Selfie juga ada etikanya. Salah satu alasannya adalah karena manusia itu makhluk sosia. Gak hidup sendirian di dunia.
Selfie ... Dimana-mana selfie? Saya suka selfie. Bagaimana dengan Sahabat Jalan-Jalan KeNai, suka selfie juga? Saya gak peduli seseorang mau upload foto selfie sebanyak apapun di akun social medianya. Kalau saya gak suka tinggal hide saja tanpa perlu misuh-misuh. Cara meng-hide sama mudahnya kalau memberi like.
Saya juga tidak peduli apakah seorang traveler akan lebih banyak foto selfie dengan latar pemandangan atau murni hanya foto pemandangan saja. Fotomu adalah milikmu. Memang benar kalau ingin untuk kepentingan pihak tertentu, misalnya kirim ke majalah, foto selfie biasanya dilarang. Tapi kalau hanya untuk konsumsi pribadi diupload ke akun socmed atau blog sendiri, saya pikir terserah masing-masing saja.
Saya juga tidak akan menghubungkan kebiasaan selfie dengan bahasan psikologi. Karena saya tidak expert di bidang itu. Saya menulis ini karena walopun menyukai selfie tapi juga suka jengah apabila melihat hasil selfie yang seenak jidatnya.
Apa iya kita bisa bebas selfie sesukanya? Menurut saya sih di zaman (yang katanya) kebebasan ini pun selfie juga harus ada etika. Kita bisa aja mengaku sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuat. Tapi gak ada salahnya kan kalau mempelajari etika lebih dahulu sebelum melakukan selfie.
Jangan Mengganggu yang Sedang Beribadah
Beberapa waktu lalu sempat heboh di social media tentang para photographer dadakan yang meliput sebuah acara ibadah. Kenapa saya katakan potographer dadakan? Karena kemungkinan besar yang melakukan adalah para wisatawan dan bukan photographer resmi. Masalahnya para photographer dadakan itu melakukan pemotretan semaunya sehingga mengganggu jalannya ibadah yang seharusnya sakral. Memang saat itu perdebatan yang terjadi adalah tentang etika tentang memotret ritual peribadatan. Tapi saya juga merasa bisa jadi ada juga yang mengganggu suasana ibadah dengan melakukan selfie.
Safety First NOT Selfie First
Sahabat Jalan-Jalan KeNai sudah tau belum kalau di Rusia sudah mulai ada aturan larangan dan pembatasan selfie untuk daerah tertentu? Akibat semakin tingginya angka kematian dan kecelakaan saat selfie karena mengabaikan keselamatan membuat pemerintah membuat beberapa aturan tentang selfie.
Tidak hanya di Rusia, sejak 1 Juli lalu menurut beberapa sumber yang saya baca, Disneyland membuat aturan yang melarang membawa tongsis. Awalnya tongsis masih boleh dibawa, asalkan tidak dipakai saat menaiki wahana. Pihak Disneyland pernah menghentikan wahana roller coaster yang sedang berjalan ketika mengetahui ada pengunjung yang menggunakan tongsis saat sedang naik roller coaster. Dikhawatirkan ulah pengunjung ini akan membahayakan pengunjung lain. Karena banyak pengunjung yang tidak taat aturan, akhirnya tongsis benar-benar dilarang masuk Disneyland.
Di beberapa daerah lain di US juga ada larangan selfie. Misalnya di Lake Tahoe, lokasi dimana pengunjung bisa melihat beruang dari dekat. Tapi karena semakin banyak pengunjung yang selfie sama beruang (padahal harusnya kan wisata edukasi aja), akhirnya keluarlah larangan karena khawatir beruang jaid terganggu. Di Spanyol juga ada larangan untuk selfie di arena adu banteng. Apalagi pernah ada insiden pengunjung yang terluka karena banteng.
