-Jalan Kenai, siap untuk ikut RRREC Fest In The Valley tahun berikutnya? Kita piknik bareng di sana. Pantau terus aja akun socmednya, ya! ^_^

 Piknik asik di RRREC Fest In The Valley

RRREC Fest In The Valley

www.rrrec.ruangrupa.com

Facebook : RRRec Fest
Instagram : @rrrec_fest
Twitter : @rrrec_fest
Share:

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon 
Jalan-jalan ke Cirebon, menginap di Batiqa Hotel aja. Penginapan yang sangat strategis di Cirebon

Saya: "Yah, kapan-kapan ke Cirebon, yuk!"
Suami: "Ngapain?"
Saya: "Ya, pengen aja. Cirebon kan termasuk deket ma Bekasi. Tapi kita gak pernah kepikiran jalan-jalan ke Cirebon."
Suami: "Ayo aja. Tapi, naik kereta."
Saya: "Okeee ..."

Itu obrolan yang udah lumayan lama. Kayaknya udah setahun lebih. Bertahun-tahun lalu, saya udah pernah ke Cirebon tapi untuk urusan kerjaan dan gak wisata sama sekali. Lama-lama penasaran juga pengen berwisata ke sana. Apalagi Cirebon kan sebetulnya gak terlalu jauh dari Bekasi, tapi selama ini kami gak pernah kepikiran untuk jalan-jalan ke sana.

Kebetulan banget kami punya voucher menginap 1 malam dari Batiqa hotel. Hadiah menang lomba blog yang diselenggarakan oleh Indonesia Corners bekerjasama dengan Batiqa hotel. Assiiikkk ... Gak perlu keluar uang buat bayar hotel :p

[Silakan baca: Yu Sheng - Hidangan Spesial Imlek yang Sarat Harapan]

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Walaupun punya voucher gak otomatis kami langsung booking di Batiqa hotel. Seperti biasa, browsing sana-sini dulu, terutama lokasi Batiqa. Sejak jalan-jalan ke Bogor awal tahun ini, kami jadi suka jalan-jalan kemanapun naik kendaraan umum. Mobil ditinggal aja di hotel atau dari rumah udah gak bawa mobil. Apalagi kami berencana naik kereta.
Tip: Bila tidak menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya mencari penginapan yang strategis
Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Setelah browsing, Batiqa memang hotel yang strategis. Tapi trus kami lupa buat pesan tiket kereta. Baru ingatnya tuh 1 minggu sebelum berangkat. Beneran keluarga mepeters hahaha. Yang tersisa udah tinggal harga tiket yang tinggi. Setelah dihitung-hitung, mending bawa mobil aja, deh. Sayang duitnya :p

[Silakan baca: Keliling Bogor, Menginapnya di Padjajaran Suites Hotel & Conference]

Langit gelap menemani kami ketika keluar rumah. Di jalan mulai turun hujan. Bahkan di sekitar tol Cikarang hujan turun sangat deras. Saya membaca social media banyak yang menulis status sedang hujan. Merata dimana-mana nih hujannya. Saya pun mulai sedikit cemas. Walaupun penggemar hujan tapi kalau lagi jalan-jalan kayaknya lebih suka tidak hujan. Alhamdulillah, memasuki Cikampek, hujan mulai berhenti dan di Cirebon tidak hujan sama sekali.

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Melipir dulu ke rest area di tol Palimanan. Perut Keke mulai sakit karena terlambat makan.  Berangkat dari rumah sekitar pukul 06.30 wib membuat kami tidak sempat sarapan dulu. Ya, daripada keburu masuk angin trus tambah berat sakitnya kan gak asik. Nanti malah berantakan jalan-jalannya.

Seperti umumnya rest area, makanan yang dijual di rest area Palimanan cukup beragam. Tapi gak ada tempat makanan seperti fast food atau resto lain yang sudah punya nama. Hanya makanan food court yang menjual aneka makanan dari mulai mie instant hingga kuliner khas Cirebon. Nai pesan mie goreng instan, Keke mie kuah instan, sedangkan saya dan suami pesan empal gentong. Ternyata enak lho kuah empal gentongnya.

