start Jalan Jalan Ah: Do's and Don'ts

Tips Jalan Jalan Kamu ada Disini

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Tampilkan postingan dengan label Do's and Don'ts. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Do's and Don'ts. Tampilkan semua postingan

7 Etika Saat Berwisata ke Museum

7 Etika Saat Berwisata ke Museum 
Ketarangan lokasi: Museum Geologi, Bandung

Museum seharusnya menjadi tempat yang menarik sekali untuk didatangi. Apalagi kalau sama anak-anak, bisa dibilang wisata sambil belajar. Ilmu dapet, jalan-jalan juga dapet. Tapi saya dulu sempat gak tertarik ajak Keke dan Nai ke museum, lho. Sahabat Jalan-Jalan KeNai tahu kenapa?

Dalam bayangan saya, museum adalah tempat yang membosankan, kumuh, bahkan terkesan agak horror. Ya mungkin karena ketika saya masih kecil, berbagai museum yang saya datangi kesannya seperti itu. Makanya biasanya saya ke museum kalau lagi study tour ma sekolah aja. Gak pernah sama keluarga. Makanya setelah berkeluarga, saya sempat gak tertarik mengajak anak-anak ke museum.

Ketika mulai mengajak anak-anak ke museum, saya lupa Museum Geologi di Bandung atau Museum Nasional di Jakarta dulu yang pertama kali dikunjungi. Kayaknya sih harus lihat tanggal di fotonya. Tapi foto-foto ketika di Museum Nasional ada di komputer yang sekarang lagi rusak 😓 Yang pasti saya ingat kalau kunjungan pertama kami ke Museum Nasional bukan karena tertarik dengan museumnya. Tapi karena saat itu ada kegiatan craft.

[Silakan baca: Yuk! Ramaikan Festival Dongeng International 2016]

Pagi-pagi, sekian tahun lalu, kami sudah berada di Museum Nasional. Dari rumah bawa mobil, parkir di Sarinah Thamrin, lalu lanjut naik Trans Jakarta. Pagi itu lagi car free day, makanya gak parkir di Museum Nasional. Lagipula pengen ajak anak-anak ngerasain naik kendaraan umum.

Saya cukup terkejut ketika memasuki Museum Nasional. Cakep banget museumnya! Perasaan zaman saya masih sekolah ini museum termasuk yang terkesan horror. Akhirnya, yang tadinya cuma pengen lihat kegiatan craft malah sekalian keliling museum.

Suasana museum masih sepi. Beberapa pengunjung adalah pengunjung pribadi seperti kami. Hanya ada 1 rombongan bapak-bapak dan ibu-ibu yang berkeliling menggunakan jasa guide museum. Kami menikmati museumnya, satu per satu keterangan yang tertulis kami baca.

Kemudian saya mendengar suara yang cukup ramai. Suara tertawa dan berbagai ocehan yang ramai. Gak lama kemudian, saya melihat serombongan anak sekolah berseragam. Entah dari SMP mana. Semua anak memegang papan jalan dan kertas. Tapi sepertinya tidak ada satupun menulis. Semua pada asik becanda, lari-larian, dan (pastinya) foto sana-sini. *kemudian upload* Saya menghela napas panjang. Seketika suasana nyaman pun lenyanp. 'Untung udah mau pulang,' ujar saya dalam hati.

'Apa jangan-jangan saya pun dulu begitu, ya?' Mulai deh ada sedikit rasa memaklumi. Saya kan juga pernah jadi anak sekolahan. Dan beberapa kali ke Museum Nasional bersama sekolah. Tapi tetap ada rasa penyangkalan juga di hati kalau hal itu kurang tepat. Kalau pun dulu saya pernah melakukannya ya maaf. Berikutnya saya akan berusaha mengajarkan kepada Keke dan Nai tentang etika saat berwisata ke museum.

Jangan Berisik

Tidak berteriak-teriak dan tertawa dengan volume yang sangat keras. Ngobrol pun juga diatur lah volume suaranya. Jangan sampai mengganggu kenyamanan pengunjung lain yang datang untuk menikmati benda-benda museum.

Jangan Berlarian

Banyak benda berharga di museum *kalau gak berharga gak mungkin dimuseumkan, ya 😁* Coba kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai berlarian kemudian menabrak benda yang dipajang dan rusak?. Kalau memecahkan gelas di rumah makan mungkin kita bisa ganti. Kalau benda di museum, sekalipun bisa ganti, nilai sejarahnya yang gak tergantikan. Jadi, berjalanlah dengan tenang saat di museum.

Berfoto Sewajarnya

Saya belum pernah lihat larangan berfoto saat di museum. Cuma pernah baca himbauan untuk tidak menggunakan flash dengan alasan beberapa benda di museum memang sensitif. Tidak hanya itu aja untuk urusan berfoto, tapi perhatikan juga waktu. Ada pengunjung yang berfoto di satu objek menarik hingga berkali-kali, mengganggu kenyamanan pengunjung lain yang ingin menikmati objek tersebut.

Jangan Melewati Batas

Ini masih ada hubungannya dengan berfoto sewajarnya. Benda yang dipajang dimuseum gak semuanya disimpan di kotak kaca. Ada yang hanya dikelilingi garis pembatas, ada juga yang tidak. Untuk benda yang dikasih garis pembatas juga jangan dilewati lah. Demi alasan apapun termasuk untuk berfoto supaya garis pembatasnya gak terlihat.

Boleh Disentuh?

7 Etika Saat Berwisata ke Museum 


Ada benda di museum yang boleh disentuh dan tidak. Untuk yang tidak boleh, tentu jangan sampai Sahabat Jalan-Jalan KeNai melanggar aturan. Tetapi bila tidak ada larangan pun bukan berarti seenaknya. Menyentuh dengan kasar apalagi sampai merusak.

Tidak Makan dan Minum di Dalam Museum

Kalau yang satu ini Sahabat Jalan-Jalan KeNai tentu udah tau alasannya, ya. Museum memang bukan tempat untuk makan dan minum. Biar terjaga kebersihannya.

Jaga Anak-Anak

Museum memang tempat yang bagus bagi anak-anak untuk bermain sambil belajar. Apalagi sekarang semakin banyak museum yang bebenah untuk mempercantik tampilannya. Tetapi memang ada anak-anak yang sangat aktif. Bila keadaannya seperti ini memang sebaiknya orang tua menunda dulu keinginan mengajak anak ke museum. Kalaupun tetap ingin mengajak, dikasih penjelasan dulu seperti apa dan bagaimana saat berwisata ke museum. Pastinya orang tua pun harus bisa menjaga anaknya. Jangan sampai begitu terjadi kejadian yang tidak diinginkan kemudian beralasan namanya juga anak-anak.

Nah itulah 7 etika saat berwisata ke museum. Silakan Sahabat Jalan-Jalan KeNai menambahkan bila masih ada.

Baidewei, sudah pernah ke museum mana aja? Kalau kami belum banyak museum yang dikunjungi. Salah satu yang ingin dikunjungi adalah daerah Kota Tua, Jakarta. Di sana banyak museum yang menarik. Pernah mengunjungi beberapa diantaranya. Tapi belum semuanya. Makanya masih pengen ke sana lagi.

[Silakan baca: Jalan-Jalan KeNai di Kota Tua]

Malah kayaknya asik juga kalau sekalian staycation di Kota Tua. Selain banyak objek yang menarik untuk didatangi, kulineran di Kota Tua juga banyak yang enak. Cari promo hotel di pegipegi karena bakal ada promo diskon gede hingga 50% kalau booking hotel di pegipegi. Beberapa hari lagi diskonnya dimulai, nih. Cari-cari dulu dari sekarang nanti bookingnya mulai tanggal 1 Desember 2016. Liburaaaaannn ....

7 Etika Saat Berwisata ke Museum
Share:

5 Tip Merawat Kecantikan Saat Berlibur


 
Sumber foto: pixabay

Saat liburan adalah saat dimana kita melupakan sejenak rutinitas, termasuk urusan kecantikan. Ya, setidaknya buat saya begitu. Apalagi sama yang namanya kecantikan. Jarang banget kepikiran bawa perlengkapan lenong eh make up :p Sehari-hari aja saya suka cuek. Padahal sebaiknya tetap dibawa, ya.

