Delapan jam perjalanan dari Bandung ke Sukabumi terasa begitu lama pada empat jam pertamanya. Setelah menyantap seporsi nasi, soto ayam, dan pepes jamur di kota Sukabumi (Restoran Bunut), sisa perjalanan dilalui dengan perasaan yang lebih enteng. Lapar rupanya. Hehehe :D
Ciletuh merupakan tujuan wisata yang saya datangi pada 20-22 November 2015. Bersama dengan PT. Bio Farma, pihak yang mengajak saya dan 11 orang lainnya ke Ciletuh kabupaten Sukabumi ini, kami siap menjelajahi kawasan yang sedang disiapkan menjadi Geopark nasional tersebut.
Bio Farma melalui CSR-nya membina PAPSI (Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi). Targetnya tahun 2017 kawasan Ciletuh menjadi kawasan Geopark yang diakui UNESCO. Potensi kawasan Ciletuh sangat bagus bukan hanya untuk ilmu pengetahuan tapi juga wisata alam.
Bio Farma melalui CSR-nya membina PAPSI (Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi). Targetnya tahun 2017 kawasan Ciletuh menjadi kawasan Geopark yang diakui UNESCO. Potensi kawasan Ciletuh sangat bagus bukan hanya untuk ilmu pengetahuan tapi juga wisata alam.
Jumat 20 November pukul 10 malam, kami sampai di Ciletuh dan langsung bertemu dengan beberapa teman yang akan menjadi pendamping perjalanan kami di Ciletuh, teman-teman dari PAPSI. Udara malam itu di Ciletuh terasa sangat sejuk. Mungkin karena habis hujan. Saya membayangkan cuacanya jauh lebih panas, seperti di Cirebon lah, ternyata jauh lebih segar tuh. Efek terkurung delapan jam di dalam mobil kali ya :D
Kami menginap di homestay, penginapan rumah penduduk. Peserta perempuan tidur di rumah Ibu Marsonah. Peserta laki-laki entah di rumah siapa. Malam itu sulit tidur, mungkin karena jatahnya sudah habis karena hampir empat jam perjalanan menuju Ciletuh dari Kota Sukabumi saya tertidur pulas.
Homestay yang saya inapi adalah rumah yang bersih dan resik. Menunjukkan karakter pemiliknya yang apik. Ekspektasi kedua yang gak saya perkirakaan sebelumnya: rumah yang nyaman dan kamar mandi yang bersih. Terbaca klise tapi emang benar adanya : rasanya seperti menginap di rumah sendiri.
Di Pantai Mandrajaya
Di Pantai Mandrajaya
Sabtu 21 November 2015. Pagi-pagi nongkrong di bagian belakang rumah Ibu Marsonah sambil menyantap makan pagi. Aduhai senangnya tinggal di Ciletuh. Duduk melamun melihat pekarangan yang masih banyak pohonnya. Kalau saya harus tinggal di Ciletuh, saya pilih ngontrak di rumah Ibu Marsonah saja. Hehehe :D
Hari sabtu ini jadwalnya melihat Batu Batik/Batu Naga di Pantai Cikepek. Kami terbagi dalam dua kloter. Satu tim diboyong dengan mobil Avanza modifikasi. Satu tim lainnya diangkut mobil Land Rover. Saya pilih Avanza karena ada 1,5 jam perjalanan dari markas PAPSI menuju pantai terdekat, belum mau badan saya masuk angin hahaha :D
Kemarau masih menancapkan taringnya kuat-kuat di Ciletuh. Pepohonan masih banyak yang kering. Areal pesawahan kondisinya kerontang seperti lahan yang diabaikan berbulan-bulan lamanya. Pemandangan tanah coklat dan gersang mulai membosankan.
Tapi di beberapa titik pepohonan sudah mulai menghijau. Daun-daunnya sehat. Ada Cebreng, Jabon, Jati, Kelapa Sadap, juga Kelapa Sawit. Pohon Mangga lebih banyak lagi malah dijagokan jadi salah satu komoditi utama Ciletuh. Sayang kalau masa panen, harga mangga perkilogram jadi murah banget. Petani/pemilik (pohon mangga) yang rugi sih. Ibu Marsonah cerita harganya bisa sampai Rp 2.000 perkilogram kalau sedang panen. Ya ampun kemurahan itu mah!
Anyway, mobil terus melaju, kadang ngebut kadang perlahan. Disesuaikan jalannya karena ada yang kondisi jalannya beraspal mulus, ada juga jalanan tanah berlubang. Ada tanjakan dan ada jalan yang menurun meski tidak curam.
Anyway, mobil terus melaju, kadang ngebut kadang perlahan. Disesuaikan jalannya karena ada yang kondisi jalannya beraspal mulus, ada juga jalanan tanah berlubang. Ada tanjakan dan ada jalan yang menurun meski tidak curam.
Sampai di Pantai Mandrajaya. Sinar matahari seperti sudah tepat di atas kepala. Padahal waktu masih menunjukkan jam setengah sebelas siang. Perut saya mulai lapar lagi. Tapi pemandangan pantai berpasir putih dan sepi orang ini lebih menggiurkan daripada acuh pada perut yang keroncongan. Kami semua terpesona pemandangan pantai Mandrajaya dan mulai sibuk merekamnya dengan semua gawai yang berlensa.
Foto : Ulu
Teks : Ulu
*****
Baca juga :
Trip to Ciletuh 2 : Meloncat di Batu Naga
Trip to Ciletuh 3 : Matahari Terbenam di Puncak Darma
Trip to Ciletuh 4 : Memanjat Pohon di Curuh Tengah
Cara Menuju Ciletuh
Teks : Ulu
*****
Baca juga :
Trip to Ciletuh 2 : Meloncat di Batu Naga
Trip to Ciletuh 3 : Matahari Terbenam di Puncak Darma
Trip to Ciletuh 4 : Memanjat Pohon di Curuh Tengah
Cara Menuju Ciletuh