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon 
Enak ini empla gentongnya. Lupa harganya berapa hehehe

Sampai Cirebon masih cukup pagi. Sekitar pukul 10.00 wib. Tadinya kepikiran mau jalan-jalan dulu sebelum check in. Tapi, gak ada ide mau kemana. Perut udah kenyang, gak mungkin wisata kuliner. Mau jalan ke tempat wisata lain rasanya malas. Pikir-pikir ke hotel dulu aja. Kali aja bisa early check in. Lumayan bisa leyeh-leyeh sejenak di hotel.
Ciri khas Batiqa hotel adalah banyak terdapat ornamen batik. Batiqa atau batik kelas A diharapkan kualitas hotel ini pun kelas A.
Hotel Batiqa Cirebon lokasinya tidak jauh dari pintu keluar tol. Bener-bener deket, kayaknya cuma sekitar 10-15 menit aja udah sampe hotel. Itupun jalannya cuma lurus doang. Gampang banget lah pokoknya.

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon 
Harga secangkir (kalau gak salah inget) sekitar IDR22K. Yang teh, lupa berapa harganya. Tapi minuman di lounge Batiqa ini termasuk standar. Makanya, suami lebih memilih turun ke lounge kalau mau ngopi daripada bikin sendiri kopi di kamar :D

Kami diminta menunggu sekitar 1 jam karena kamar sedang dipersiapkan. Tunggu di lounge hotel aja sambil ngopi dan ngeteh. Sekitar pukul 10.45 wib saya dikabari kalau kamar sudah siap. Tapi kamar Superior dengan double bed yang saya inginkan adanya tinggal yang smoking room. Kalau mau yang non smoking, bednya yang twin. Kami pun memilih non smoking dengan twin bed.

Konsep tradisional terutama batik cukup terasa ketika memasuki Batiqa Hotel. Dari mulai seragam resepsionis yang menyambut kami dengan ramah, taplak meja kecil di lounge, ornamen dinding, dan lainnya semua memiliki ciri khas batik. Khususnya batik mega mendung Cirebon.

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon
Di kamar pun tetap ada ornamen batik
Ada 2 tipe kamar di Batiqa Hotel, Cirebon, yaitu Superior (20 m2) dan Suite (40 m2).
Sepertinya, dari beberapa kali tidur di beberapa hotel, kamar Superior Batiqa Hotel ini jadi kamar terkecil. Gak ada space lagi buat extra bed. Padahal selama ini kami selalu booking 1 kamar aja kalau kemana-mana. Keke dan Nai masih belum mau dipisah tidurnya ma orang tua kalau lagi jalan-jalan.

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Suami sempat kepikiran untuk nambah 1 room lagi. Keke dan Nai pun mulai mau. Tapi setelah ditimbang-timbang, menginapnya kan cuma semalam. Udah gitu, kamar di sebelah dan depan kami udah diisi tamu. Kalau sebelah-sebelahan kan enak. Kali aja malem-melem Nai gak bisa tidur, bisa gampang nyamperinnya. Kalau gitu, gak apa-apalah sempit-sempitan semalam. Kalau lebih dari semalam kayaknya kami akan booking 2 kamar atau pilih yang Suite room aja.

Suami: "Gunung Ciremai mendung terus, nih."

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon 
Terlihat gunung Ciremai di kejauhan. Sayangnya mendung terus jadi agak samar kelihatannya

View dari jendela kelihatan cakep. Dari kejauhan tampak gunung Ciremai yang menjulang. Sayangnya selama kami di sana kelihatan mendung. Tapi mendung aja udah cakep pemandangannya, apalagi cerah. Pasti gunung Ciremai akan terlihat lebih cakep lagi.

Untuk fasilitas kamar, standar aja seperti umumnya kamar hotel. Ada televisi flat, internet, kursi, lemari, kulkas, dan lain sebagainya. Semua dalam ukuran yang tidak terlalu besar. Untuk menu sarapan, tidak terlalu beragam. Sebetulnya untuk hotel kelas 3, saya memang tidak terlalu mengharapkan menu yang terlalu beragam. Hanya saja kalau bisa sih paling tidak ada 1 menu khas Cirebon di menu sarapan. Entah itu empal gentong, nasi jamblang, atau apalah. Gak standar banget pilihannya walaupun dari segi rasa lumayan enak. :D

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon 
Sarapan di Batiqa Hotel

Untuk service, semua staffnya sangat ramah. Semua menyambut dan melayani tamu dengan senyum. Saya mah gampang disenengin kalau dikasih senyum. Gak bakal mudah komplen, deh kalau ketemu orang ramah hehehe. Iya, saya suka dengan keramahan staff Batiqa Hotel.

Kemana Aja Selama di Cirebon?

Terlepas dari ukuran kamarnya yang kekecilan, tapi lokasi hotel ini memang juara. Kemana-mana dekat banget. Kemana aja kami selama di Cirebon? Kali ini, kami hanya punya niatan wisata kuliner tapi gak ada persiapan cari referensi dari manapun. Mendadak aja, begitu sampe Cirebon langsung browsing sana-sini.

