start Jalan Jalan Ah: Photography

Tips Jalan Jalan Kamu ada Disini

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Bulan Promo GRATIS

Menjadi Agen Travel - WA.+6285240788670

Tampilkan postingan dengan label Photography. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Photography. Tampilkan semua postingan

Belajar Motret Makanan di Dapur Hangus Playdate

Ini pertama kalinya saya mengikuti workshop fotografi. Yeah saya gak pernah daftar ke kelas fotografi mana pun. Dan setelah saya belajar motret di Dapur Hangus Playdate, selanjutnya saya mau deh ikut workshop fotografi lainnya. Senang belajarnya. Ke mana aja saya teh. Hahaha :D





Dapur Hangus Playdate adalah acara yang diselenggarakan oleh Dapur Hangus. Pernah ada yang dengar atau baca Dapur Hangus? Ah cek Instagramnya saja. Foto-foto makanan di akun tersebut cantik, tajam, dan bagus banget!

Saya kenal orang di belakang merek Dapur Hangus sejak tahun 2012. Ika Rahma namanya. Mantan wartawan lulusan jurnalistik UNPAD ini memulai Dapur Hangus dari blognya. Saya termasuk pembaca setianya. Tulisannya lucu-lucu, kocak gitu. Dan waktu itu Ika udah mulai motret makanan.

Di Dapur Hangus, Ika menjual properti food photography. Gak cuma untuk properti aja sih, kalau barangnya mau dipake untuk kebutuhan sehari-hari pun bisa. Awalnya hanya menjual produk dapur dan meja makan, Ika juga menyediakan jasa food photography. 

Ika gak main-main dengan food photography. Dia nyicil kamera DSLR dan belajar motret makanan. Belajarnya non stop, sampai sekarang. 

Anyway Dapur Hangus Playdate adalah sesi workshop fotografi sekaligus foto produk dan endorse di Instagram. Playdate ini diadakan di rumah Ika.

Yeah saya punya produk. Iya betul Fish Express :D Ada 32ribu followers Dapur Hangus, sayang banget kalau acara begini saya lewatin gitu aja.

Dalam workshop yang hanya untuk 6 orang ini, suasananya kasual banget. Dan iya saya bersyukur banget karena pesertanya dibatasi kurang dari 8 orang. Orang yang hadir empat saja jumlahnya. Saya jadi bebas mau nanya apa aja kepada Ika. Hehehe.

Sebenarnya saya udah tahu sih sesi motret bakal kayak bagaimana. Tapi sejujurnya apa yang saya ketahui sama sekali gak menyamai kejadian aslinya. Food photography yang saya lihat di studionya Ika terlihat sangat pro. Sederhana  sih studionya tapi dari situ saya tahu keseriusan Ika terhadap food photography. Dan tiba-tiba saya jadi malu dengan skill motret saya yang jauuuuuhhhhh dengan kemampuan motonya Ika.

Di studionya Ika, lampu softbox ada 4 : 2 lampu kuning dan 2 lampu putih. Reflektor ada 2. Belum cermin yang fungsinya reflektor juga. Ada juga alas foto yang terbuat dari kayu, bukan kertas. Berat pula itu alas fotonya. Sebagai tambahan, lampu meja juga tersedia.

Dengan peralatan seserius itu, saya menerka-nerka bakal kayak apa fotonya nanti. DAN TERNYATA FOTONYA JADI BAGUS-BAGUS BANGEEEETTTTT! 





Anyway, saya kenalin dulu dengan peserta di Dapur Hangus Playdate (20/112016) ya :
Tia punya produk kukis cokelat, namanya Rocky Bars.
Ari yang produknya bakso dan cilok.
Mail dengan produk katering diet mayo dan es mambo.
Peserta terakhir saya, yang bawa filet ikan lele. Yesss Bandung Diary ini project sampingan doang. Aslinya mah saya dan Indra mendapat pendapatan utama di bidang perikanan :D

Setiap sesi pemotretan, saya ngintilin Ika. Saya motret di titik Ika berdiri untuk moto. Produk orang lain juga saya ikut memotretnya. Ya pokoknya jiplak angle foto ika 100% hahaha. Gak cuma saya, peserta yang lain juga sama. Cuma saya yang motret pake DSLR. Tia, Ari, dan Mail motret menggunakan smartphone. Sesekali Ika juga motret pake smartphonenya.