Ternyata gak cuma di Indonesia saja, para penggila selfie yang suka abai dengan keselamatan. Bagaimana dengan aturan di Indonesia? Kelihatannya memang selfie masih belum menjadi aturan tertulis di sini. Saya membayangkan apabila di Indonesia ada aturan tertulis, apakah akan terjadi pro-kontra yang hebat di social media? Hahaha ... abaikan saja apa yang saya bayangkan. Tapi mau ada aturan tertulis atau tidak memang sudah seharusnya kita harus paham bahwa safety first NOT selfie first. Kalau sampe celaka atau mencelakakan orang lain, siapa yang harus disalahkan?
Nai main ayunan sambil selfie. Gak kami larang, hanya sering mengingatkan bagaimana menjaga diri. Jangan sampai keasikan selfie trus jatuh dari ayunan saat sedang mengayun kencang
Berempatilah!
Saya selalu gagal paham dengan orang-orang yang selfie ditengah musibah. Apalagi kalau selfienya sambil ketawa-tawa. Kemanakah rasa empati?
Cari Tahu Terlebih Dahulu Lebih Baik
Tidak semua tempat bisa selfie. Di postingan saya sebelumnya yang tentang Food Blogger, dikatakan bahwa saat ini sudah banyak resto yang tidak keberatan makanannya difoto walopun tidak minta izin terlebih dahulu. Berarti mungkin saja di saat socmed belum seramai sekarang, foto di restaurant adalah sesuatu yang terlarang. Mungkin untuk resto sudah banyak yang mengizinkan. Tapi masih banyak tempat lain yang melarang untuk melakukan selfie. Misalnya di tempat ibadah, museum, dan beberapa area lainnya.
Batu gordam yang terlihat cantik. Catatan perjalanan ini bisa Sahabat Jalan-Jalan KeNai baca di Ray of Light Goa Jomblang yang Bikin Speechless
Ketika kami sekeluarga ke Goa Jomblang, instrukturnya mengatakan bahwa di dalam goa nanti ada sebuah batu putih besar bernama batu gordam. Instruktur membolehkan kami untuk berfoto di sana asalkan badan kami bersih. Area di sekitar batu kan sangat berlumpur, kalau kami tidak bebersih dulu maka bisa-bisa batunya akan terkena lumpur. Kalau dibiarkan, lama-lama batunya tidak akan bersih lagi. Makanya instruktur dengan tegas selalu mengingatkan untuk berfoto di sana dalam keadaan bersih. Gak cuma mengingatkan, intruktur kami rajin mengelap batu tersebut supaya terlihat tetap putih bersih. Sepatu boot wajib dicopot.
Bahkan saya dan anak-anak mendapat larangan tambahan dari suami. Katanya, dilarang menduduki atau berdiri di dekat batu, cukup foto didekatnya saja. Karena menurut suami, proses terciptanya batu gordam sangat panjang. Mungkin bisa memakan waktu jutaan tahun dan hingga sekarang terus berproses karena tetesan air di atas goa masih ada. Sayang sekali kalau harus diinjak atau diduduki karena khawatir bisa menghambat proses pertumbuhan batu tersebut.
Kabarnya di Tanah Suci ada area terlarang untuk selfie. Bahkan di Korea Selatan malah katanya kalau mau pake tongsis harus yang udah bersertifikat aman dari negara tersebut. Di Perancis juga ada 1 area tertentu yang melarang pengunjung untuk selfie karena dianggap akan mengganggu wisatawan lain yang benar-benar ingin menikmati liburan. Entah benar atau tidak, mungkin yang pernah ke Tanah suci, Korea Selatan, atau juga perancis bisa kasih tau saya :)
Jangan cuek dengan berbagai larangan ini. Jangan pula ngotot dan merasa benar sendiri kalau kemudian ditegur karena melanggar. Karena untuk beberapa tempat hukumannya bisa berat, lho. Ada hukuman denda (yang jumlahnya lumayan besar) hingga penjara.
Selfie itu Menggoda? Hmm ... Nanti dulu ...