Karena merawat kecantikan adalah suatu keharusan bagi para perempuan agar tetap tampil maksimal. Agar penampilan anda terjaga dan terawat selama traveling. Gak perlu repot membawa seluruh perlengkapan kecantikan yang bikin berat ransel atau koper, kok. Bawa aja beberapa barang yang sekiranya penting seperti tip yang akan saya bagikan berikut ini

Deodoran untuk menghindari lecet

Sahabat Jalan-Jalan KeNai suka berpetualang? Aktivitas seperti mendaki gunung, trekking, dan lainnya berpotensi melukai kulit. Tapi, Sahabat Jalan-Jalan KeNai tak perlu khawatir. Ternyata, deodoran yang selama ini digunakan gak hanya berfungsi sebagai pengering dan pengharum ketiak saja. Sahabat Jalan-Jalan KeNai juga bisa memanfaatkan deodoran sebagai obat penghilang luka ringan seperti lecet. Tapi yang harus diingat adalah gunakan secukupnya aja. Dan, sebaiknya untuk keadaan darurat alias bukan terus-menerus digunakan.

Bad hair day? Gunakan bedak tabur

Tak perlu panik bahkan membatalkan acara travelling aat mengalami bad hair day. Sahabat Jalan-Jalan KeNai dapat memanfaatkan alat make up yang anda miliki, yaitu bedak tabur. Pada rambut yang berminyak, taburkan bedak secara merata. Setelah itu ditepuk-tepuk ya biar rambutnya gak kelihatan jadi putih seperti uban.

Lemon untuk rambut bersinar

Namanya juga liburan, foto-foto itu wajib. Untuk Sahabat Jalan-Jalan KeNai yang hendak berlibur ke pantai dan ingin rambut berkilau seperti cahaya matahari, maka sebelum berangkat sebaiknya bilas rambut menggunakan perasan air lemon. Air lemon ini akan membuka pori-pori rambut dan bisa menjadikannya lebih bersinar. Setelah itu tambahkan kacamata hitam favorit. Voila! Bakal makin kece deh foto-foto di pantainya :D

Terkena gigitan serangga? Gunakan sabun.

Gigitan serangga pada bagian tubuh selain mengganggu penampilan juga akan menimbulkan rasa gatal. Untuk meredakannya, bisa memanfaatkan sabun mandi jenis apapun. Gosokkan saja ke bagian yang tergigit dan biarkan sampai kering sebelum dibilas.

Teh celup untuk kulit terbakar

Terlalu banyak berjemur dan kulit pun berubah menjadi merah karena terbakar? Waduh! Rasanya bisa perih, tuh. Namun, tak perlu khawatir karena ternyata Sahabat Jalan-Jalan KeNai bisa memanfaatkan kantung teh. Caranya, celupkan kantung teh terlebih dahulu di air yang dingin. Setelah itu, angkat dan tempelkan ke bagian kulit yang terbakar. Kandungannya membantu untuk mengurangi panas sekaligus rasa sakit.

Nah, ternyata mudah sekali merawat kecantikan saat berlibur, kan? Beberapa barang seperti sabun, teh bahkan bisa dengan mudah Sahabat Jalan-Jalan temukan di hotel. Bawa sendiri juga gak ribet. Asiiik!

Kalau udah gak ribet bawa barang-barang tersebut. Saat mulai merencanakan liburan. Cari dulu tiketnya di tiket2.com. Ada banyak maskapai yang bisa Sahabat Jalan-Jalan KeNai pilih. Air Asia, Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya, Wings Air, Batik Air, NamAir, Lion Air, Malindo Air, Transnusa, Thai Lion Air, Trigana Air, Xpress Air, Tiger Airways, Sky Aviation, Kal Star Aviation, Batavia, Kartika, Mandala, Merpati, Pacific Royale, Riau Air, dan Susi Air. Banyak aja pilihanyaaa ... Cuzzz, ah pilih salah satu destinasi dan maskapai. Bulan Desember udah di depan mata, nih!
Share:

Drama di Kedai Kita, Bogor

Drama di Kedai Kita, Bogor 
Drama di Kedai Kita, Bogor. Bakal balik lagi gak, yaaaa?

Rencananya untuk makan malam di hari kedua liburan kami di Bogor akan ke Kedai Kita. Saya tau tempat ini dari beberapa review dan banyak yang bilang makanannya enak. Terutama Pizza Bakar nya yang memang andalan Kedai Kita. Hal lain yang saya catat adalah tempatnya rame banget.Oke, berarti saya harus stok sabar hehehe.

Dari hotel, kami memilih untuk naik angkot. Kedai Kita lokasinya tepat di seberang Pia Apel. Sekitar pukul 7 malam kami sampai di sana. Suasana rame banget, memang jam makan malam. Saya pun langsung berdiri di salah satu meja yang kelihatannya udah mau selesai. Tapi, saya lihat suami dan Keke berjalan ke arah lain. Oh, ternyata kami harus ambil nomor antrean.

[Silakan baca: Keliling Bogor, Menginapnya di Padjadjaran Suites Hotel and Coference]

Bagus lah kalau begitu. Jadinya gak rebutan meja. Cuma infonya memang gak ada. Saya perhatikan beberapa pengunjung pun ada yang seperti saya. Berdiri di salah satu meja dengan harapan setelah selesai makan, mejanya bisa langsung di tempati. Tapi, saya juga mikir mungkin gak ya ada kejadian begitu? Abis kayaknya gak ada pengawasan. :)

 
Antreanya panjang. Tapi, sabar menunggu, kok

Saya lupa dapat nomor antrean berapa yang pasti udah urutan puluhan. Alamat bakal lama, nih hehehe. Sambil menunggu, saya pun melihat keadaan. Restonya lumayan luas. Ada yang di lantai atas, bawah, dan teras. Suasanya agak remang dan terkesan sedikit kusam. Rasanya susah dapat foto bagus dengan pencahayaan seperti itu.

Gak ada ruang tunggu khusus di tempat antrean. Hanya di parkiran sehingga saya berharap jangan sampai hujan turun. Gak tau harus berteduh di mana kalau hujan sampai turun. Di dalam resto juga kayaknya bakal sumpek. Gak hujan aja berasa sedikit sumpek kalau sampai dapat tempat di dalam karena gak ada AC.

Antreannya tertib dan petugasnya juga tegas. Beberapa kali ada pengunjung yang minta didulukan antreannya dengan berbagai alasan. Biasanya sih anak yang dijadikan alasan. Tapi, dengan tegas permintaan itu tidak dituruti. Sip! Memang harus begitu.

Setelah menunggu sekitar 45 menitan, nomor kami pun dipanggil. Dan kami diantar ke meja yang posisinya dekat dapur. Lega ... akhirnya dapat giliran juga. Kami pun memilih dengan cepat. Bahkan sebelum dapat meja pun kami sudah tau apa yang akan dipesan. Di tempat antrean kan ada daftar menu. Jadi, sambil menunggu kami baca dulu menunya. Maksudnya, biar gak usah buang waktu lagi untuk pesan menu. Kasihan dengan pengunjung lainnya.

Etapi, justru dramanya di mulai di sini. Gak ada satupun pelayan yang menghampiri. Saya sampai berkali-kali mengangkat tangan paling hanya mendapat lambaian balasan yang berarti diminta menunggu. Sebagian besar pelayan malah cuma lewat aja. Kayaknya gak mungkin gak melihat lambaian tangan saya. Posisi meja kami di dekat dapur. Pastinya banyak pelayan yang mondar-mandir ke sana. Kalau sekitar 20 menit seperti itu, rasanya lama juga, ya? Kalau ditambah mengantre di awal yang udah sekitar 45 menit, berarti lebih dari 1 jam kami habiskan untuk menunggu saja. Saya pun berinisiatif mendekati salah seorang pelayan yang sedang berdiri di dapur.

Pelayan tersebut langsung mengikuti saya ke meja dan mencatat pesanan. Terkesan sekali seperti yang terburu-buru dan tanpa senyum. Bahkan tidak mengulangi apa yang kami pesan. Langsung pergi ke dapur lagi. Semoga gak salah nyatet pesanan, ujar saya dalam hati.