Di workshop ini saya sering ambil angle yang berbeda dengan yang Ika jepret. Hasil foto-foto saya dengan Ika beda jauh banget hahaha. Saya mah buram dan gak jelas mau memperlihatkan apa. Kalau Ika fokus banget. Saya mah masih bermain-main dengan angle makanannya. Kalau Ika mah enggak, dia motretnya kalem banget, secukupnya saja tapi komposisinya matang banget. 

First thing first yang saya pelajari di workshop ini adalah: LIGHTING. Mengetahui arah datangnya cahaya adalah penting banget! Biar apa? Agar cahayanya kena ke makanan yang mau kita foto dan makanannya jadi glowing. Kalau udah tahu arah cahaya, kita juga jadi tahu mesti motret dari mana, jadi pas kita berdiri kita gak nutupin cahaya.

Hal berikutnya adalah PROPERTI. Ika ini terkenal dengan gaya motretnya yang cantik dan penuh detail. Perintilan propertinya banyak tapi gak norak. Sebaliknya malah lucu banget. Fotonya tuh kayak cewek yang stylish abis, colorful tapi elegan. Kayak siapa ya, Eva Celia lah sosok paling tepat menggambarkan kecantikan foto makanan jepretan Ika versi manusia. 

FYI, kata Ika kalau mau naro makanan di wadah, cari yang bentuknya berlawanan dengan bentuk makanannya. Misal nih makanannya bulet, wadahnya persegi aja agar dalam foto nanti volume makanannya menonjol.

Hal seremeh melipat kain elap untuk properti aja saya baru belajar di workshop ini. Coba, untel-untel kain elap doang apa susahnya kan. Ternyata susah hahaha. Saya sampai mikir kalau ketekunan Ika lah yang membuatnya terampil menguntel-untel kain buat jadi properti. Konsistensi dia yang membuatnya lincah menata manekin dan teko di antara cookiesnya Tia. Sementara saya masih berdiri dan berpikir mesti naro piring di mana, Ika sudah membayangkan secara visual di kepalanya itu piring bakal ada di posisi seperti apa.

Terakhir: KOMPOSISI. Ah euy ini susah banget. Saya biasanya motret benda mati, landscape, moto muka orang, itu komposisinya aja sudah sulit. Makanan apalagi susah banget, apalagi Ika doyan naro properti yang perintilan gitu. Kata Ika sih properti foto itu masalah gaya aja. Ada food photographer yang gayanya super simple, bersih dari properti yang kecil-kecil. Tapi ada juga yang penuh perhatian terhadap detail kayak Ika.

Secara garis besar buat pemula mah ilmu komposisi Rule of Third udah cukup sih.






Saya menyukai warna-warna pilihan properti Ika. Saya juga cinta banget dengan mood foto jepretan Ika. Warnanya tajam, dan tegas. Dan gak norak. Saturasinya gak berlebihan, gak bikin mata ‘sakit’. Sambil menata properti dan makanannya, Ika cerita tentang belajar menyetel selera. Selera ini maksudnya menyatukan warna di satu frame. Kerjaan Ika dulu sering lihat foto-foto di Pinterest. Tapi kayaknya bukan cuma Pinterest yang menajamkan selera warna Ika deh. Jam terbang juga ngaruh.

FYI walau sudah terkenal dengan Dapur Hangus, Ika masih suka daftar workshop food photography. Saya gak nyangka :D “ya kalau saya gak ikut workshop nanti yang saya omongin di workshop yang saya  buat ya itu-itu aja,” kata Ika.

Di workshop food photography, Ika cerita dia gak cuma nyari ilmu fotografi. Ibu satu anak ini juga ngaku kalau properti-properti terbaru yang dia dapat, dia tahunya dari workshop yang dia ikuti.

