#wegowithkids - Menjadi Keluarga Petualang ala Sukma Dede. *Melanjutkan lagi tulisan yang tertunda lama hahaha*
sumber foto : FB Sukma Kurniawan
Kemana tempat paling asyik mengajak anak-anak jalan-jalan? Mall? Playground? Atau malah mendaki gunung? Hmmm ... Kedengerannya terlalu ekstrim, ya, mengajak anak-anak mendaki gunung. Tapi, sebetulnya gak begitu juga, sih. Malah setelah mendengarkan penjelasan salah satu narasumber di acara #wegowithkids, yaitu mas Sukma Dede, saya malah merasa kayaknya agak terlambat mengajak anak-anak berpetualang seperti ini.Tapi, kata mas Dede gak ada kata terlambat sebetulnya. *Hmmm ... baiklah :D*
Apabila Sahabat Jalan-Jalan KeNai blogwalking ke blog mas Dede, akan disuguhkan berbagai cerita petualangannya ke berbagai tempat di Indonesia. Yang paling menarik buat saya adalah berbagai cerita perjalanan mas Dede dan keluarga tentunya. Berpetualang bersama-sama di alam terbuka. di blog mas Dede juga ada postingan tentang Pendidikan Karakter Melalui Aktivitas Mendaki Gunung. Wajib dibaca, deh! :)
Sahabat Jalan-Jalan KeNai juga tertarik menjadi keluarga petualang ala Sukma Dede? Baca dulu beberapa tip berikut ini, ya.
Ajak anak berdiskusi
Ketika akan mengunjungi suatu tempat, sebaiknya orang tua mencari info sebanyak-banyaknya lebih dahulu. Kemudian diskusikan bersama anak. Jawab aja semua pertanyaan anak. Katakan cape kalau memang perjalanan itu akan membuatnya lelah. Jangan paksakan anak apabila dia belum mau.
Selalu membuat anak-anak ceria
Kalau anak sudah mau diajak jalan, bukan berarti anak gak akan jelek moodnya, lho. Bisa aja diperjalanan moodnya nge-drop karena lelah. Orang tua jangan paksakan anak untuk terus berjalan. Bisa-bisa anak akan tambah ilang moodnya. Justru kita yang harus ikuti irama anak-anak. Berhenti saja sejenak, dan ajak mereka bermain. Kalau perlu bawa mainan kesayangan anak. Kayak gitu gak makan waktu lama, kok. Biasanya anak udah ceria lagi. Kalau udah gitu, cusss lanjutkan perjalanan.
Gak ada yang instan
Anak bisa langsung naik gunung adalah sesuatu yang gak mungkin. Kalau lihat putra mas Dede ikut naik gunung itu bukan proses yang instan. Secara rutin mas Dede sekeluarga melakukan aktivitas fisik yang ringan. Sekitar 2-3 jam secara rutin setiap 1 bulan sekali.
Untuk yang baru mau mencoba, menurut mas Dede lakukan trekking ringan dulu aja. Jangan langsung yang berat-berat, apalagi bawa anak. Salah-salah nanti akan celaka. Tentunya gak mau hal seperti itu terjadi, kan?
Orang tua harus siap dulu
Mas Dede seringkali mendapatkan pertanyaan dari orang tua tentang kapan waktu yang tepat mengajak anak-anak naik gunung? Menurut mas Dede, anak akan siap diajak naik gunung kalau orang tuanya lebih dulu siap.
Ketika sedang traveling, putra mas Dede pun pernah menangis serta kecapean. Dari sisi parenting, yang seharusnya paling tau mood anak adalah orang tuanya. Sekarang bagaimana orang tua mau paham mood anak kalau mereka sendiri tidak siap. Yang ada malah orang tuanya yang lebih ngambek. Padahal anak-anak kalau ngambek cuma sebentar, orang dewasa lebih lama hahaha. Jadi orang tua dulu yang harus siap. Baru kemudian mengajak anak-anak untuk traveling seperti itu.
Sedikit curcol, nih. Itulah kenapa ketika mendengar paparan mas Dede, saya merasa agak terlambat. Karena saya baru merasakan asyiknya traveling ke alam bersama anak-anak itu sekarang ini. Saya dan suami memang sama-sama suka jalan-jalan, tapi berbeda selera. Suami senang mendaki gunung, saya anak kotaan yang senang kenyamanan hahaha. Camping memang sering kami lakukan sejak Keke usia belum 2 tahun. Tapi, camping yang glamping (glamour camping). Dulu itu gak ada, deh, cerita naik angkot dan segala kehebohannya. Pokoknya selama ini suami ikutin selera saya. :D
Semua itu karena saya gak siap. Dan, saya setuju banget sama pendapat mas Dede kalau orang tua harus siap lebih dulu. Gak lucu kan kalau di tengah jalan saya yang ngambek. Masa' suami harus ngebujukin saya juga sepanjang jalan. Apalagi kalau ditambah anak-anak juga ngambek. Nanti suami jadi baby sitter kami bertiga hahaha.
Menurut mas Dede, dilihat dari sisi medis, sosial, serta edukasi banyak manfaat yang dirasakan dengan mengajak anak-anak beraktivitas naik gunung. Berikut beberapa aktivitas yang bisa dirasakan.
Family bonding semakin mengingkat
Mas Dede menyukai jalan-jalan. Istrinya pun menyukai jalan-jalan. Karena menyukai hobi yang sama, jadilah setelah memiliki anak, hobi tersebut tetap berlanjut. Manfaatnya, bisa semakin meningkatkan family bonding. Anak pun akan semakin kaya akan pengetahuan dengan banyak diajak jalan-jalan.
Banyak manfaat dari naik transportasi umum
Kalau mau melihat Indonesia yang sebanrnya, maka naik angkutan umum, begitu kata mas Dede mengutip kata-kata Gie. Dari angkutan umum kita bisa merasakan pengalaman perjalanan yang komplit. Kelamaan nunggu angkot, sempit, dan panas selama di angkotan umum wajib dirasakan oleh anak. Bukan berarti anak dilarang naik kendaraan yang nyaman, lho. Tapi, sesekali memang anak wajib dikenalkan dengan angkutan umum yang ada di Indonesia untuk mendapatkan pengalaman.
Belajar beradaptasi
Seringkali kita mendengar pepatah 'Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung." Mas Dede dan istri juga suka mengajak anak mendatangi perkampungan yang bahkan belum pernah didatangi sebelumnya. Setiap daerah memiliki keunikan masing-masing. Dari mulai cara makan, berpakaian, dan lain sebagainya. Disini anak belajar beradaptasi serta menghormati setiap tempat yang dikunjungi.
Lebih sehat
Dari literarur yang pernah mas Dede baca, anak yang terbiasa beraktivitas di ketinggian paru-parunya semakin besar. Itulah kenapa atlet di luar sana, banyak yang berprestasi. Fisik anak pun semakin kuat.
Sahabat Jalan-Jalan KeNai, sudah siap ajak anak-anak naik gunung? ;)
Sukma Dede
www.sukmadede.com
Instagram: sukmadede
Twitter: @sukmadede
Tulisan lainnya tentang #wegowithkids lainnya:
0 komentar:
Posting Komentar