Semua Gara-Gara Pencopet

 

Semua gara-gara pencopet jadi punya hape baru :D

Saya dan Kamera

Kalau dibilang kamera adalah nyawa kedua bagi saya, mungkin ada benarnya. Dari zaman sebelum ada kamera ponsel, masih pakai pocket kamera yang menggunakan roll film, nyaris gak pernah ketinggalan benda yang satu ini. Makanya dulu saya selalu menyediakan roll film dan jumlah klise foto saya banyaaaakk ... hehehe. Ketika resepsi pernikahan kami pun ada 1 layar lebar yang akan memutar slide show berbagai foto saya dan suami sejak bayi hingga menikah.

Saya memang senang foto-foto. Baik itu difoto atau fotoin objek. Gak pernah belajar photography secara serius karena merasa hanya sekadar hobi. Dan, gak pernah sekalipun kepikiran di masa yang akan datang akan ada berbagai social media yang akan semakin membuat hobi foto-foto saya semakin menggila eh meningkat :D

Semua Gara-Gara Pencopet

Kamera ponsel, yay or nay? Nah, ini sempat jadi perbedaan pendapat selama bertahun-tahun antara saya dan suami. Ketika handphone mulai berkamera, saya menyambut gembira. Saya pengennya praktis. Kalau udah punya kamera ponsel keren kan gak usah bawa kamera lagi. Tinggal bawa ponsel, asik jeprat-jepret, deh. Malah kalau pake hape bisa langsung upload ke berbagai social media. Asik, kan?

Tetapi suami tidak. Menurutnya, kamera dan ponsel harusnya tetap menjadi sesuatu yang terpisah. Gak apa-apa, ada kamera di ponsel tapi gak perlu yang canggih, lah. Kalau mau kamera canggih mending beli digital camera bukan beli hape keren.

Berhubung yang selalu beliin ponsel kan suami, jadi saya pasrah aja dibeliin ponsel dengan kamera seadanya. Punya kamera belakang 5 mp aja buat suami itu udah paling bagus *hufff cuma bisa pasrah hehehe*.
.

Dari berbagai hasil foto dengan kamera ponsel, saya pilih foto yang di atas. Alasannya, foto tersebut termasuk salah satu dari beberapa foto terakhir sebelum ponsel saya hilang karena dicopet. Untung otomatis disimpan di cloud jadi foto-fotonya gak ikutan hilang.

Foto itu pakai kamera ponsel yang biasa aja. Jadi terlihat lumayan bagus karena pencahayaan matahari yang terang benderang. Kalau di dalam ruangan mah hasilnya buram hehehe. Apalagi kalau udah malam.

Foto itu juga jadi berkesan karena setiap melihatnya inget terus sama kejadian pencopetan hehehe. Gak cuma itu, sih. Setelahnya, saya punya ponsel baru yang rada lumayan dibanding ponsel yang hilang.

Kok bisa?

Iya, karena saya beli pakai uang tabungan sendiri. Jadi suami gak bisa protes, dong hehehe. Yang berkesan lainnya adalah perbedaan pendapat tentang kamera ponsel pun berakhir. Sepertinya, suami mulai setuju sama kamera ponsel yang keren hehehe *sssttt ponsel dia juga sekarang kameranya udah lebih bagus dibanding yang lama, lho :D

Pokoknya saya jadi suka senyum-senyum kalau lihat foto itu. Udah gak ada sedih-sedihnya kalau inget kejadian dicopet. Malah gara-gara kejadian pencopetan, perbedaan pendapat tentang kamera ponsel pun berakhir. :D

Walaupun udah punya ponsel yang kameranya rada mendingan, tetep aja kalau ada ponsel yang menawarkan kamera lebih canggih suka mupeng. Makin keren, makin pengen punya hapenya. Salah satu yang bikin mupeng itu Zenfone 2 Laser ZE550KL. Udah sering denger aja rekomendasi sana-sini kalau salah satu kelebihan ASUS adalah kameranya. Apalagi setelah melihat spec dan keunggulan kameranya di video ini. Saya mau ... mau ... mauuuuuu ...