Kalau kamu nanti ikutan workshop Dapur Hangus ini, perhatiin deh kedetailan Ika pada makanan yang ia foto. Setelah menata makanan, biasanya dia mengulas makanan biar kelihatan lebih glowing dengan kuas dan semprotan air. Atau pas dia mau motret produknya Mail, kentangnya dia bakar biar kelihatan lebih hangus dan menggugah selera. Terus waktu motret produk bakso, kuahnya kurang banyak, Ika ambil teko khusus untuk menuang air ke mangkok yang sudah tertata rapi. Nah ilmu kayak gitu dia dapat dari workshop food photography.

Hari itu saya senang banget ikutan Dapur Hangus Playdate. Mana produk saya difoto pula oleh Ika. Di zaman semua orang bisa jadi apa saja, termasuk fotografer, menjadi konsisten dan persisten adalah barang yang langka. Workshop bersama Dapur Hangus, saya melihat keduanya di diri orang yang telah membangun Dapur Hangus selama empat tahun ini.

Empat tahun memberi hidup untuk Dapur Hangus dan di akhir tahun 2016 ini Ika akan menerbitkan sebuah buku food photography. Wow.

Usai dari Dapur Hangus Playdate, di jalan pulang saya mikir ulang. Saya kira saya belajar motret makanan ala foto katalog dari Ika, ternyata lebih dari itu ilmunya. Senang rasanya bisa kenal dan belajar dari orang-orang kayak Ika yang fokus, konsisten, dan persisten. 

Kalau Ika membuka pendaftaran untuk Dapur Hangus Playdate lagi, ikutan ya. Highly recommended. Cek jadwalnya di akun Instagram Dapur Hangus. FYI yang terdekat tanggal 10 Desember nanti ada workshop food photography Dapur Hangus. 































Teks : Ulu
Foto : Ulu
Share:

#photographytalk with The Food Xplorer: 5 Things I Learned From Photography

Hellow semuanya! Saya Agung dan saya adalah Food Blogger. Profesi saya sekarang adalah food photographer. Blog saya http://thefoodxplorer.com.

Gak kerasa sudah dua tahun  saya ‘nyemplung’ ke dunia fotografi. Saya mengawali dunia ini dari hobi makan dan suka nulis review kuliner. Lama-lama jadi penasaran ingin motret juga. Sampai akhirnya saat ini saya benar-benar jatuh hati dengan fotografi.




Saya belajar fotografi dari dasar banget sampai sekarang saya bisa masuk ke industri fotografi profesional. Dunia ini isinya orang-orang hebat yang membuat saya selalu ingin mencoba banyak hal-hal baru.

Saya mau berbagi lima hal yang saya pelajari selama ini dari fotografi.

1. Photography = Poison!

Fotografi adalah racun! What, Apa maksudnya?

Coba deh masuk ke forum-forum komunitas fotografi atau baca review mengenai gears photography terkini. Bagi beberapa penikmat fotografi, hobi yang satu ini termasuk racun. Racun dalam artian hasrat atau keinginan untuk mencoba dan memiliki aneka kamera, lensa ataupun aksesoris terbaru dengan harapan akan meningkatkan kualitas portfolio kita ke level yang lebih yahud. Sumber informasi kamera-kamera itu bisa didapat dari website, blog, majalah, youtube atau hasil ‘cuci mata’ di toko-toko kamera. Dan saling meracuni antar fotografer itu udah hal yang biasa. Hehe ☺

Tapi kamera kan bukan barang murah.

Well, hobi fotografi saat ini udah bukan merupakan hobi yang mahal seperti beberapa tahun yang lalu. Sekarang saja kualitas kamera smartphone sudah banyak yang bagus. Saat ini pilihan kamera sangat banyak, mulai dari kamera di smartphone, action camera macem go pro, pocket, prosumer, DSLR, sampai kamera mirrorless yang sekarang jadi udah jadi lifestyle.