 
Nai mulai lelah dan ketiduran

Butuh sekian menitan lagi yang lumayan lama untuk minuman kami datang. Herannya, rombongan keluarga yang duduk di samping meja kami sudah lebih dulu datang pesanannya. Padahal kami sudah duluan pesan. Nai sampe ketiduran karena lelah menunggu. Setelah menunggu lumayan lama dan gak juga datang, saya pun kembali menghampiri salah seorang pelayan untuk menanyakan minuman kami. Pelayan tersebut berdalih kalau mereka lagi banyak orderan. Saya pun mengatakan kalaupun memang banyak orderan, kenapa orang lain yang belakangan datang malah datang duluan pesanannya. Ketika pelayan tersebut bersikeras dengan pendapatnya, saya pun langsung mengatakan batal order bila tidak segera datang. Dan, saya minta uangnya dikembalikan. Yup! Kalau makan di sini memang harus bayar dulu. Gak lama kemudian minuman kami pun datang. Tapi tanpa makanan. Drama masih berlanjut ceritanya. :D


Butuh waktu lama lagi untuk menunggu makanan datang. Kalau gak inget untuk minum aja lama datangnya, kayaknya minuman udah habis duluan kali. Cuma males aja nunggu lama untuk minuman baru datang kalau harus order lagi. Makanan yang ditunggu pun datang, kecuali pesanan Keke.

Suami: "Ngapain makanan dicium-cium, Bun?"
Saya: "Katanya kan pizzanya dibakar ditungku pakai kayu. Biasanya makanan yang dibakar ditungku kan wangi."

 
Nasi Sapi Lada Hitam, IDR36K

Drama di Kedai Kita, Bogor 
Pizza Bakar, IDR75K

 
Nasi Goreng Kambing, IDR35K

Entah, karena lagi lelah atau apa, pastinya kami tidak mencium wangi apapun. Tapi, untuk rasa sih saya sependapat dengan banyak review. Semua pesanan terutama pizza bakar dan sapi lada hitamnya memang enak. Kalau bisa saran sih, lada hitamnya dikasih sayur sedikit lah. Biar gak cuma nasi ma daging aja.

Lama sekali menunggu pesanan Tom Yam untuk Keke. Ketika sedang menunggu, tau-tau kami mendengar seorang ibu berteriak-teriak karena marah. Intinya sih ibu tersebut sangat kesal. Udah menunggu antrean masuk lama banget, begitu dapat meja gak juga ada yang nyamperin. Padahal udah sekitar setengah jam dia berkali-kali angkat tangan. Sama sih kejadiannya kayak yang kami alami. Ya, walaupun saya tidak mendukung marah-marahnya ibu tersebut, tapi memang menurut saya pun drama menunggu di Kedai Kita agak keterlaluan. Resto yang ramai sekalipun kayaknya gak separah ini menunggunya.

Ibu tersebut dan keluarganya langsung pergi meninggalkan Kedai Kita. Saya mendengar 2 orang pelayan berbisik-bisik, saling menyalahkan kenapa bisa sampai ada kejadian tersebut. Saya pun langsung menghampiri mereka untuk menanyakan pesanan Tom Yam yang belum juga datang. Menurut mereka, orderan datang berdasarkan urutan. Siapa yang duluan order, berarti duluan disajikan. Saya pun mengatakan kalau memang seperti itu, kenapa pesanan saya yang lain sudah datang (bahkan sudah habis disantap) sedangkan seporsi Tom Yam belum juga datang? Salah seorang pelayan bertanya menu apa aja yang saya pesan. Setelah saya sebutkan, dijawab kalau dari semua pesanan tadi memang Tom Yam yang paling lama prosesnya.

Hmmm ... menurut saya rada kurang masuk akal, ya? Dalam pikiran saya, ketika pesan pizza kan harus ada proses bakarnya dulu. Sedangkan Tom Yam biasanya udah jadi. Gak mungkin kayaknya kalau prosesnya dimulai dari nol. Saya pun mengatakan kalau rombongan keluarga yang duduk di samping kami, semua pesanannya sudah beres. Kok, bisa kami yang lebih dulu datang gak juga beres? Saya pun (lagi-lagi) mengatakan untuk membatalkan pesanan saja. Dan, meminta uang seharga seporsi Tom Yam yang sudah dibayar dikembalikan.

 
Tom Yam Seafood, IDR40K

Saya: "Lho, kok Tom Yam nya diantar, Mas? Saya udah bilang batal, lho."
Pelayan: "Batal? Gak ada laporan pembatalan, Bu."
Saya: Begitu, ya? Tapi, lucu juga ya tiap kali saya bilang mau batalin pesanan dalam sekejab orderan langsung diantar. Tadi yang urusan es teh pun begitu. Ya sudahlah."

Saya memang jadi agak sinis dan ketus di malam itu abis kesal. Hayati lelah, Baaang hahaha. Tom Yam pun hanya disantap sedikit saja oleh Keke. Nasinya gak disentuh. Bukan karena gak enak. Tapi perutnya sudah kenyang makan Nasi Goreng Kambing yang seharusnya jadi pesanan saya. Sedangkan saya cuma icip sana-sini. Udah gak mood untuk makan.

Kesimpulannya, sih semua menu yang kami order malam itu enak rasanya. Gak ada yang mengecewakan. Tapi, kayaknya enggak dulu lah ya kalau diajak makan ke sana lagi. Terlalu lama menunggunya. Bahkan lebih lama menunggu dibanding makannya. Pukul 7 kami sampai sana, pulang pukul 10. Sekitar 3 jam dihabiskan di sana dan mayoritas dipakai untuk menunggu, jelas sangat melelahkan.

Atau kalaupun ke sana lagi kayaknya gak di saat jam makan. Seperti saat kami makan di Pia Apel itu pas jam nanggung. Saya lihat Kedai Kita juga saat itu gak ramai. Oiya, Kedai Kita hanya menerima cash, ya. Jadi siapkan uang yang cukup kalau mau makan di sini :)

[Silakan baca: Special Menu di Pia Apple Pie]

Tip:
  1. Berpakaian casual yang menyerap keringat kalau makan di sini. Tempat gak ada AC, jadi gerah kalau pakaiannya ribet
  2. Sebaiknya, hindari jam makan. Mending datang di jam nanggung
  3. Stok sabar yang banyaaaaaaaaakk untuk menunggu :p 
  4. Kalau makan sama teman, mungkin menunggu lama gak terlalu masalah, ya. Apalagi kalau sama pacar *eh* Tapi kalau bawa anak-anak memang terlalu melelahkan

Kedai Kita









Share:

Piknik Asik di RRREC Fest In The Valley 2016

 
Salah satu acara di RRREC Fest In The Valley 2016 adalah pertunjukkan musik. Tidak ada kelas 1, VIP, dan lainnya ketika menonton musik di sini. Silakan cari tempat ternyaman masing-masing. Mau sambil makan, tiduran, atau duduk juga boleh. Asalkan jangan nyampah :)

Ngadem ... Biasanya, kami kalau ke Tanakita memang buat ngadem. Lagi suntuk tapi bingung mau kemana, ya udah ke Tanakita aja. Ngadem di tempat yang sunyi. Kalau di Tanakita lagi rame (biasanya kalau lagi ada gathering perusahaan, sekolah, atau keluarga besar), kami memilih nge-camp di area Tanakita lainnya kayak Rumamera atau Riverside. Kayaknya cuma kehadiran GAC (Gamal, Audrey, dan Cantika) yang berhasil membawa saya datang ke Tanakita untuk menikmati keramaian performance mereka sesaat hehehe. Saya belum pernah tahun baruan di Tanakita. Karena pasti sangat ramai. Di Tanakita juga ada event tahunan, namanya RRREC Fest In The Valley. Biar gak ribet, dibacanya Rekfest, ya.
RREC Fest In The Valley adalah sebuah festival dalam format paket liburan akhir-pekan / weekend getawaymusic camp, berisikan rangkaian program yang meliputi: pertunjukan musik, pemutaran film layar tancap, residensi seniman, workshop, bincang-bincang, program anak, dan teater. - Sumber: http://rrrec.ruangrupa.org/2016/id/beranda-id/ -
Tahun ini adalah tahun ketiga, Ruang Rupa bekerjasama dengan Tanakita menggelar RRREC Fest In The Valley. Dan, baru kali ini kami sekeluarga hadir di sana. Itu juga karena suami termasuk yang ikut ngurusin event ini. Beberapa hari sebelum hari H bahkan sudah ada di Tanakita. Saya yang emang dasarnya gak pernah bisa ditinggal suami walaupun cuma semalam, berinisiatif nyusul, dong. Jadi, kehadiran saya dan anak-anak di sana itu awalnya cuma buat nyusul suami hahaha.