Nasi Jamblang Mang Dul

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Kata mbah Gugel, nasi jamblang yang terkenal dan paling banyak direkomendasikan di Cirebon ada 2, yaitu Mang Dul dan Ibu Nur. Kami pun memilih nasi Jamblang Mang Dul. Salah satu alasannya adalah terdekat dengan hotel dan tinggal lurus doang.

Kalau lihat  Google Maps, butuh waktu sekitar 25 menit jalan kaki ke Nasi Jamblang Mang Dul. 25 menit mah gak jauh, kami putuskan jalan kaki aja. Seharusnya dari hotel, kami berjalan kaki ke arah kiri trus lurus aja sampai ketemu tempat yang dituju *Beneran gak ada belok ke kiri dan kanannya, lho. Lurus terus! :D*

Tapi, kami salah jalan. Oke, sebetulnya saya sih yang dodol baca map hahaha. Dari hotel kami ke kanan. Udah agak jauh berjalan baru nyadar kalau salah. Mau balik lagi buat jalan malas banget. Akhirnya angkot yang jadi penyelamat hahaha. Sekitar 10 menitan sampai ke tempat yang dituju.

Goa Sunyaragi


Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Selesai makan siang, kami bingung lagi mau kemana. Boci aja gitu di hotel? Hihihi ... Apalagi perut udah kenyang, kayaknya emang enak tidur siang di kamar. Etapi tergoda juga buat jalan-jalan. Ke goa Sunyaragi naik becak. Enak, uy! Mata jadi kriyep-kriyep bikin ngantuk.

Udah lama banget gak naik becak. Kayaknya terakhir pas ke Jogja sekitar 2 tahun lalu. Jangankan saya, anak-anak aja ketagihan. Sebetulnya, saya suka gak tega sama abang becak. Kayaknya kasihan banget, ngegowes becak kan berat. Tapi, itu kan caranya mencari nafkah. Lagipula naik becak memang bikin nagih hehehe.

Goa Sunyaragi sebetulnya gak jauh dari hotel. Karena kami naik becak jadinya agak lama sampenya. Tapi kami sangat menikmatinya. Sampe Sunyaragi, abang becaknya bersedia menunggu. Baguslah jadinya kami gak perlu bingung balik ke hotel naik apa. Pihak hotelnya juga sangat ramah, lho. Ketika becak kami berhenti di pinggir jalan, satpam hotel malah meminta becaknya masuk hotel aja. Dan, kami benar-benar baru turun di depan lobby hihihi.

Lawang Abang

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Perasaan perut udah kenyang banget makan nasi jamblang Mang Dul. Tapi pas sore, perut udah menuntut diisi lagi. Mau keluar hotel, tapi udah mager banget. Laper tapi mager. Mager tapi laper. Galaaauuuu ...

Lama-lama gak tahan juga. Jadilah kami bertiga keluar. Keke tetep pilih di kamar. Udah beneran mager dia. Kami bertiga memilih jalan lagi ke arah Nasi Jamblang Mang Dul. Kali aja sepanjang jalan ketemu jajanan yang enak. Paling gak di sekitar Nasi Jamblang Mang Dul banyak banget jajanan kaki lima. Bahkan di seberangnya Grage Mall. Jadi gak bakal susah buat cari makan. Gak taunya baru juga jalan kaki 5 menit udah ada tempat makan yang nyaman dengan berbagai pilihan menu khas Cirebon. Namanya Lawang Abang. Alhamdulillah, gak usah jauh jalan kakinya.

Pawon Bogana Kesultanan Kacirebonan

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Gak ada niatan untuk wisata religi atau mengunjungi berbagai keraton selama di Cirebon. Tapi ketika sedang buka Google, saya menemukan info tentang tempat makan baru. Lokasinya ada di keraton. Menu yang ditawarkan adalah menu istimewa turun temurun yang biasa disantap oleh sultan dan keluarga serta saat acara khusus. Saya penasaran banget dong kayak apa sih rasa menu istimewa tersebut. Sekitar 10-15 menit menuju lokasi bila menggunakan kendaraan pribadi. Masih termasuk dekat banget, kan?

Tomodachi Steak & Seafood

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Sebagai kota pesisir, kayaknya jalan-jalan bakal lebih afdol kalau mencicipi menu laut. Banyak yang merekomendasikan restoran H. Moel di Google sebagai resto seafood terenak di Cirebon. Kami pun sudah memantapkan hati, setelah check out akan makan siang di resto tersebut sebelum balik ke Jakarta.