Satu hal yang perlu dicatat adalah semakin canggih gears kamu belum tentu semakin bagus hasil foto kamu. Ingin foto kamu bagus? Pengalaman saya membuktikan ada yang lebih penting dari kamera. Yaitu belajar dasar-dasar fotografi, rajin motret, banyak bertanya, cari mentor, ikut seminar dan workshop fotografi, gabung ke komunitas, tonton tutorial di youtube, dan masih banyak hal lainnya yang pastinya bakal mengupgrade kemampuan fotografi kita.




Kayak misalnya saja nih, kena racun foto-foto makro yang keren banget? Tapi lensa makro kan harganya mahal. Apalagi lesa makro kelas atas yang harganya di atas 10jutaan. Coba deh cari tips di internet tentang menyiasati lensa makro ini. Saya pernah memakai tools yang biayanya gak lebih dari 100ribu perak untuk sesi foto makro.

Contoh foto makro di atas itu saya jepret dengan bermodalkan extension ring manual yang harganya hanya sekitar 65ribu, dan ditandem dengan lensa nifty-fifty Canon 50mm 1.8II saya pasang di bodi kamera 700D. Hasilnya? Lumayan kan? ☺


2. Photography = Passion

Gak sedikit orang yang heran dan tidak mengerti kenapa saya meninggalkan dunia arsitektur dan desain interior. Well, saya bilang pada mereka fotografi adalah passion saya. Ada suatu gairah dan semangat dalam diri saya saat menyentuh yang hal-hal berbau fotografi. Gairah itu yang saya rasakan saat saya memegang body kamera, mencari komposisi melalui jendela bidik, mulai mematukkan tombol shutter, dan merasakan kepuasan saat melihat hasilnya.




Intinya saya suka dengan fotografi, entah itu saat hanya iseng jepret random, hunting kuliner, atau saat saya motret untuk commercial product, semuanya itu membuat saya excited. So buat kamu yang saat ini masuk ke dunia fotografi hanya sekadar ikut-ikutan tren, pernah bertanya gak apa ada gairah dalam diri kalian sewaktu menjalaninya?


3. Photography = You

Satu tahun pertama saya terjun ke dunia fotografi, cuma makanan yang jadi objek jepret saya. Di tahun kedua saya mulai berani untuk mencoba hal-hal baru, mulai dari mengerjakan project product photography sampai mulai coba-coba motret landscape, binatang, bunga, orang, atau apapun selain makanan. Sampai kemarin juga nyoba motret di wedding. 

Walau begitu tetap aja kalau ditanya orang "kerjaan lo apa sih sekarang, Gung?" saya tetap jawab dengan bangga :Food Photographer.

Saya gak bilang kita harus stuck di satu bidang aja, tapi coba deh cari kekuatan fotografi kamu tuh di mana. Apakah di moto benda mati, model, landscape, action/sport, street photography, atau apa?

Saat tahu gairah dan kekuatan kamu dalam fotografi, maka hal tersebut juga akan berkaitan dengan banyak hal lainnya. Salah satunya dan yang paling utama adalah menentukan kebutuhan gears alias kameranya.




Bagi saya lensa 100mm 2.8 L atau 50mm 1.4 adalah sahabat terbaik di dunia fotografi makanan. Koleksi lensa saya lainnya pun hanya lensa 50mm 1.8II dan sebuah lensa kit 18-55mm.

Photography = You, jadi kamu sendiri yang mengerti lensa apa yang paling kamu perlukan/butuhkan, bukan kamera yang kamu inginkan lho ya. Termasuk body kamera, dengan mengetahui kekuatan bidang fotografi kamu, kamu bisa menyeleksi karakter bodi kamera juga. Cocoknya dengan DSLR, mirrorless atau malah dengan smartphone.


 4. Photography = Art

Bagi saya fotografi adalah seni melukis cahaya. Bicara fotografi berarti membicarakan keindahan suatu objek yang ditangkap atau dibekukan ke dalam bentuk gambar (foto).

Cahaya memegang peranan penting dalam fotografi, ada berbagai macam teknik pencahayaan yang saya pelajari sampai saat ini. Lighting atau pencahayaan dalam fotografi sendiri terbagi tiga: Natural Light (matahari) , Ambiance Light - cahaya buatan yang ada dan menerangi di sekitar kita (lampu, lilin, obor,dll) , dan Artificial Light alias cahaya buatan (Flash/strobist, continous Lighting).