Ternyata, saya sangat menikmati RRREC Fest In The Valley!

Festival ini diselenggarakan selama 3 hari, yaitu 9-11 September. Saya dan anak-anak baru datang di hari kedua karena sayang banget kalau anak-anak sampe bolos di hari Jumat *Tapi kalau tau eventnya bakal keren kayak gini, sih, tahun depan kalau diselenggarakan lagi kayaknya anak-anak disuruh bolos aja. Ups! :p*


Gara-gara festival ini juga saya jadi gak bisa tidur semalaman sebelum berangkat ke Tanakita. Karena sejak menikah, saya belum pernah bepergian jauh tanpa suami. Kan, jadinya deg-degan banget. Kalau ketinggalan kereta gimana? Bisa gak ya bawa anak-anak ke luar kota tanpa suami? Apalagi saya pernah kecopetan di dekat stasiun Bogor. Makinlah saya deg-degan dan takut. Alhamdulillah, ketakutan saya perlahan sirna karena sepanjang perjalanan dilancarkan.

[Silakan baca: HP Hilang dan Firasat]

Sampe Tanakita, beberapa workshop sedang berlangsung. Saya pengen banget ikut workshop photography, tapi pas sampai sana workshop udah hampir selesai. Sayang banget, ya. Beneran harus dari hari pertama nih datangnya :D

Camping, Kuliner, Musik, Talks

Selain ramai, alasan lain kenapa saya (sempat) malas datang ke RRREC Fest In The Valley adalah saya gak banyak tau line up nya. Ya, awalnya saya mengira kalau ini hanyalah festival musik indie. Ketika panitia festival mulai mengumumkan satu per satu line up festival tahun ini di IG, saya mulai mencoba cari tau performancenya di YouTube. Dan, gak ada satupun yang saya suka! *Maaf, yaaaa* Saya memang penggemar musik komersil. Meskipun gak semua musik komersil saya suka. Tapi musik indie lebih gak akrab lagi di telinga saya.
"Heran, di sini kok menikmati performance semua yang tampil, ya? Padahal kalau gue denger di YouTube kayak gak suka."

"Ya itu ibaratnya lo gak suka sepakbola tapi begitu lo nonton langsung di lapangan pasti bakal suka, deh. Karena rasanya beda."
2 orang pria yang tidak saya kenal sedang bercakap-cakap di dekat saya. Lha, kok sama persis dengan yang saya rasakan? Jadi seperti mendengarkan suara hati hahaha. Saya juga bukan penggemar sepakbola. Tapi pernah sekali diajak nonton langsung pertandingan sepakbola di istora Senayan dan saya sangat menikmati suasananya. Tegangnya, teriakannya, semua kehebohannya saya ikut merasakan seperti ribuan penonton lainnya.

Begitulah yang saya rasakan di festival ini. Mungkin saya bukan penikmat sejati. Tapi kalau melihat langsung, saya pun bisa ikut larut. Memang gak semua performance saya bisa nikmati. Ada segelintir performance yang tetap asing di telinga saya. Sebagian besar saja yang bisa saya nikmati.

Konsep RRREC Fest In The Valley ini memang unik. Tiket untuk festival ini tidak dijual harian. Tapi selama 3 hari 2 malam, seluruh peserta akan merasakan camping, menikmati musik, ikut talkshow, dan lain sebagainya bersama-sama. Untuk area camping ada di beberapa lokasi Tanakita. Untuk lebih jelasnya, Sahabat Jalan-Jalan KeNai bisa lihat di IG RRRec_Fest.

 
Tanakita Pinus Camp

Pinus adalah salah satu camp area Tanakita dan kami menginap di sana. Saat festival, yang menginap di pinus camp boleh membawa tenda sendiri. Tapi bila menggunakan tenda Tanakita akan dikenakan biaya tambahan. Tidak ada listrik, kasur, dan sleeping bag di setiap tenda. Yang ada hanya matras. Buat kami gak jadi masalah tidur beralaskan matras. Kalau naik gunung kan tendanya juga cuma beralaskan matras. Lagipula hutan pinus itu tanahnya empuk karena tertutup daun kering. Jadi berasa pake karpet hehehe. Paling yang rada ribet memang urusan nge-charge. Biasanya, segala gadget kami charge malam hari. Di Pinus Camp gak ada listrik seperti halnya di camp area Tankita yang lain. Listrik hanya ada sentral di tempat ngumpul. Karena di tenda gak ada listrik jadinya numpang ng-charge di kantor Tanakita.

Udah gitu, suami saya lupa bawa sleeping bag. Jadilah semaleman rada kedinginan. Segala baju dan celana dikeluarin untuk nutupin badan. Jaket juga udah dipake. Beruntung nginepnya di hutan pinus. Kalau di area yang lebih terbuka kayaknya bakal lebih kedinginan hehehe.

 

Makanan sudah termasuk dalam paket menginap di Tanakita. Tapi, saat festival berlangsung, saya dan anak-anak lebih memilih jajan. Puas banget menyantap cuanki, mie ayam, ketan bakar dan sambal oncom, juga aneka jajanan lainnya. Saya cuma gak kebagian nasi bakarnya. Huaaaa ... Padahal kata Keke rasa nasi bakarnya enak banget, lho.

Selama festival, hujan beberapa kali turun. Malah terkadang deras tapi gak menyurutkan antusias para peserta untuk tetap menikmati festival. Pastinya lagi kalau ikut festival ini harus siap fisik. Turun naik lembah melulu. Ya, sebetulnya kalau mager, bisa aja tetap di satu tempat. Misalnya pagi sampai siang di Tanakita untuk berbagai talkshow. Setelah itu baru turun ke lembah untuk menikmati musik hingga malam. Makan utama juga disajikan di lembah. Tapi karena saya lumayan pecicilan, kayaknya kalau cuma diam di satu lokasi aja gak bisa :D

 
Makanan utama memang sudah termasuk dalam paket. Tapi kalau melihat aneka jajanan seperti nasi bakar, ketan bakar sambal oncom, roti bakar, jagung bakar, cuanki, dan masih  banyak lagi, kami pasti tergiur buat jajan hehehe.

Ada beberapa talkshow yang menarik untuk diikuti. Beberapa talkshow dan workshop diselenggarakan bersamaan. Bikin galau mau ikut yang mana kalau pilihannya asik semua. Asik ikutin talkshownya karena suasananya santai. Sama lah kayak menikmati musiknya. Mau sambil duduk, sambil makan, atau sambil tiduran juga boleeeehh. Apalagi udara juga sejuk. Enak banget, deh :)

Acara masih berlangsung hingga hari Minggu malam. Tapi karena kami naik kereta, gak mungkin untuk ikut sampai malam. Sore hari kami sudah harus meninggalkan Tanakita. Perjalanan yang deg-degan menuju stasiun. 5 menit sebelum kereta jalan, kami baru sampai stasiun. Untung pas pemeriksaan boarding pass gak ada antrean. Bisa-bisa ketinggalan kereta kalau antrean di boarding pass panjang.

Siapa Saja yang meramaikan RRREC Fest In The Valley?