Giveaway Aku dan Kamera Ponsel by uniekkaswarganti.com

Read More

Hikmah Dari Sebuah Masjid di Kalibening

 

Hikmah dari sebuah masjid di Kalibening

Dalam perjalanan menuju gunung Prau, kami berhenti untuk menunaikan sholat dzuhur di sebuah masjid di daerah Kalibening, Jawa Tengah. Masjidnya cukup besar tetapi sederhana. Hujan yang turun cukup deras membuat saya ingin merebahkan diri sejenak di masjid yang bersih ini. Apalagi udaranya terasa sejuk. Serta suara aliran sungai deras yang ada di dekat masjid menambah rasa ingin beristirahat.

Saya langsung terpikat dengan kebersihan masjid  ini. Tidak kusam dan tidak ada satupun sampah terlihat. Sayangnya kebersihan masjid berbanding terbalik dengan kondisi tempat wudhu dan toilet yang ada di samping. Tidak ada setetespun air mengalir. Bahkan toiletnya bau pesing. Ugh! Kami mencoba mencari penjaga masjid, tapi tidak ada satupun orang di sana selain kami dan satu keluarga lain yang juga kebingungan dengan air.

Coba berpikir positif aja, lah. Mungkin saat itu penjaganya sedang mencari air. Dan mungkin hanya saat itu saja tempat wudhu dan toiletnya tidak terawat. Mudah-mudahan begitu. Sayang sekali kalau hanya terlihat bersih bagian masjidnya saja.

Coba ambil hikmahnya juga. Sebagai manusia, seringkali kita lebih memperhatikan bagian luar. Adalah wajar kalau manusia bisa terpikat pada pandangan pertama. Tapi begitu tau dalamnya, hmm ... mungkin bisa berbeda lagi penilaiannya.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis : 1001 Kisah Masjid” 

 

Word count: 188

Read More

2 Alasan Kenapa Menyukai Permainan Tradisional Lompat Karet.

 

2 alasan kenapa saya menyukai permainan tradisional lompat karet. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai, suka permainan tradisional apa?

sumber

Lompat karet, engklek, galasin, ular naga, petak umpet, dan masih banyak lagi. Semua permainan tradisional itu mewarnai masa kecil saya. Setiap hari bermain permainan tradisional. Terutama di sekolah.

Masa SD adalah masa dimana saya paling puas bermain permainan tradisional. SD saya tidak terlalu besar tapi jadi kebersamaannya sangat terasa. Misalnya, ketika sedang bermain ular naga. Awalnya, cuma diikuti oleh 6-8 anak. Lalu satu per satu ada anak lain yang ingin bergabung. Lama-lama jadi semakin panjang naganya. Udah gitu, gak ada yang namanya nge-genk kalau udah main permainan tradisional, 1 angkatan bisa bermain semua berbarengan. Bahkan kakak atau adik kelas juga suka ada yang ikut.

Semua permainan tradisional itu sangat berkesan buat saya. Tapi, kalau disuruh memilih, saya akan memilih lompat karet saja sebagai permainan terfavorit. Lompat karet sendiri ada 2. Pertama, yang seperti gambar diatas. Karet diputar oleh 2 orang anak. Kedua, tali direnggangkan, pemain diminta melompat dengan ketinggian tertentu, Favorit saya adalah lompat tali yang pertama.

Jago Main Lompat Karet

Menurut saya, permainan ini paling mudah karena tinggal loncat aja. Meloncat-loncat seperti kelinci. Meloncat mengikuti ritme putaran. Senangnya, saya jarang kalah hehehe. Kalau main lompat karet yang satunya, saya sering kali kalah. Apalagi kalau karetnya udah diketinggian tertentu. Sering ngiri sama teman yang jago koprol. Setiap kali diketinggian tertentu, dia pasti koprol. Dan, saya pasti menyerah hehehe.