Mana cahaya yang paling bagus? Buat sebagian besar orang tentu menjawab natural light, tapi kalau buat saya sih tergantung. Yup, karena sekali lagi fotografi adalah seni, bagaimana kita ingin menyampaikan pesan melalui foto kita, apakah fotonya ingin cerah, terang, atau ingin dark/moody? Terus karakter dan tone seperti apa yang ingin kita tampilkan.

Dan satu hal yang pasti setiap fotografer mempunyai cita rasa yang berbeda ☺


5. Photography = Vision

Saya kira setiap fotografer bagusnya mempunyai visi yang jelas. Visi adalah apa yang kita lihat di depan dan yang menjaga kita dari pengaruh yang berada di sekitar kita.

Tanpa visi, foto-foto kita akan kehilangan makna dan hambar. Sejak awal saya memutuskan terjun ke dunia fotografi, saya langsung bertekad menjadi seorang food photographer / fotografer makanan. Walau sekarang ada beberapa job yang saya ambil gak ada hubungannya sama sekali dengan kuliner, tapi tetap hampir 80% portfolio saya semuanya di bidang kuliner.




Ada sebagian orang yang terjun ke industri fotografi hanya ikut-ikutan tanpa mempunyai bekal yang cukup. Tapi ada juga sebagian orang yang masuk ke dunia fotografi dengan modal yang sangat melimpah. Masalahnya, mau ikutan-ikutan atau modalnya besar sekalipun, semuanya itu percuma kalau kamu gak punya visi, dan tentu saja passion sebagai motor penggeraknya.

---- 

So, itu lima hal yang saya peroleh dari dunia fotografi. Saya sangat menikmati semua proses belajarnya. Fotografi buat saya bagaikan perjalanan. Sepanjang atau sejauh apapun perjalanan itu, saya akan menikmatinya ☺

FYI, follow ya Instagram @thefoodxplorer ☺ 






Ditulis oleh Putra Agung for Bandung Diary
Photo credit : Putra Agung



Share:

#photographytalk 3: Beauty In Ordinary

Saya belum update artikel kategori #photographytalk deh minggu kemarin. Saat ada suara-suara yang berkata kalau menulis adalah pekerjaan mudah, ternyata buat saya enggak. Menulis butuh mikir. Dan beberapa hari kemarin saya gak bisa mikir selain menyelesaikan deadline yang kayaknya gak habis-habis itu :D 

Well sekarang sedang nyantai dan #photographytalk kembali lagi! Saya mau bahas tentang motret kembang dan bunga. Namun saya gak bahas teknis motretnya ya. Saya mau kasihtahu kalau sekarang bunga dan kembang adalah objek favorit saya untuk difoto. Karena mereka lucu-lucu. Ada sih yang gak lucu juga :D 

Saya gak ingat sejak kapan jadi suka motret kembang dan bunga. Kalau lihat foto bunga jepretan orang sih suka banget. Rasanya adem, sejuk, dan ada kesan hening yang menenangkan. 

Terus saya pikir, gimana kalau mulai motretin bunga dan kembang, bukan cuma lihat saja di feed Instagram. Gimana tuh rasanya kalau saya motret mereka juga, apa rasanya bakal sama dengan memandang fotonya saja?

Ternyata lebih senang motonya hahahaha :D 

Kalau lihat fotonya saja, sejuk sih rasanya. Nah kalau motoin, efeknya lebih dramatis. Jauh lebih adem lagi. Sering sih pas mandang hasil fotonya di laptop kok malah buram. Ah euy... cuma gak nyesel-nyesel amat sih. Motretinnya juga sudah cukup :D 

Saya gak nyangka sih kalau motretin mereka bisa memberi gizi buat jiwa saya *lebay tapi begitulah adanya :D*

Well jadi kepikiran mau upload semua foto kembang dan bunga yang saya jepret dan menyatukannya di sebuah album berjudul Beauty In Ordinary. Kalau kamu lihat foto bunga dan kembang di Instagram saya, judulnya saya beri kalimat yang sama dengan album fotonya, Beauty In Ordinary. Yang cantik-cantik adanya pada mereka yang sederhana ya, ada pada keseharian kita. 