[Workshop] RAUNG JAGAT - The Roar of The Universe


Raung Jagat adalah sebuah sistem paduan suara berbasis improvisasi yang diciptakan oleh Rully Shabara Herman untuk mengelola beragam suara manusia secara spontan dan eksperimentatif namun sangat inkusif. Sehingga bisa diterapkan ke semua jenis suara manusia tanpa pengecualian.

https://soundcloud.com/rully-shabara
Unik tapi aneh! Kesan pertama yang saya tangkap dari paduan suara ini. Janganlah bayangkan seperti mendengar paduan suara seperti pada umumnya. Sejujurnya, kuping saya masih agak asing mendengarnya. Ada beragam suara yang dikeluarkan. Kadang seperti suara burung, kadang kayak pada sibuk mengoceh, pokoknya banyak suara unik.

Walaupun masih terasa asing bagi saya, penampilan ini seperti halnya paduan suara yang mana ada pemimpinnya. Seru aja melihat mas Rully yang begitu ekspresif menunjuk setiap peserta. Kemudian terciptalah harmoni. Workshop Raung Jagat ini berlangsung setiap hari dan performance di hari terakhir. Kami tidak melihat performancenya karena sudah keburu pulang.

[Workshop] PUPPET LANTERN WORKSHOP

Dengan konsep teater boneka untuk segala umur yang menarik ditonton publik tapi mengandung pesan dan makna yang dalam. Kelompok asal Yogyakarta ini telah tampil di berbagai pelosok dunia. Menggunakan gestur boneka dan bunyi-bunyian vokal sebagai dialog. Mereka menampilkan kisah-kisah berkonteks Indonesia yang tetap bisa relevan dengan kebudayaan lain

http://www.pappermoonpuppet.com
Nah, saya juga ketinggalan workshop ini. Karena pas saya dan anak-anak sampe di Tanakita, workshopnya udah mulai. Padahal kalau Nai ikut workshopnya kayaknya dia bakal senang karena para peserta akan diajak membuat boneka alaPappermoon Puppet Theatre. Para peserta akan diajari dari mulai membuat sketsa hingga cara memainkannya.

 
Panggung untuk puppet theatre

 
Nanti karya peserta akan dipasang di panggung khusus untuk pertunjukan. Setelah selesai acara, puppet bikinan peserta bisa dibawa pulang. Saya udah niatin banget mau lihat shownya tapi karena baru mulai abis maghrib, pada keburu cape. Sholat maghrib di area Tanakita, mau nonton show harus turun lagi ke lembah. Energi udah mulai habis hehehehe

[Workshop] "JURAGAN = JUalan fotogRAfi, GAN!"

Pada perkembangannya, Instagram selain menjadi media sosial juga menjadi platform untuk orang mempublikasikan foto propaganda dengan tujuan komersial. Anton Ismael akan membantu para peserta untuk mendapatkan foto produk atau foto diri yang lebih 'menjual' serta mendatangkan lebih banyak follower.

www.antonismael.com
Lagi-lagi saya ketinggalan acara ini. Ya, masih dengan alasan sama, pas datang ke Tanakita, workshop sedang berlangsung. Padahal ini menarik banget. Apalagi workshop ini fotografi dengan menggunakan handphone.

[Workshop] RURU Kids


RURU Kids adalah salah satu divisi di ruang rupa yang fokus pada pengembangan program seni berbasis pendidikan untuk anak dan remaja. Akan mengelola sebuah kegiatan lokakarya untuk anak-anak. Peserta SD s/d SMP bisa mendaftar untuk terlibat dalam program ini.
Karena konsepnya piknik, tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menikmati festival ini. Ada juga workshop untuk anak-anak. Membuat beberapa kegiatan yang kreatif yang menyenangkan bagi anak  

[Talks] "BERISIK = BErdikari daRI muSIK"

Bagaimana musik dapat hidup dan berkembang menjadi sebuah entitas kesenian sekaligus kelompok kreatif yang mandiri. Serta bagaimana musik menjaid sumber pendapatan bagi orang-orang yang hidup di dalamnya
Moderator: Saleh Husein (Seniman, Musisi)
Pembicara: Lil Boit (Pemilik Omuniuum) dan Rudolf Dethu (Manager, Propagandis)

Satu-satunya talshow yang saya ikuti dari awal hingga setengahnya. Kenapa cuma setengahnya? Karena saya keburu ketemu salah seorang teman SMA di sini trus reunian hehehehe. Tapi walaupun cuma setengah, kayaknya saya akan menulis reportasenya secara terpisah.

[Talks] Southeast Asian Network

Bincang-bincang Southeast Asian Network merupakan sesi diskusi yang selalu diadakan sejak RRREC Fest In The Valley pertama. Program ini telah menjadi salah satu medium untuk saling berdiskusi dan membangun jaringan yang efektif di antara negara-negara Asia Tenggara.
Moderator: Felix Dass (Penulis)
Pembicara: Yellow Fang (Bangkok), Dirgahayu (Kuala Lumpur), dan Bottlesmoker (Bandung)

Untuk talks yang ini didukung oleh Air Asia Indonesia selaku official partner RRREC Fest In The valley 2016. Membicarakan tentang bagaimana band-band ini menjaring networking dengan sesama musisi di beberapa negara Asia Tenggara. Apa keuntungan yang didapat dengan menjalin networking. Dan, bagaimana biaya perjalanannya mengingat biaya perjalanan musisi itu yang sangat besar karena peralatan musik yang mereka bawa banyak dan berat.

[Talks] LOKALWISDOM

LOKALwisdom adalah acara reguler di RURU Radio. Pada sesi ini menampilkan berbagai cerita menarik dari geliat komunitas subkultur kota-kota di luar pulau Jawa.
Moderator: Felix Dass (Penulis)
Narasumber: Suarasama (Medan), SARANA (Samarinda)

[Talks] Ketahanan Pangan Demi Perut dan Otak

Pada masa lalu, sejumlah bahan pangan non beras dikonsumsi masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke sebagai makanan pokok. Setelah revolusi hijau (menjadikan beras sebagai bahan makan utama), bahan pokok lainnya menghilang atau hanya dijadikan makanan pendamping beras
Moderator: Mirwan Andan (Peneliti)
Pembicara: Lefidus Malau (Detektif Tumbuh-tumbuhan), Adi Satria Rahman (Aktivis Lingkungan), dan Bagus Dwi Danto (Musisi)

Indonesia adalah negara kaya dengan bahan pangan. Dari Sabang hingga Merauke, makanan pokok masyarakatnya berbeda-beda. Diskusi yang membahas tentang bahan makanan pokok lain yang masih bisa ditemui di beberapa pasar tradisional. Serta membahas tentang jargon ketahanan pangan yang selalu didengungkan selama ini

[Music] NASIDA RIA (Semarang) - http://www.nasidaria.net

 
Di lagu awal, masih banyak penonton yang duduk manis :D 

Lama-lama pecaaaahhh ...! Banyak yang pada joget dan nyanyi.

Perdamaian ... perdamaian ... perdamaian ... perdamaian ...
Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai ...

Siapa yang tahu lagu itu? Pasti Sahabat Jalan-Jalan KeNai banyak yang tau, ya. saya pun tau tapiiii ... baru tau kalau penyanyi aslinya adalah Nasida Ria! *Dikeplak berjamaah hahaha* Gak hanya 1, tapi ada beberapa lagu Nasida Ria yang ternyata familiar cuma penyanyinya aja yang gak tau.

Beneraaan ... Saya kudet banget sama Nasida Ria. Padahal ini grup qasidah yang sudah melegenda. Pantesan aja penampilan Nasida Ria itu yang paling pecah dari semua perform. Bahkan sejak check sound pun sudah mulai rame. Saya pun benar-benar terlarut dengan keramaiannya. Pecaaaaahh ...!

[Music] YELLOW FANG (Bangkok) - http://bit.ly/YellowFang

 
Menjelang malam, sebelum Yellow Fang tampil


Saya dan Nai menikmati perform Yellow Fang, band asal Bangkok ini dari warung mie ayam hihihi. Mau turun ke lembah hujan. Tapi mau tetap di Tanakita, Nai kedinginan karena jaketnya ketinggalan di tenda. Di warung, udaranya lumayan sejuk malah Nai akhirnya ketiduran.