Makin Tebal Makin Mantap

 

Nai asik merangkai karet buat main lompat karet di sekolah. Sebetulnya kurang tebal jalinannya. Tapi setidaknya berhasil bikin dia anteng untuk beberapa saat :D

Untuk main karet tentunya harus ada alat bantu, yaitu karet gelang. Itu, lho, karet yang suka dipakai buat bungkus gado-gado atau belanja di pasar :D Saya paling senang menganyam karet gelang ini. Dan semakin tebal itu semakin mantap buat dimainin. Sama satu lagi, berasa keren aja kalau punya karet yang tebal. Mungkin kalau zaman sekarang ibaratnya punya gadget tercanggih *oke, agak lebay memang perumpamannya :p* Tapi saat itu yang suka bawa karet buat main lompat karet juga gak banyak. Jadi tetep aja saya berasa keren hahaha *langsung ditimpuk massa*

--------------------

Itu adalah 2 alasan kenapa saya suka permainan lompat karet. Walaupun permainan tradisional (katanya) sudah mulai langka di zaman sekarang. Tapi, anak-anak saya masih mengenalnya, tuh. Saya berusaha mengenalkan kepada mereka beberapa permainan tradisional. Tidak hanya mengenalkan dalam bentuk cerita kalau bundanya waktu kebil main ini dan itu. Tapi, benar-benar memperkenalkan mereka dengan cara bermain. Salah satunya permainan karet ini.

Untuk permainan karet, Nai pernah minta dibuatkan. Guru di sekolahnya mengizinkan murid-murid membawa mainan asalkan permainan tradisional. Tentu aja saya senang membuatkannya. Bahkan mengajak dia ke pasar buat beli seplastik besar karet gelang.

Tapi, kalau sekarang saya diajak main lompat karet, rasanya menyerah. Badan udah berat untuk loncat-loncatan, uy! Kalau sekarang, mending main petak umpet aja, ya :D

 

Gara-gara pernah menulis di blog tentang pengalaman kegiatan permainan tradisional di sekolah Keke dan Nai, jadi aja ada tabloid yang membaca dan ingin melakukan wawancara. Beberapa tahun kemudian ada project non profit yang peduli terhadap permainan tradisional, megundang ke acara peluncuran buku ensiklopedia permainan tradisional. 

Permainan tradisional gak akan pernah punah kalau kita masih ada yang peduli. Saya peduli, kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai bagaimana? :)

 "Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Permainan Masa Kecil yang diselenggarakan oleh Mama Calvin dan Bunda Salfa"

Read More

Giveaway #2: Black Tea from Gambung - Ciwidey

Dari perjalanan saya di Gambung, saya membeli oleh-oleh berupa teh hitam curah. Curah itu maksudnya teh yang harus diseduh, teh yang tidak mengalami proses penghalusan. Teh ini nikmat lho diminum tanpa gula atau setelah dicampur dengan gula. 

Dalam bepergian, saya usahakan selalu menyisihkan dana untuk membeli barang produksi setempat. Bukan benda yang mahal lalu saya bagi-bagikan untuk keluarga. Seringnya untuk konsumsi pribadi di rumah. Saya tidak pernah menawar saat berbelanja oleh-oleh. Berkunjung ke Gambung, saya melakukan hal yang sama. Saya membeli beberapa pak teh curah dan celup produksi Perkebunan Gambung. 

Teh dari Gambung ini yang akan saya bagi untuk teman-teman. 

Saya menyiapkan 2 pak teh curah Black Tea, untuk 2 pemenang. Kuisnya tidak berlangsung di blog ini kok, melainkan di Instagram saya @bandungdiary. Silakan follow akun saya dan berikan komen pada foto yang memajang Black Tea Teh Gambung, dengan menyebutkan 3 kata yang mengingatkanmu tentang Bandung. 

Periode giveaway ini 22 - 25 Januari 2016. Pemenangnya akan saya umumkan pada keesokan harinya, 26 Januari 2016. 

Read More