Foto-foto ini bukan saya semuanya yang jepret. Beberapanya adalah karya Indra, suami saya. Dari dia saya belajar motret bunga dan kembang. Juga dari lihat-lihat foto di Instagram sih hihi :D Berikut ini ada foto yang saya jepret dengan kamera ponsel. Juga ada yang menggunakan DSLR. Semua foto ini sudah diedit baik itu dengan aplikasi di hp maupun di laptop. Tone fotonya berantakan sih jadinya. Aheuheuheuheu PR besar Bandung Diary adalah membuat foto dengan tone yang sama, biar mata gak capek sih. Tapi...ah yasudahlah :D 

Apa kamu senang memotret bunga dan kembang juga? Ayo dong ceritain di sini gimana rasanya motret bunga dan kembang :D Sebutin akun Instagramnya nanti saya follow! 

Selamat menikmati kembang dan bunga-bunganya ya :)





















Teks : Nurul Ulu
Foto : Nurul Ulu, Indra Yudha
Share:

#photographytalk 2: Everything Is New, Everything Is Interesting

Helow. Mencoba konsisten dengan rubrik #photographytalk, dengan ini saya persembahkan tulisan kedua. 

Sekarang saya mau bahas tentang mantra kedua -setelah 'pegang kamera adalah kunci'- sewaktu saya belajar motret: Everything Is New, Everything Is Interesting. 

Indra yang ngasihtahu saya tentang kutipan tersebut, namun ia juga lupa ceunah siapa yang ngomong. Fotografer sih yang bilang kalimat tersebut, cuma lupa lagi namanya. So kalau ada yang membaca ini dan kamu ingat siapa fotografer yang menyebutkan kalimat sakti tersebut, feel free untuk memberitahu saya.

Jadi maksudnya gimana itu Everything Is New, Everything Is Interesting?

Tema yang saya dan Indra foto untuk Bandung Diary kebanyakan temanya travel. Bicara tentang travel, cakupannya luas. Ada kuliner, tempat wisata, budaya, dan orang-orang kami temui. Kebanyakan foto yang kami potret adalah foto bercerita. 

Bayangkan kamu sekarang sudah pegang kamera dan kamu mulai memotret. Mau foto apa yah? Random aja jepret yang kamu lihat atau bagaimana?

Satu hal yang saya pelajari selama memotret adalah apapun yang saya foto, saya melihat benda/orang itu sebagai objek yang menarik. Kalau menarik, saya foto. Jika saya tidak menganggapnya menarik ya buat apa difoto. Tapi saya belajar untuk gak resisten. Saya belajar untuk melihat semuanya menarik sih :D 

Contohnya saya kasih lihat yang foto-foto di Cibadak ya. Habis dari sana sih jadi kepikirannya Cibadak melulu hehehe. 

FYI, Cibadak ini kawasan belanja grosiran di Bandung. Dihuni oleh orang-orang keturunan tionghoa dan hampir semua jenis barang, kecuali konveksi, ada di Cibadak. Kalau terang hari kawasannya sibuk dengan akvitias jual beli barang grosir. Begitu malam tiba, sepanjang jalan Cibadak ini tempat makan semua. Ramainya tiada tara. 

Saya foto tukang roti bersepeda di Cibadak. 
Pernah juga moto bangunannya sewaktu mau pulang dari Cibadak tapi hujan turun. Jadi kami tertahan di sana, ngobrol sambil jajan gorengan sambil menatap jalan Cibadak yang lengang dari pejalan kaki. 
Suatu kali jajan di Cibadak dan foto kulinernya. 
Dan masih ada beberapa lainnya.

Semua foto ini saya jepret dengan kamera ponsel.