Rencana tinggal rencana. Malam hari sebelum tidur, saya iseng browsing lagi. Eh, kok ada tempat makan seafood yang instagramable banget? Kalau soal rasa, masih minim review. Pilihannya, makan seafood di resto yang udah banyak rekomendasiin soal rasa. Ataaauuu, ke tempat yang instagramable tapi masih belum tau gimana rasanya. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai pilih mana?

Kami pun memutuskan pilih yang instagramable. Ditimbnag-timbang, resto seafood di Jakarta dan sekitarnya kan lumayan banyak. Yang instagramable juga banyak, sih. Tapi, biasanya kalau instagramable setiap tempat punya ciri khas masing-masing. Dan, kalau lihat di instagram, Tomodachi kelihatan unik.

Batiqa Hotel, Penginapan Sangat Strategis di Cirebon

Dibanding tempat lain yang kami kunjungi, Tomodachi yang terletak di Cirebon Waterland itu yang paling jauh. Tapi, sejauh-jauhnya cuma membutuhkan waktu sekitar 25 menit ajah. Itu sih bukan jauh namanya, ya hahaha. Di tengah perjalanan sempat lewat stasiun Cirebon yang ternyata gak jauh dari hotel Batiqa.

Insya Allah, setiap resto dan tempat yang kami datangi akan saya review lebih detil satu per satu di blog ini, ya. Pastinya, jalan-jalan KeNai ke Cirebon ini mengesankan banget. Kemana-mana dekat dan tanpa macet. Cateeeet yang tanpa macetnya hehehe. Udaranya pun selama kami di sana terasa sejuk, gak hujan dan gak terik sama sekali. Makanan yang kami coba, hampir semuanya enaaaakk.

Anak-anak pun sangat betah di Cirebon. Nai malah susah banget diajak pulang. Saya dipaksa berjanji untuk ajak mereka kembali lagi ke Cirebon bulan depan alias bulan September hahaha. Saya bersikeras gak bisa menjajikan akan kembali ke Cirebon dalam waktu 1 bulan lagi. Tapi, Insya Allah akan kembali lagi ke Cirebon karena rasanya masih belum puas mengelilingi Cirebon kalau cuma 2 hari 1 malam saja.

Sekitar pukul 5 sore, kami meninggalkan kota Cirebon. Hujan mulai kami nikmati ketika memasuki daerah Cikampek sehingga jalanan agak tersendat. Ketika sedang menikmati macet dan hujan, papah saya nelpon buat tanya-tanya tentang Cirebon. Katanya, bulan Oktober ada undangan pernikahan. Insya Allah kalau sehat, papah mau ke Cirebon sekalian liburan.

Saya: "Paaah, Chi sekeluarga ikut, yaaaa! Papah udah tau nginepnya di mana? Chi tau hotel yang strategis banget Pah."

Obrolan pun berlanjut dengan cerita tentang Batiqa, kuliner, dan lain sebagainya tentang Cirebon. Semoga aja rencana ini gak ada halangan, ya. Jalan-Jalan KeNai siap datang Cirebon lagi. Yuhuuu! ^_^

Batiqa Hotel, Cirebon









Share:

Golden Sunrise di Sikunir

Golden Sunrise di Sikunir 
Golden sunrise di Sikunir. Cantik, ya? :)

Begitu mobil yang dikendarai suami terlihat memasuki terminal, saya dan anak-anak bergegas menghampiri. Lumayan lama juga kami menunggu. Perjalanan dari terminal Dieng dan sebaliknya memang terlihat macet sekali. Sangat berbeda dengan sehari sebelumnya saat kami akan melakukan pendakian. Jalanan masih terasa cukup lengang saat itu. Setelah semua barang masuk mobil, kami pun berpamitan dengan mas Ivan. Perjalanan kami selanjutnya menuju desa Sembungan untuk melihat golden sunrise Sikunir.

[Silakan baca: Sunrise di Gunung Prau da Turun Gunung via Jalur Dieng]

Makan Malam di Desa Sembungan

Dari terminal Dieng menuju desa Sembungan sebetulnya gak terlalu jauh. Tapi, kami sempat berputar-putar karena nyasar. Mengandalkan GPS juga tumben gak berhasil. Tetap nyasar dan akhirnya bertanya dengan penduduk sekitar, deh.
Tip: Jangan mendadak kalau ingin mencari homestay di Sikunir
Kami termasuk yang rada mendadak ketika mulai mencari homestay. Kebiasaan menunda-nunda hehehe. Selain itu, kami sempat berusaha mencari sendiri dulu. Tapi, berkali-kali googling nomor telpon berbagai homestay di Sikunir, sepertinya gak ada satupun nomor telepon yang langsung ke homestay yang dituju. Semua nomor telpon perantara.