[Music] BOTTLESMOKER (Bandung) - http://bottlesmoker.asia


Awalnya biasa aja tapi semakin lama didengar, saya semakin suka. Setelah selesai Nasida Ria, dilanjut dengan Bottlesmoker kayaknya jadi pengen terus joget :D

[Music] LEANNA RACHEL (Los Angeles)


Hujan mengguyur dengan derasnya saat Leanna Rachel, musisi asal Los Angeles yang saat ini sedang menetap di Bali akan manggung. Tapi, tidak menghalangi para penonton untuk tetap menikmati pertunjukkan Leanna Rachel. Suara Leanna Rachel terdengar lembut memang pas banget deh ma cuacanya. Mungkin kalau saat itu saya sedang di kamar, cocok nih buat menemani saya tidur. Sekilas saya langsung teringat dengan suara Norah Jones. Lembut dan syahdu :)

Layar Tancap - TIGA DARA (Hasil Restorasi 4K)

Pengeeeennnn banget nonton Tiga Dara restorasi ini. Banyak yang bilang kalau filmnya bagus. Tapi apa daya baru diputar pukul 9 malam. Anak-anak, terutama Nai, udah ngantuk. Lokasi tenda kami lumayan jauh kalau dari area layar tancap. Gak tega juga meninggalkan mereka tidur di tenda sendirian. Lagipula, saya gak bawa senter. Nanti pulangnya ma siapa kalau abis nonton. Gelap dan saya kan penakut hihihi.

Do's and Don'ts

Gak hanya nama-nama yang saya tulis tadi. Sebetulnya masih banyak workshop, talks, dan music yang ada di RRREC Fest In the Valley. Insya Allah, festival yang sama akan digelar lagi tahun depan. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai. Nah, sambil menunggu tahun depan mendingan catat dulu nih do's and don'ts-nya biar maksimal menikmati festivalnya :)

Kondisi Prima


Ikut RRREC Fest In The Valley itu cape!  Gimana gak cape kalau turun naik lembah melulu. Ya, kalau cuma ingin nonton musiknya aja sih bisa aja berlama-lama di lembah. Dari siang sampe malam *biasanya musik baru di mulai setelah makan siang*. Tenda makan dan juga aneka jajan juga tersedia di lembah. Tapi emangnya gak kepengen ke wc, sholat (bagi muslim), mandi, atau apa gitu, lah? Jadi sesekali pasti ada naiknya juga.

Cuaca yang gak menentu, kadang hujan kadang cerah, juga menuntut untuk menjaga kondisi tubuh. Memang sih panitia menyediakan jas hujan plastik. Tapi, kalau kondisi tubuh lagi gak prima kan juga bikin nge-drop.

Pakai Outfit yang Sesuai


RRREC Fest In The Valley memang acara seni tapi karena tempatnya di alam terbuka memang sebaiknya outfitnya menyesuaikan. Paling gak pakaian kasual dan alas kaki yang gak bikin ribet apalagi mencelakakan diri sendiri. Misalnya, karena kadang hujan jadi jalur kadang licin. Sepatu hak tinggi jelas bukan alas kaki yang tepat, ya. Saya sih tetap menyarankan pakai sepatu kets atau trekking saja. Lebih aman dan nyaman.

Bawa Kamera, Recorder, dan Lainnya

Kamera sih udah termasuk barang wajib dibawa kemanapun, ya. Tapi yang bikin saya rada nyesel adalah lupa bawa recorder dan alat tulis! Ada beberapa talkshow yang menarik untuk diikuti. Memang sih saya gak ada kewajiban untuk meliput karena hadir di sana atas nama pribadi bukan kerjaan. Tapi kan lumayan juga kalau bisa sekalian meliput. Bisa jadi beberapa postingan, tuh! Makanya gregetan aja karena lupa bawa recorder hehehe.
Untuk mengikuti RRREC Fest In The Valley terbagi dalam 3 paket. Dimulai dari harga IDR850K hingga IDR1.850K, tergantung dari area menginap yang dipilih. Fasilitas di penginapan pun berbeda-beda tiap paketnya. Tetapi semua paket sudah termasuk konsumsi selama 3 hari.
Harga paket tersebut memang harga untuk 3 hari dan gak ada biaya harian. Maksudnya, gak bisa bayar cuma buat nginep sehari doang. Biaya transportasi juga gak termasuk. Tapi, panitia bisa membantu urus transportasi. Tentu saja ada biaya tambahan.

Sahabat Jalan-Jalan Kenai, siap untuk ikut RRREC Fest In The Valley tahun berikutnya? Kita piknik bareng di sana. Pantau terus aja akun socmednya, ya! ^_^

 Piknik asik di RRREC Fest In The Valley

RRREC Fest In The Valley

www.rrrec.ruangrupa.com

Facebook : RRRec Fest
Instagram : @rrrec_fest
Twitter : @rrrec_fest
Share:

Golden Sunrise di Sikunir

Golden Sunrise di Sikunir 
Golden sunrise di Sikunir. Cantik, ya? :)

Begitu mobil yang dikendarai suami terlihat memasuki terminal, saya dan anak-anak bergegas menghampiri. Lumayan lama juga kami menunggu. Perjalanan dari terminal Dieng dan sebaliknya memang terlihat macet sekali. Sangat berbeda dengan sehari sebelumnya saat kami akan melakukan pendakian. Jalanan masih terasa cukup lengang saat itu. Setelah semua barang masuk mobil, kami pun berpamitan dengan mas Ivan. Perjalanan kami selanjutnya menuju desa Sembungan untuk melihat golden sunrise Sikunir.

[Silakan baca: Sunrise di Gunung Prau da Turun Gunung via Jalur Dieng]

Makan Malam di Desa Sembungan

Dari terminal Dieng menuju desa Sembungan sebetulnya gak terlalu jauh. Tapi, kami sempat berputar-putar karena nyasar. Mengandalkan GPS juga tumben gak berhasil. Tetap nyasar dan akhirnya bertanya dengan penduduk sekitar, deh.
Tip: Jangan mendadak kalau ingin mencari homestay di Sikunir
Kami termasuk yang rada mendadak ketika mulai mencari homestay. Kebiasaan menunda-nunda hehehe. Selain itu, kami sempat berusaha mencari sendiri dulu. Tapi, berkali-kali googling nomor telpon berbagai homestay di Sikunir, sepertinya gak ada satupun nomor telepon yang langsung ke homestay yang dituju. Semua nomor telpon perantara.

Karena gak juga dapat nomor telpon homestay, barulah saya minta tolong Idah Ceris, blogger asal Banjarnegara. Rada mepet minta tolongnya. Untung masih dapat homestay. Meskipun homestay yang kami inginkan sudah full tapi dapat homestay lain yang nyaman juga. Waktu itu saya pesan ke Idah minta tolong cariin homestay yang bisa masuk mobil dan kamar mandi di dalam dengan fasilitas water heater.

 
Homestay Cebong Indah, tempat kami menginap. Ada masjid besar dan bertingkat tepat di seberangnya. Harga kamar per malam, IDR300K. Ada sih yang seharga IDR250K, tapi kamar mandi di luar. Kalau kamar yang lebih besar, saya kurang tau berapa harga per malamnya.

Kami tiba di Sikunir menjelang maghrib. Kamar yang kami tempati tidak terlalu besar. Hanya muat 1 kasur berukuran king size dengan menyisakan sedikit space untuk meletakkan tas. Tepat di depan homestay, ada masjid. Jadi, kalau mau sholat tinggal nyebrang aja. Di homestay ini juga ada kamar lain yang lebih luas. Kalau bawa keluarga besar sepertinya bisa menyewa kamar yang lebih luas itu. Lumayan bisa banyak masuknya.

Tidur, mandi, atau makan dulu, ya? Ketiganya menggoda di saat bersamaan. Kasur empuk dengan selimut yang tebal benar-benar nyaman buat beristirahat. Tapi, rasanya pengen banget bebersih badan. Sejak berangkat, kami belum mandi hehehe. Perut juga mulai protes karena belum diisi sejak siang.