Satu tempat, banyak ceritanya. Satu objek, banyak sudut pandangnya. Tapi semua itu (cerita dan sudut pandang) akan terlihat kalau kita mengganggap mereka menarik. Satu hal yang saya rasakan sewaktu belajar motret adalah kepekaan saya terlatih. 

Saya ke Cibadak udah sering banget. Tapi saya gak merasa bosan. Mungkin gara-gara itu saya bisa memandang hal-hal yang biasa jadi terlihat menarik. Meski terbiasa dengan suasana Cibadak, saya gak take it for granted.  Saya menganggap Cibadak baru dan tetap atraktif meski sudah ke sana untuk yang ke 2356-kalinya.

Jadi buat saya sewaktu saya moto, everything is new, everything is interesting. 

Ujung-ujungnya fotografi untuk saya adalah belajar menajamkan rasa. Gimana caranya? saya motret terus dan menanam rasa antusiasme pada benda-benda dalam keseharian saya. Antusias ini yang jadi bekal saya untuk semangat. Semangat ini yang memberi saya kepekaan. Kepekaan ini yang melahirkan rasa ingin tahu dan sudut pandang. 

Sewaktu hunting foto dengan Indra dan beberapa teman, kami suka saling cerita hasil foto dan berbagi sudut pandang. Saya sebagai yang paling amatir kalau lihat hasil foto mereka sering komen: HAH KOK BISA GITU YA FOTONYA,
EH IYAYA,
EH KOK GAK KEPIKIRAN YA MOTO KAYAK GITU.
LHO EMANG PINTUNYA BISA DIFOTO GITU TOH.
OH BISA YA ORANG LAGI JONGKOK DIFOTO TETEP BAGUS.

Dan banyak ungkapan 'baru-tahu' dan 'baru-sadar' lainnya. Hihihi :D 

Jumpalitan belajar teknik fotografi dan berburu kamera yang oke, yang saya butuhkan ternyata hanya kepekaan. Kepekaan melihat momen, kepekaan dalam menangkap momennya, dan kepekaan dalam mengungkapkan ceritanya. 

Segampang itu, namun sayangnya sesusah itu juga.

Jika saya pikir sebuah benda terlihat menawan kalau difoto dari jauh, ternyata ada yang anggap lebih kuat aura bendanya kalau difoto dari dekat. Sewaktu kita pikir memotret dengan eye-bird-view sudah paling kece, ternyata motret makro jauh lebih menarik.

Momen-momen yang bikin saya belajar itu saya dapat kalau saya keluar dan foto-foto. Kalau cuma diam dan sibuk mengoprek kamera, browsing fitur kamera, milih merek kamera dan tanpa praktek, ya garing sih jadinya. 

Jadi sampai sekarang prinsip saya belajar foto masih sama. Pegang kameranya, amati sekitar, jangan resisten, semuanya terlihat menarik, jepret. Lihat hasil fotonya. Bandingkan dengan hasil foto orang lain. Belajar. Dan ulangi terus-menerus.

Anyway orang lain yang saya maksud adalah fotografer pro ya. 

Pasti pada protes, ya masa foto kita yang amatiran dibandingin dengan foto hasil fotograer pro. Yaelah, ngapain foto dibandingin buat menang-menangan. Bukan gitu maksudnya. 

Maksud saya perhatiin foto mereka, pelajari dan curi anglenya. Teknik ATM lah, amati, tiru, dan modifikasi. Ngomongin orisinalitas dalam fotografi, nanti bahasnya. Masih jauh :D 

Perhatikan jika dengan benda yang sama, orang lain motretnya bagaimana. Kalau kamu kenal fotografernya, tanya-tanya aja sekalian. Biasanya fotografer yang udah jagoan pasti senang deh berbagi angle dan teknik foto. 

Saya sering-sering lihat foto orang lain untuk mengukur bagus enggaknya foto jepretan saya. Kebanyakan hasilnya gak bagus, ada kalanya saya sering pasrah gak upload foto karena tahu fotonya jelek. Tapi sering juga saya paksa upload ke media sosial. Terkadang saya gak hapus foto-foto lama. Menurut saya sih  foto-foto yang gak bagus bisa jadi feedback untuk saya nantinya. 