Karena gak juga dapat nomor telpon homestay, barulah saya minta tolong Idah Ceris, blogger asal Banjarnegara. Rada mepet minta tolongnya. Untung masih dapat homestay. Meskipun homestay yang kami inginkan sudah full tapi dapat homestay lain yang nyaman juga. Waktu itu saya pesan ke Idah minta tolong cariin homestay yang bisa masuk mobil dan kamar mandi di dalam dengan fasilitas water heater.

 
Homestay Cebong Indah, tempat kami menginap. Ada masjid besar dan bertingkat tepat di seberangnya. Harga kamar per malam, IDR300K. Ada sih yang seharga IDR250K, tapi kamar mandi di luar. Kalau kamar yang lebih besar, saya kurang tau berapa harga per malamnya.

Kami tiba di Sikunir menjelang maghrib. Kamar yang kami tempati tidak terlalu besar. Hanya muat 1 kasur berukuran king size dengan menyisakan sedikit space untuk meletakkan tas. Tepat di depan homestay, ada masjid. Jadi, kalau mau sholat tinggal nyebrang aja. Di homestay ini juga ada kamar lain yang lebih luas. Kalau bawa keluarga besar sepertinya bisa menyewa kamar yang lebih luas itu. Lumayan bisa banyak masuknya.

Tidur, mandi, atau makan dulu, ya? Ketiganya menggoda di saat bersamaan. Kasur empuk dengan selimut yang tebal benar-benar nyaman buat beristirahat. Tapi, rasanya pengen banget bebersih badan. Sejak berangkat, kami belum mandi hehehe. Perut juga mulai protes karena belum diisi sejak siang.


Kami pun memutuskan lebih baik makan malam dulu. Di desa Sembungan tidak banyak penjual makanan, malah kayaknya kami hanya menemukan 1 tempat saja. Tidak juga menawarkan banyak pilihan menu, hanya nasi goreng dan ayam goreng. Kami memesan 4 porsi nasi goreng dan 2 potong ayam goreng. Lokasinya tidak jauh dari homestay. Cukup jalan kaki, 5 menit saja sudah sampai.

Saat kami makan malam, di luar masih ramai. Tidak hanya karena banyaknya pengunjung ke desa tersebut. Tapi penduduknya juga masih beraktivitas. Beberapa anak kecil terlihat berlarian ke sana-kemari menuju masjid sekitar. Seneng lihatnya, deh.

"Tapi nunggu ya, Bu. Lagi banyak yang beli," kata ibu penjual nasi goreng sambil menggoreng nasi.

Lumayan lama juga kami menunggu hidangan disajikan. Pembelinya pada malam itu sebetulnya gak banyak juga. Tapi ibunya lupa kalau kami sudah pesan dari tadi. Eyaampuuunn ... Kami pun ngakak setelah ibunya bilang lupa hehehe

Seporsi nasi goreng seharga 13 ribu rupiah dan ayam goreng seharga 16 ribu rupiah. Menurut Sabahat Jalan-Jalan KeNai termasuk mahal, gak? Hmmm ... Mahal atau murah memang relatif, ya. Tapi kalau menurut kami harganya gak beda sama harga nasi goreng dok dok yang biasa kami beli di rumah. Padahal dalam pikiran kami kalau di Jawa Tengah dan sekitarnya biasanya lebih murah harga makanan dan miumannya. Ternyata sama aja.

 
Nasi goreng, IDR13K.
Ayam goreng, IDR16K

Setelah makan, kami langsung kembali ke homestay. Di depan homestay, saya melihat mobil yang di dalamnya ada beberapa perempuan muda sedang menanyakan penginapan yang kosong. Dari hasil menguping, rupanya mereka sedang bingung karena gak ada satupun homestay yang kosong. Tuh, jangan mepet kalau mau pesan kamar di desa Sembungan, ya.
Di luar desa Sembungan juga ada beberapa homestay. Tetapi karena Sikunir berada di Desa Sembungan, jadi memang paling nikmat mencari homestay di sini.
Perut udah kenyang, saatnya bebersih badan. Enak banget, deh, mandi air hangat setelah hampir 2 hari gak mandi hihihi. Tapi, begitu keluar dari kamar mandi langsung berasa dingiiiiinnn ... Buru-buru naik ke kasur dan selimutan. Brrrr ....

Kami hanya menyewa 1 kamar saja. Dempet-dempetan berempat di 1 kasur ukuran king size. Tapi, jadinya hangat. Kalau badan cape begini, gak berasa sempit. Begitu rebahan di kasur langsung tidur dengan nyenyak. Kalau gak pasang alarm kayak udah bablas kesiangan.