Kami pun memutuskan lebih baik makan malam dulu. Di desa Sembungan tidak banyak penjual makanan, malah kayaknya kami hanya menemukan 1 tempat saja. Tidak juga menawarkan banyak pilihan menu, hanya nasi goreng dan ayam goreng. Kami memesan 4 porsi nasi goreng dan 2 potong ayam goreng. Lokasinya tidak jauh dari homestay. Cukup jalan kaki, 5 menit saja sudah sampai.

Saat kami makan malam, di luar masih ramai. Tidak hanya karena banyaknya pengunjung ke desa tersebut. Tapi penduduknya juga masih beraktivitas. Beberapa anak kecil terlihat berlarian ke sana-kemari menuju masjid sekitar. Seneng lihatnya, deh.

"Tapi nunggu ya, Bu. Lagi banyak yang beli," kata ibu penjual nasi goreng sambil menggoreng nasi.

Lumayan lama juga kami menunggu hidangan disajikan. Pembelinya pada malam itu sebetulnya gak banyak juga. Tapi ibunya lupa kalau kami sudah pesan dari tadi. Eyaampuuunn ... Kami pun ngakak setelah ibunya bilang lupa hehehe

Seporsi nasi goreng seharga 13 ribu rupiah dan ayam goreng seharga 16 ribu rupiah. Menurut Sabahat Jalan-Jalan KeNai termasuk mahal, gak? Hmmm ... Mahal atau murah memang relatif, ya. Tapi kalau menurut kami harganya gak beda sama harga nasi goreng dok dok yang biasa kami beli di rumah. Padahal dalam pikiran kami kalau di Jawa Tengah dan sekitarnya biasanya lebih murah harga makanan dan miumannya. Ternyata sama aja.

 
Nasi goreng, IDR13K.
Ayam goreng, IDR16K

Setelah makan, kami langsung kembali ke homestay. Di depan homestay, saya melihat mobil yang di dalamnya ada beberapa perempuan muda sedang menanyakan penginapan yang kosong. Dari hasil menguping, rupanya mereka sedang bingung karena gak ada satupun homestay yang kosong. Tuh, jangan mepet kalau mau pesan kamar di desa Sembungan, ya.
Di luar desa Sembungan juga ada beberapa homestay. Tetapi karena Sikunir berada di Desa Sembungan, jadi memang paling nikmat mencari homestay di sini.
Perut udah kenyang, saatnya bebersih badan. Enak banget, deh, mandi air hangat setelah hampir 2 hari gak mandi hihihi. Tapi, begitu keluar dari kamar mandi langsung berasa dingiiiiinnn ... Buru-buru naik ke kasur dan selimutan. Brrrr ....

Kami hanya menyewa 1 kamar saja. Dempet-dempetan berempat di 1 kasur ukuran king size. Tapi, jadinya hangat. Kalau badan cape begini, gak berasa sempit. Begitu rebahan di kasur langsung tidur dengan nyenyak. Kalau gak pasang alarm kayak udah bablas kesiangan.

Macet di Sikunir

Kami disarankan mulai jalan menuju Sikunir pukul 04.00 wib. Diperkirakan sampai puncak Sikunir sekitar 45 menit dengan kecepatan normal, ya. Bukan yang kura-kura kayak saya hahaha. Tapi kata suami setelah adzan subuh aja. Suami sangat yakin masih bisa mengejar sunrise setelah subuh karena lokasi homestay yang lumayan dekat dengan pintu masuk Sikunir.

Ada 3 alternatif menuju pintu masuk Sikunir, yaitu menggunakan kendaraan pribadi, naik ojek, atau jalan kaki. Membawa kendaraan pribadi sangat tidak disarankan oleh penduduk di sana. Alasannya, parkiran udah penuh. Bakal susah banget cari parkir. Kami pun memilih berjalan kaki.

Ketika suami memutuskan untuk berjalan kaki, saya sempat khawatir gak bisa jalan. Masih inget aja waktu pertama kali naik gunung, keesokannya saya ngesot karena kaki rasanya pegal banget hahaha. Tapi kali ini alhamdulillah, gak berasa pegal sama sekali.

Enak juga berjalan kaki menuju pintu masuk Sikunir. Udaranya masih terasa sangat segar dengan langit yang cerah terlihat bintang. Coba di perkotaan kayak begitu, ya. Betah banget, deh. Cuma harus hati-hati aja karena lumayan banyak ojek motor yang mondar-mandir mengantar pengunjung.
Tip: Kalau memilih berjalan kaki, sebaiknya bawa senter. Penerangan di dekat danau agak minim
Jalan menuju bukit Sikunir sudah aspal. Untuk Sahabat Jalan-Jalan KeNai yang merasa lapar atau haus, di area pintu masuk banyak penjual makanan dan minuman. Bahkan terlihat beberapa bangunan permanen yang sedang dibangun. Sepertinya, dengan makin banyaknya wisatwan yang ke sana, mulai terlihat pembangunan di area bukit Sikunir.
Tip: Tetap gunakan alas kaki serta pakaian yang nyaman untuk kegiatan outdoor karena begitu mulai mendaki, jalurnya sempit dan licin.
Maceeeett paraaahhh ...

 
Seperti ini keramaian di Sikunir. Banyak banget pengunjungnya sampe susah bergerak. Maceeett ...

Ternyata di gunung atau bukit pun bisa macet bahkan macet parah. Bahkan untuk pendaki kura-kura macam saya pun kemacetan ini ngeselin karena sering banget berhenti. Jalur menuju uncak Sikunir itu sempit dan licin. Sepanjang pendakian, saya berharap jangan sampai ada yang terpeleset. Takut kayak efek domino gitu, satu jatuh trus yang lain juga. Masalahnya, di pinggirnya jurang. Kan, bikin deg-degan banget.

Sekitar 2/3 pendakian ada tanah lapang. Para pengunjung banyak menyebutnya puncak 1. Kami memilih cukup sampai di sini aja pendakiannya. Itupun terpaksa berpencar saking ramenya pengunjung. Kalau mau sampe puncak 2 masih harus mendaki sekali lagi. Tapi melihat banyaknya yang mendaki dan langit yang mulai terlihat terang, mendingan gak usah melanjutkan pendakian, deh. Gak bisa ngebayangin juga di atas bakal serame apa kalau kayak gitu.

Baru juga saya dapat ruang untuk duduk, tau-tau ada seorang pengunjung yang pingsan. Oleh warga setempat langsung digendong di punggung untuk dibawa turun. Kelihatan sekali yang menggendong gerakannya lincah bagai kancil. Menerobos pengunjung yang membludak kayak gitu.

 
Melihat matahari terbit dari yang cuma setitik dan lama-lama membesar. Menakjubkan!

Walaupun gak sampe puncak, tapi sunrise di Sikunir tetap terlihat sangat indah. Warnanya keemasan sehingga disebut golden sunrise. Pantas saja dibilang golden sunrise. Beruntung sekali, saya diberi kesempatan melihat salah satu maha karya Allah SWT ini. Alhamdulillah.

Saya gak langsung beranjak setelah matahari terbit. Sempat ngobrol-ngobrol sejenak dengan sepasang orang tua di sebelah saya. Dari ceritanya, mereka ternyata sudah mendaki Sikunir sehari sebelumnya. Tapi puncak kepadatan terjadi saat itu sehingga mereka terpaksa turun lagi saking padatnya. Wuiihhh! Perasaan saat aja udah macet banget. Bener-bener gak ngebayangin sehari sebelumnya itu seperti apa ramainya.

Mereka pun memutuskan kembali ke Semarang dan balik lagi ke Sikunir lagi tengah malam. Tidur sejenak di parkiran pintu masuk Sikunir, kemudian mulai mendaki sekitar pukul 2 dinihari supaya dapat spot foto yang bagus. Wah pukul 2 mah kami masih tidur nyenyak, mereka udah mendaki hahaha.