Emang sih nanti muncul ungkapan : foto saya terserah saya lah mau motretnya gimana. Mau bagus kek mau jelek kek. Yang penting saya suka karya saya sendiri dan saya happy.

Benar sekali. Yang penting kamu happy. Namun tidak dapat kita pungkiri, foto adalah sebuah karya, maka itu melibatkan mata orang lain untuk menilainya. You cannot get away with bad pictures and say it's art (kutipan, entah siapa yang bilang saya lupa lagi). 

Di Instagram kan sekarang bertebaran karya fotografer-fotografer pro. Bisa dilihat-lihat. 
Follow Michael Yamashita kalau kamu motret sebuah budaya. 
Follow Steve McCurry kalau kamu motret human interest.
Follow Tim Laman kalau mau motret wildlife.
Follow National Geographic dan perhatiin fotografer yang mereka tayangkan fotonya. Biasanya di Natgeo, tiap fotografer punya bidang foto yang berbeda-beda.  
Follow akun yang menampilkan karya foto jurnalistik kayak Reuteurs, Worldpressphoto, Photo Society, dan Magnum Photo. 

Sebenarnya sih fotografer bagus di Instagram berceceran. Dipilih-dipilih hehehehe. 

Fotografer dari Indonesia juga banyak banget. Davy Linggar untuk foto-foto yang absurd dan unik, kebanyakan food instagramers yang saya tahu juga indah-indah fotonya (The Food Xplorer dan Dapur Hangus, misalnya), Dudi Sugandi, Living Loving, daaaan masih banyak lagi.

Jadi ya begitu lah. Saya pegang kameranya, mulai memotret, dan saya terapkan prinsip semuanya terlihat baru dan semuanya terlihat menarik. Jepret!jepret! :D

Thank you for reading this rambling. Please do leave your comment and i'd really want to read your thought about this #photographytalk.

Cheers! 




Share:

Seminar Digital GRATIS 100%

Paket TOUR Pilihan

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 JELAJAH 3 PULAU SERIBU (ONE DAY) *AV-D Mulai dai IDR 100.000

Berlaku: 21 Nov 2018 – 31 Mei 2019 BROMO ONE DAY TRIP *CT-D Mulai dari IDR 300.000

Berlaku: 04 Mei 2019 – 05 Mei 2019 PULAU TIDUNG 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 350.000

Berlaku: 06 Apr 2019 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 360.000

Berlaku: 27 Mar 2019 – 31 Mei 2019 PULAU HARAPAN 2D1N (OPEN TRIP) *AVD Mulai dari IDR 370.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU AYER ODT *AV.D Mulai dari IDR 399.000

Berlaku: 01 Agu 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 02 Jul 2018 – 30 Mei 2019 PULAU PARI 2D1N *AV.D Mulai dari IDR 809.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 29 Apr 2019 – 03 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND *TX Mulai dari IDR 8.900.000

Berlaku: 05 Feb 2019 s.d. 30 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM HAINAN ISLAND HARI SABTU STARTING JAKARTA JUN *TX Mulai dari IDR 4.650.000

Berlaku: 05 Mei 2019 – 08 Mei 2019 4 HARI 3 MALAM BANGKOK PATTAYA *TX Mulai dari IDR 5.500.000

Berlaku: 14 Mei 2019 – 18 Mei 2019 5D THAILAND MALAYSIA SINGAPORE *TX Mulai dari IDR 5.800.000

Berlaku: 01 Nov 2019 – 04 Nov 2019 MOTOGP GRAND PRIX OF MALAYSIA SEPANG INTL CIRCUIT 4D3N *TX Mulai dari IDR 5.900.000

Berlaku: 13 Jun 2019 – 20 Jun 2019 8D7N CONSORSIUM CHINA VIETNAM BY SJ APR-JUN *TX Mulai dari IDR 7.980.000

Berlaku: 12 Mei 2019 – 16 Mei 2019 5 HARI 3 MALAM KOREA NAMI ISLAND Mulai dari IDR 9.000.000

Jadi Agen Sekarang Gratis!

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support