Macet di Sikunir

Kami disarankan mulai jalan menuju Sikunir pukul 04.00 wib. Diperkirakan sampai puncak Sikunir sekitar 45 menit dengan kecepatan normal, ya. Bukan yang kura-kura kayak saya hahaha. Tapi kata suami setelah adzan subuh aja. Suami sangat yakin masih bisa mengejar sunrise setelah subuh karena lokasi homestay yang lumayan dekat dengan pintu masuk Sikunir.

Ada 3 alternatif menuju pintu masuk Sikunir, yaitu menggunakan kendaraan pribadi, naik ojek, atau jalan kaki. Membawa kendaraan pribadi sangat tidak disarankan oleh penduduk di sana. Alasannya, parkiran udah penuh. Bakal susah banget cari parkir. Kami pun memilih berjalan kaki.

Ketika suami memutuskan untuk berjalan kaki, saya sempat khawatir gak bisa jalan. Masih inget aja waktu pertama kali naik gunung, keesokannya saya ngesot karena kaki rasanya pegal banget hahaha. Tapi kali ini alhamdulillah, gak berasa pegal sama sekali.

Enak juga berjalan kaki menuju pintu masuk Sikunir. Udaranya masih terasa sangat segar dengan langit yang cerah terlihat bintang. Coba di perkotaan kayak begitu, ya. Betah banget, deh. Cuma harus hati-hati aja karena lumayan banyak ojek motor yang mondar-mandir mengantar pengunjung.
Tip: Kalau memilih berjalan kaki, sebaiknya bawa senter. Penerangan di dekat danau agak minim
Jalan menuju bukit Sikunir sudah aspal. Untuk Sahabat Jalan-Jalan KeNai yang merasa lapar atau haus, di area pintu masuk banyak penjual makanan dan minuman. Bahkan terlihat beberapa bangunan permanen yang sedang dibangun. Sepertinya, dengan makin banyaknya wisatwan yang ke sana, mulai terlihat pembangunan di area bukit Sikunir.
Tip: Tetap gunakan alas kaki serta pakaian yang nyaman untuk kegiatan outdoor karena begitu mulai mendaki, jalurnya sempit dan licin.
Maceeeett paraaahhh ...

 
Seperti ini keramaian di Sikunir. Banyak banget pengunjungnya sampe susah bergerak. Maceeett ...

Ternyata di gunung atau bukit pun bisa macet bahkan macet parah. Bahkan untuk pendaki kura-kura macam saya pun kemacetan ini ngeselin karena sering banget berhenti. Jalur menuju uncak Sikunir itu sempit dan licin. Sepanjang pendakian, saya berharap jangan sampai ada yang terpeleset. Takut kayak efek domino gitu, satu jatuh trus yang lain juga. Masalahnya, di pinggirnya jurang. Kan, bikin deg-degan banget.

Sekitar 2/3 pendakian ada tanah lapang. Para pengunjung banyak menyebutnya puncak 1. Kami memilih cukup sampai di sini aja pendakiannya. Itupun terpaksa berpencar saking ramenya pengunjung. Kalau mau sampe puncak 2 masih harus mendaki sekali lagi. Tapi melihat banyaknya yang mendaki dan langit yang mulai terlihat terang, mendingan gak usah melanjutkan pendakian, deh. Gak bisa ngebayangin juga di atas bakal serame apa kalau kayak gitu.

Baru juga saya dapat ruang untuk duduk, tau-tau ada seorang pengunjung yang pingsan. Oleh warga setempat langsung digendong di punggung untuk dibawa turun. Kelihatan sekali yang menggendong gerakannya lincah bagai kancil. Menerobos pengunjung yang membludak kayak gitu.

 
Melihat matahari terbit dari yang cuma setitik dan lama-lama membesar. Menakjubkan!

Walaupun gak sampe puncak, tapi sunrise di Sikunir tetap terlihat sangat indah. Warnanya keemasan sehingga disebut golden sunrise. Pantas saja dibilang golden sunrise. Beruntung sekali, saya diberi kesempatan melihat salah satu maha karya Allah SWT ini. Alhamdulillah.

Saya gak langsung beranjak setelah matahari terbit. Sempat ngobrol-ngobrol sejenak dengan sepasang orang tua di sebelah saya. Dari ceritanya, mereka ternyata sudah mendaki Sikunir sehari sebelumnya. Tapi puncak kepadatan terjadi saat itu sehingga mereka terpaksa turun lagi saking padatnya. Wuiihhh! Perasaan saat aja udah macet banget. Bener-bener gak ngebayangin sehari sebelumnya itu seperti apa ramainya.