Golden Sunrise di Sikunir 
Nai dan ayahnya memilih mojok. Gak melihat sunrise :D

Setelah berpencar, saya menghampiri Nai dan ayahnya. Untung aja Keke duluan yang nyamperin saya. Kalau gak, saya bakal bingung nyari dimana suami dan anak-anak. Nai dan ayahnya gak ikut menikmati sunrise. Terlalu penuh pengunjungnya sehingga memilih area di pojokan buat ngopi dan sarapan pop mie.
Tip: Di atas bukit Sikunir ada beberapa penjual minuman hangat seperti kopi, teh, dan lainnya juga mie instan. Tapi, kalau kami tetap bawa sendiri. Biar gak jajan hahaha. Bahkan area untuk sholat pun katanya sih ada (tapi saya gak tau di mana area untuk sholatnya)
Golden Sunrise di Sikunir

Setelah ngopi dan sarapan, kami mengelilingi area sekitar. Tapi tetap gak ingin naik ke puncak. Udah cukup lah ngos-ngosannya. Lagian, di area itu aja pemandangannya udah indah banget, kok. Setelah puas foto-foto dan terlihat mulai kosong, kami pun turun. Memang sengaja turun agak siang untuk menghindari macet.

Ternyataaaaa ... Setelah beberapa menit berjalan, masih juga ketemu macet. Mending nunggu lagi, lah daripada ikutan macet. Itupun setelah lumayan lama kami menunggu, masih juga macet. Akhirnya, kami memutuskan untuk turun. Gak tau deh jam berapa itu macetnya terurai.

 
Masih maceeettt ... Di depan itu jalurnya menyempit, mana pinggirnya jurang. Jadi mending duduk manis aja dulu nunggu macet terurai 

 Di tengah kemacetan dihibur dengan musik. Silakan yang mau nyawer :)

Sarapan di Desa Sembungan
Desa Sembungan berada di ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian ini membuat desa Sembungan menjadi desa tertinggi di pulau Jawa
Golden Sunrise di Sikunir 
Pemandangan di telaga cebongan. Banyak tanaman kentang dan carica di sekelilingnya

Luas desa Sembungan hanya sekitar 37 ha. Mata pencaharian penduduknya adalah petani. Sepanjang mata memandang banyak terdapat tanaman kentang dan carica yang memang menjadi komoditi utama. Di desa ini juga ada telaga yang dikenal dengan nama telaga cebongan. Disebut begitu karena kalau dilihat dari atas bentuk telaganya seperti kecebong.
Gak dapat homestay? Camping aja di pinggir telaga cebongan
Golden Sunrise di Sikunir 
Sarapan mewah. Bukan karena makanannya tapi viewnya yang gak setiap saat saya dapatkan

Yup! Di pinggir telaga cebongan itu ada camp area. Makanya kami sebetulnya gak begitu khawatir kalau sampe gak dapat penginapan. Kan, udah bawa tenda jadi tinggal camping lagi aja. Kalau areanya penuh juga, berarti tidur di mobil. Tapiiiii ... kalau bisa memang dapat penginapan. Biar bisa mandi hehehe ... Di camp area juga ada MCK, sih. Cuma kan paling enak memang kamar mandi dalam. Bisa bebas berlama-lama mandi sampe puas.

Kami kesana pada awal Mei 2016. Ngobrol dengan penduduk sekitar dan pengunjung, katanya waktu yang paling bagus itu sebetulnya bulan Juli - Agustus. Saat musim kemarau dan suhu lagi dingin-dinginnya. Bisa dibawah 0 derajat. Di puncak suhu terdingin, tanaman terlihat membeku. Dan, itu katanya cantik banget karena terlihat putih seperti es. Asal kuat aja menghadapi dinginnya. Hmmm .... tapi sekarang Juli - Agustus aja masih hujan terus, ya? Kira-kira di sana masih dingin banget gak, ya?

 
Menunya sederhana, harganya murah banget. Lebih puas makan sarapan ini dibanding yang nasi goreng hehehe. Paling yang kurang adalah rasa pedas. Karena semua lauknya agak kemanisan bagi lidah saya

Kami menyempatkan diri untuk sarapan di salah satu warung sederhana dekat telaga. Warung yang benar-benar sederhana. Harga per porsinya pun murah. Seingat saya gak lebih dari 20 ribu rupiah. Tapi viewnya cakep banget. Terlihat perkebunan dan sawah. Jarang-jarang kan lihat yang kayak gitu.

Setelah kami kembali ke penginapan, langsung packing dan bebersih diri. Borong carica dulu yang ternyata kurang banget karena pada suka. Padahal perasaan udah beli banyak hehehe. Kebetulan homestay tempat kami menginap juga buka toko oleh-oleh. Jadi, untuk kami yang tipe malas mampir beli oleh-oleh, ini sangat memudahkan.

Beli beberapa oleh-oleh lain juga, termasuk beli mie ongklok, mie rebus khas Wonosobo. Gak sempat makan langsung di sana. Jadi, kami beli yang dalam bentuk kemasan. Setelah dicobain di rumah, kami kurang suka rasanya yang terlalu manis. Termasuk untuk selera suami saya yang lebih rasa manis dibandingkan saya. Kayaknya kalau makan mie ongklok lagi harus dikasih sambal yang banyak :)

 Inilah pohon carica
Carica, ada juga yang menyebutnya pepaya gunung. Penampakan carica dari mulai daun, batang, hingga buah memang mirip pepaya. Disebut pepaya gunung mungkin karena tidak bisa tumbuh di sembarang tempat. Baru terlihat berbeda ketika carica dikupas, biji di dalamnya lebih mirip seperti markisa. Carica juga gak bisa dikonsumsi langsung seperti buah pepaya. Harus diolah terlebih dahulu karena kalau tidak bisa menyebabkan bibir dan lidah menjadi gatal.
Sekitar pukul 11 siang, kami meninggalkan desa Sembungan. Perjalanan menuju rumah lumayan lancar. Sempat makan siang (yang kesorean), kalau gak salah di daerah Pemalang. Trus beli telor asin dulu di Brebes. Sayangnya lagi gak musim bawang merah. Cuma ada 1 toko yang jual bawang merah dan harganya lumayan tinggi. Sama aja kayak beli di pasar dekat rumah. Lanjut makan malam lagi di jalan tol. Baru deh sampe rumah dan langsung tidur nyenyak :D

Alhamdulillah, badan gak terlalu pegal-pegal keesokan harinya. Cuma males aja ngelihat pakaian kotor yang menumpuk hehehe

Makan siang yang kesorean di daerah Pemalang ini gak recommended. Cumi goreng tepung yang dingin dan masih berasa banget tepungnya. Sop buntut yang biasa banget. Ikan gurame bakar yang teralu kuat rasa jahenya. Ya, setidaknya perut kami terisi biar gak masuk angin karena telat makan.

Makan malam dulu di salah satu rest area. Nah, ini baru puas. Enaaaakk :)
Share:

Seminar Digital GRATIS 100%

Paket TOUR Pilihan

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 JELAJAH 3 PULAU SERIBU (ONE DAY) *AV-D Mulai dai IDR 100.000

Berlaku: 21 Nov 2018 – 31 Mei 2019 BROMO ONE DAY TRIP *CT-D Mulai dari IDR 300.000

Berlaku: 04 Mei 2019 – 05 Mei 2019 PULAU TIDUNG 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 350.000

Berlaku: 06 Apr 2019 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 360.000

Berlaku: 27 Mar 2019 – 31 Mei 2019 PULAU HARAPAN 2D1N (OPEN TRIP) *AVD Mulai dari IDR 370.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU AYER ODT *AV.D Mulai dari IDR 399.000

Berlaku: 01 Agu 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 29 Apr 2019 – 03 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND *TX Mulai dari IDR 8.900.000

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM HAINAN ISLAND HARI SABTU STARTING JAKARTA JUN *TX Mulai dari IDR 4.650.000

Berlaku: 05 Mei 2019 – 08 Mei 2019 4 HARI 3 MALAM BANGKOK PATTAYA *TX Mulai dari IDR 5.500.000

Berlaku: 14 Mei 2019 – 18 Mei 2019 5D THAILAND MALAYSIA SINGAPORE *TX Mulai dari IDR 5.800.000

Berlaku: 01 Nov 2019 – 04 Nov 2019 MOTOGP GRAND PRIX OF MALAYSIA SEPANG INTL CIRCUIT 4D3N *TX Mulai dari IDR 5.900.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 12 Mei 2019 – 16 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND Mulai dari IDR 9.000.000

Jadi Agen Sekarang Gratis!

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support