Gak bermaksud memancing pro-kontra, nih. Cuma mau mengungkapkan kalau saya gak setuju dengan pendapat yang melarang selfie karena bisa menggoda lawan jenis. Gak dipungkiri ketika melihat selfie cowok ganteng, saya akan mengatakan (walopun dalam hati) kalau itu cowok memang ganteng. Tapi apakah saya tergoda dan mikir yang aneh-aneh? Gak juga, lah. Biasa aja kalau saya, gak sampe segitunya.
Cuma memang untuk para penggemat selfie paling tidak harus cari tau juga pose apa yang bisa memancing orang salah persepsi. Malah kalau selfie kan kadang menampakan jari tangan. Coba dicari tahu lagi lewat google, jari-jari seperti apa aja yang bisa dibilang kode. Jangan sampai maksud hati ingin sekadar selfie, gak taunya malah disalahartikan orang lain.
Jangan Selfie dengan Memperlihatkan Area yang Pribadi di Tubuhmu
Suatu hari salah seorang teman saya pernah upload foto dirinya sedang selfie. "Mana hijabmu?" Banyak pertanyaan yang serupa, sesaat setelah teman saya mengupload foto tersebut. Gak berapa lama kemudian, teman saya membuat status kalau foto yang sebelumnya diupload dan sudah dihapus adalah sebuah ketidaksengajaan. Handphone disimpan di tas, dan entah gimana ceritanya salah satu foto yang ada di handphonenya terupload.
Saya rasa mungkin aja terjadi. Smartphone zaman sekarang yang umumnya sudah touch screen, apabila lupa dilock, bisa aja hanya karena terkena sentuhan tau-tau miss call seseorang. Jadi gak menutup kemungkinan juga kalau foto yang ada di dalam bisa upload ke socmed setelah beberapa kali tersentuh layarnya.
Itu baru rambut yang terlihat, tapi bagaimana kalau kita iseng memotret tubuh sendiri yang sedang tanpa busana? Mungkin merasa aman karena fotonya kan di kamar dan gak akan dishare, sekadar koleksi pribadi. Tapi, siapa tau gak sengaja layarnya tersentuh dan fotonya terupload? Atau handphonenya ilang lalu foto-fotonya dilihat orang orang yang gak bertanggung jawab untuk kemudian disebarluaskan. Hiii ... Sereeeem, ah!
Selfie Jangan Sampai Merusak Lingkungan
Gak ada yang melarang, kok, foto sama bunga. Asalkan jangan merusak. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai merasa berhak untuk hidup, maka bunga pun juga merasa ingin punya hak yang sama. Cuma aja bunga-bunga itu gak bisa berbahasa manusia.
Ini yang lagi ngehitz banget beritanya. Tentang Amaryllis yang harus menjadi korban para penggila selfie. Saya pun geram membacanya. Tapi memang membully para pelaku juga bukan solusi terbaik. Walopun itu salah satu resiko di dunia maya. Ada aksi, maka akan ada reaksi.
Kembali saya mencari berita di berbagai sumber. Ternyata, di New York ada peraturan yang melarang para pengunjung untuk merusak taman. Dendanya gede banget kalau sampai ketahuan. Bisa sampai $15K atau sekitar Rp200juta. Nah, lho!
Sekali lagi, di negara kita memang belum ada aturan tertulisnya. Tapi bisa dong sebagai masyarakat kita menjadi warga yang tau etika? Termasuk etika saat berselfie. Gak perlu harus nunggu ditegur orang dulu baru nyadar. Karena kadang kitanya juga yang malas mencari tau. Padahal kan ngakunya ketergantungan dengan dunia maya. Nah, apa salahnya ketergantungan itu dipakai sejenak untuk mencari info di dunia maya? Selfie juga ada etika :)
*Tulisan ini tidak ditujukan ke pihak tertentu seperti anak alay dan lain sebagainya. Karena coba aja perhatiin, mereka yang sudah dikatakan seharusnya dewasa pun masih ada aja yang melakukan selfie tanpa tau aturan :)
0 komentar:
Posting Komentar