Mereka pun memutuskan kembali ke Semarang dan balik lagi ke Sikunir lagi tengah malam. Tidur sejenak di parkiran pintu masuk Sikunir, kemudian mulai mendaki sekitar pukul 2 dinihari supaya dapat spot foto yang bagus. Wah pukul 2 mah kami masih tidur nyenyak, mereka udah mendaki hahaha.

Golden Sunrise di Sikunir 
Nai dan ayahnya memilih mojok. Gak melihat sunrise :D

Setelah berpencar, saya menghampiri Nai dan ayahnya. Untung aja Keke duluan yang nyamperin saya. Kalau gak, saya bakal bingung nyari dimana suami dan anak-anak. Nai dan ayahnya gak ikut menikmati sunrise. Terlalu penuh pengunjungnya sehingga memilih area di pojokan buat ngopi dan sarapan pop mie.
Tip: Di atas bukit Sikunir ada beberapa penjual minuman hangat seperti kopi, teh, dan lainnya juga mie instan. Tapi, kalau kami tetap bawa sendiri. Biar gak jajan hahaha. Bahkan area untuk sholat pun katanya sih ada (tapi saya gak tau di mana area untuk sholatnya)
Golden Sunrise di Sikunir

Setelah ngopi dan sarapan, kami mengelilingi area sekitar. Tapi tetap gak ingin naik ke puncak. Udah cukup lah ngos-ngosannya. Lagian, di area itu aja pemandangannya udah indah banget, kok. Setelah puas foto-foto dan terlihat mulai kosong, kami pun turun. Memang sengaja turun agak siang untuk menghindari macet.

Ternyataaaaa ... Setelah beberapa menit berjalan, masih juga ketemu macet. Mending nunggu lagi, lah daripada ikutan macet. Itupun setelah lumayan lama kami menunggu, masih juga macet. Akhirnya, kami memutuskan untuk turun. Gak tau deh jam berapa itu macetnya terurai.

 
Masih maceeettt ... Di depan itu jalurnya menyempit, mana pinggirnya jurang. Jadi mending duduk manis aja dulu nunggu macet terurai 

 Di tengah kemacetan dihibur dengan musik. Silakan yang mau nyawer :)

Sarapan di Desa Sembungan
Desa Sembungan berada di ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian ini membuat desa Sembungan menjadi desa tertinggi di pulau Jawa
Golden Sunrise di Sikunir 
Pemandangan di telaga cebongan. Banyak tanaman kentang dan carica di sekelilingnya

Luas desa Sembungan hanya sekitar 37 ha. Mata pencaharian penduduknya adalah petani. Sepanjang mata memandang banyak terdapat tanaman kentang dan carica yang memang menjadi komoditi utama. Di desa ini juga ada telaga yang dikenal dengan nama telaga cebongan. Disebut begitu karena kalau dilihat dari atas bentuk telaganya seperti kecebong.
Gak dapat homestay? Camping aja di pinggir telaga cebongan
Golden Sunrise di Sikunir 
Sarapan mewah. Bukan karena makanannya tapi viewnya yang gak setiap saat saya dapatkan

Yup! Di pinggir telaga cebongan itu ada camp area. Makanya kami sebetulnya gak begitu khawatir kalau sampe gak dapat penginapan. Kan, udah bawa tenda jadi tinggal camping lagi aja. Kalau areanya penuh juga, berarti tidur di mobil. Tapiiiii ... kalau bisa memang dapat penginapan. Biar bisa mandi hehehe ... Di camp area juga ada MCK, sih. Cuma kan paling enak memang kamar mandi dalam. Bisa bebas berlama-lama mandi sampe puas.

Kami kesana pada awal Mei 2016. Ngobrol dengan penduduk sekitar dan pengunjung, katanya waktu yang paling bagus itu sebetulnya bulan Juli - Agustus. Saat musim kemarau dan suhu lagi dingin-dinginnya. Bisa dibawah 0 derajat. Di puncak suhu terdingin, tanaman terlihat membeku. Dan, itu katanya cantik banget karena terlihat putih seperti es. Asal kuat aja menghadapi dinginnya. Hmmm .... tapi sekarang Juli - Agustus aja masih hujan terus, ya? Kira-kira di sana masih dingin banget gak, ya?

