5 hal yang mungkin diabaikan saat merencanakan resepsi pernikahan. Padahal yang diabaikan ini bisa membuat sebuah acara pernikahan menjadi sempurna.
Foto milik W Organizer, Bali.
Foto milik W Organizer, Bali.
Ketika saya membuat artikel tentang resepsi pernikahan di alam, beberapa Sahabat Jalan-Jalan KeNai kalau menikah dengan suasana alam terbuka yang dikhawatirkan adalah cuaca. Memang keren, sih, tapi bagaimana kalau mendadak hujan?
Yup! Setuju banget! Faktor cuaca memang harus dipertimbangkan kalau mau menikah dengan suasana outdoor. Gak lucu banget kan kalau saat menikah di ruang terbuka trus tau-tau hujan deras turun. Walopun gak boleh juga menyalahkan alam. Jadi, memang harus diperhitungkan dengan cermat.
Gak apa-apa juga menikah dengan suasana outdoor saat musim hujan. Pernikahan saya dan suami pun saat musim hujan. Bahkan, 1 minggu sebelum resepsi adalah hari imlek dimana biasanya curah hujan sedang tingi. Yang perlu dilakukan adalah antisipasi. Café tempat kami melakukan resepsi dulu sekitar 40% areanya tertutup. Apabila hujan turun, rasanya masih aman untuk para tamu berteduh. Seandainya gak ada ruang tertutup, bisa pasang tenda besar untuk berjaga-jaga.
Persiapan antisipasi seperti itu kadang luput dari perhatian, ya. Padahal hal-hal yang kelihatannya remeh tapi kalau luput bisa juga bikin suasana resepsi pernikahan jadi kurang sempurna. Berikut beberapa hal lain yang kadang luput dari perhatian padahal sebetulnya penting.
Tidak Menghitung Jumlah Keluarga Besar
Sebuah kesalahan kalau mengitung porsi catering hanya berdasarkan jumlah undangan yang tersebar lalu dikali 2. Misalnya, Sahabat Jalan-Jalan KeNai menyebar 500 undangan. Dikali 2 berarti akan ada sekitar 1000 tamu yang akan hadir. Padahal di Indonesia ini, kan, cukup lazim dengan undangan untuk keluarga besar. Cukup menyebar 1 undangan saja ditujukan kepada keluarga besar.
Padahal keluarga besar mungkin yang datang bisa serombongan. Mulai dari kakek hingga cicit. Lalu gimana kalau yang diundang lebih dari 1 keluarga besar? Jadi, cermat ketika menghitung jumlah undangan, ya. Jangan hanya berdasarkan jumlah undangan yang disebar.
Mengurangi Jumlah Porsi
Ini juga masih tentang menghitung jumlah porsi catering. Tapi sepertinya kalau yang ini agak jarang kasusnya. Pernah ketika saya diminta mengurus sebuah pernikahan. ayah dari calon mempelai laki-laki meminta jumlah porsi catering dikurangi sekitar 30%. Alasannya, dari sekian keluarga dan teman yang diundang, rasanya gak mungkin akan datang semua.
Memang betul, rasanya sulit mengharapkan kalau seluruh kenalan yang kita undang akan hadir 100%. Selalu ada kemungkinan yang tidak hadir dengan alasan masing-masing. Tapi kalau sampai mengurangi jumlah porsi apalagi hingga 30%? Jelas saya gak sanggup memenuhi. Jumlah porsi tetap harus dihitung berdasarkan perkiraan jumlah tamu yang diundang. Lebih baik makanan lebih daripada kurang, kan?
Jaga Bentuk Tubuh
Foto milik: Diddadeux Wedding House
Dulu, saya memutuskan untuk membuat pakaian pengantin daripada sewa. Pertimbangan saya, pakaian itu nantinya bisa untuk kenang-kenangan. Iya, sih, sekarang baju pengantin jadi semacam bukti nyata kalau dulu badan saya sangat cungkring hahaha!
Untuk membuat sehelai baju pengantin dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Untungnya dulu badan saya tidak gampang gemuk. Makan apapun tetap aja stabil. Coba dulu badan saya kayak sekarang yang mudah sekali gemuk. Kalau seperti itu berarti untuk sementara waktu saya harus say goodbye dengan nasi padang, nasi uduk, tongseng kambing, dan lain-lain *mendadak laper :D* Ya, daripada begitu bajunya jadi malah gak muat? Jadi, untuk calon mempelai, sebaiknya dijaga juga bentuk tubuhnya, ya.
Pilihan Musik
Ada yang berpendapat musik di acara resepsi sebetulnya gak terlalu penting karena yang penting makanan jangan sampai habis. Tapi, ada juga yang berpendapat sebaliknya. Sahabat Jalan-Jalan KeNai termasuk yang mana? Kalau saya termasuk yang suka merhatiin musik di acara resepsi.
Saya suka gak ngerti kalau acara resepsi, sound musiknya terlalu keras. Duh! Ini kan bukan lagi nonton konser, ya? Lagian nonton konser juga gak sampe bikin telinga sakit, deh. Tapi, lebih gak ngerti lagi kalau hadir di satu resepsi dimana si penyanyinya nyanyi lagu yang salah.
Suara udah merdu, musik udah oke, tapi lagunya Harus Terpisah – Cakra Khan. Gak nyambung banget kayaknya. Biasanya saya suka heboh sendiri, tuh. Ini apa gak bisa disortir dulu pemilihan lagunya? :D
Souvenir Jangan Bikin Repot
Pernah dapet souvenir pernikahan berupa guci kecil yang terbuat dari marmer batu pualam? Saya pernah, dong. Dari bentuknya aja, saya udah tau kalau souvenir seperti itu pasti gak murah. Tapi masalahnya bikin repot tamu.
Pernah gak lihat ada tamu undangan yang datang ke resepsi pake ransel? Atau tas besar lainnya? Rasanya saya belum pernah melihat, ya. Saya yang penggemar ransel aja, gak pernah kepikiran bawa ransel saat hadir ke resepsi. Mendingan gak usah bawa tas. Tapi, masalahnya kalau dikasih souvenir seperti guci itu jadinya repot. Repot kalau mau salaman, repot juga kalau mau makan. Mana berat pula.
Bukan berarti gak boleh kasih souvenir dalam ukuran besar. Tapi, sebaiknya souvenir dikasih saat tamu hendak pulang. Caranya, saat tamu mengisi daftar hadir, dikasih kupon untuk mengambil souvenir. Kalau kayak gitu, tamu bisa ambil souvenirnya saat mau pulang.
Masih ada banyak hal yang kadang dianggap remeh lainya padahal sebetulnya penting. Coba dicatat lagi, kalau perlu bikin gladi resik sehari sebelum acara. Tapi, kalau masih bingung juga, gak ada salahnya meminta bantuan wedding organizer. Pilih wedding organizer yang udah berpengalaman dan bisa dipercaya. Bisa lihat di Bridestory, banyak pilihan wedding organizer di sana. Baca juga reviewnya di website tersebut. Jangan sampai resepsi pernikahan menjadi kurang sempurna hanya karena masalah yang dianggap remeh, ya :)
Keterangan: Seluruh foto berasal dari website Bridestory. Saya tidak memasukkan foto pribadi karena saat menikah belum menggunakan hijab. Harap maklum :)
0 komentar:
Posting Komentar