 
Menunya sederhana, harganya murah banget. Lebih puas makan sarapan ini dibanding yang nasi goreng hehehe. Paling yang kurang adalah rasa pedas. Karena semua lauknya agak kemanisan bagi lidah saya

Kami menyempatkan diri untuk sarapan di salah satu warung sederhana dekat telaga. Warung yang benar-benar sederhana. Harga per porsinya pun murah. Seingat saya gak lebih dari 20 ribu rupiah. Tapi viewnya cakep banget. Terlihat perkebunan dan sawah. Jarang-jarang kan lihat yang kayak gitu.

Setelah kami kembali ke penginapan, langsung packing dan bebersih diri. Borong carica dulu yang ternyata kurang banget karena pada suka. Padahal perasaan udah beli banyak hehehe. Kebetulan homestay tempat kami menginap juga buka toko oleh-oleh. Jadi, untuk kami yang tipe malas mampir beli oleh-oleh, ini sangat memudahkan.

Beli beberapa oleh-oleh lain juga, termasuk beli mie ongklok, mie rebus khas Wonosobo. Gak sempat makan langsung di sana. Jadi, kami beli yang dalam bentuk kemasan. Setelah dicobain di rumah, kami kurang suka rasanya yang terlalu manis. Termasuk untuk selera suami saya yang lebih rasa manis dibandingkan saya. Kayaknya kalau makan mie ongklok lagi harus dikasih sambal yang banyak :)

 Inilah pohon carica
Carica, ada juga yang menyebutnya pepaya gunung. Penampakan carica dari mulai daun, batang, hingga buah memang mirip pepaya. Disebut pepaya gunung mungkin karena tidak bisa tumbuh di sembarang tempat. Baru terlihat berbeda ketika carica dikupas, biji di dalamnya lebih mirip seperti markisa. Carica juga gak bisa dikonsumsi langsung seperti buah pepaya. Harus diolah terlebih dahulu karena kalau tidak bisa menyebabkan bibir dan lidah menjadi gatal.
Sekitar pukul 11 siang, kami meninggalkan desa Sembungan. Perjalanan menuju rumah lumayan lancar. Sempat makan siang (yang kesorean), kalau gak salah di daerah Pemalang. Trus beli telor asin dulu di Brebes. Sayangnya lagi gak musim bawang merah. Cuma ada 1 toko yang jual bawang merah dan harganya lumayan tinggi. Sama aja kayak beli di pasar dekat rumah. Lanjut makan malam lagi di jalan tol. Baru deh sampe rumah dan langsung tidur nyenyak :D

Alhamdulillah, badan gak terlalu pegal-pegal keesokan harinya. Cuma males aja ngelihat pakaian kotor yang menumpuk hehehe

Makan siang yang kesorean di daerah Pemalang ini gak recommended. Cumi goreng tepung yang dingin dan masih berasa banget tepungnya. Sop buntut yang biasa banget. Ikan gurame bakar yang teralu kuat rasa jahenya. Ya, setidaknya perut kami terisi biar gak masuk angin karena telat makan.

Makan malam dulu di salah satu rest area. Nah, ini baru puas. Enaaaakk :)
Share:

Seminar Digital GRATIS 100%

Paket TOUR Pilihan

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 JELAJAH 3 PULAU SERIBU (ONE DAY) *AV-D Mulai dai IDR 100.000

Berlaku: 21 Nov 2018 – 31 Mei 2019 BROMO ONE DAY TRIP *CT-D Mulai dari IDR 300.000

Berlaku: 04 Mei 2019 – 05 Mei 2019 PULAU TIDUNG 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 350.000

Berlaku: 06 Apr 2019 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 360.000

Berlaku: 27 Mar 2019 – 31 Mei 2019 PULAU HARAPAN 2D1N (OPEN TRIP) *AVD Mulai dari IDR 370.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU AYER ODT *AV.D Mulai dari IDR 399.000

Berlaku: 01 Agu 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 29 Apr 2019 – 03 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND *TX Mulai dari IDR 8.900.000

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM HAINAN ISLAND HARI SABTU STARTING JAKARTA JUN *TX Mulai dari IDR 4.650.000

Berlaku: 05 Mei 2019 – 08 Mei 2019 4 HARI 3 MALAM BANGKOK PATTAYA *TX Mulai dari IDR 5.500.000

Berlaku: 14 Mei 2019 – 18 Mei 2019 5D THAILAND MALAYSIA SINGAPORE *TX Mulai dari IDR 5.800.000

Berlaku: 01 Nov 2019 – 04 Nov 2019 MOTOGP GRAND PRIX OF MALAYSIA SEPANG INTL CIRCUIT 4D3N *TX Mulai dari IDR 5.900.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 12 Mei 2019 – 16 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND Mulai dari IDR 9.000.000

Jadi Agen Sekarang Gratis!

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support