Gak tahu ya kenapa suka ada perasaan romantis yang muncul tiap kali saya melihat rumah-rumah tua. Bangunan tempo dulu. Saya pernah cerita ini sih di tulisan bandung old building. Saya gak suka-suka amat sejarah dalam bentuk teks, baca buku sejarah tuh butuh kesabaran luar biasa. Mengingat kronologis, merekam tahun kejadian, belum lagi nama-namanya. Puyeng sendiri :D
Jadi saya datengin aja langsung bangunan bersejarahnya. Dari situ baru baca buku-buku yang menyinggung tentang bangunannya. Lebih enak masuk otaknya sih.
Makanya kalau bepergian dalam rangka jalan-jalan, saya milih kota atau desa yang bisa saya lihat pesona bangunan heritagenya. Untungnya Indra suka juga. Bedanya, dia udah lihat dan motret bangunan tua dari ujung Sumatera sampai ke Sulawesi. Saya belum. Jadi kalo ngajakin dia suka yang "udah pernah ke sana euy, kita ke Bali aja deh". Pret!
Sampai detik ini, saya bersikukuh mau ke Lasem. Sementara dia bersikeras ke Bali. Mungkin saya harus terapin gaya travelingnya penulis buku Menyusuri Lorong-lorong Dunia, Sigit Susanto. Mereka kalau jalan-jalan kan suka masing-masing gitu gayanya, Mas Sigit ke Museum atau perpustakaan. Menyusuri jejak para sastrawan dunia. Sementara istrinya milih jalan-jalan ke tempat wisata populer. Tapi ini Nabil anak kami mau ikut siapa ntar kalo kami jalan-jalannya pisahan :)))))
Anyway, bulan ini majalah National Geogprahic Traveler memuat tulisan dan foto-foto tentang Lasem. Nah pas deh kebetulan, saya mau buat postingan blog tentang tempat-tempat yang mau saya kunjungi. Lasem, tentu saja termasuk di antaranya. Sejak tahun 2010 saya membaca tentang Lasem di buku perjalanan tulisan wartawati Silvia Galikano, saya memendam niat mau ke sana.
Here goes. Places i want to visit A.S.A.P
1. LASEM
Tepatnya berkunjung ke duo Jepara dan Lasem. Toh mereka juga tetanggan. Tapi secara khusus saya mau menginjak tanah Lasem. Bangunan tua di sana banyak banget! khusus pula bangunannya ala-ala Pecinan. Ada alasan kenapa saya suka daerah Pasar Baru di Bandung. Ya karena bangunan tionghoa-nya. Duh kebayang gak sih kalau di Lasem saya pasti 'old-building-gasm' :D
Photo Credit : https://renjanatuju.wordpress.com/2015/12/08/kerjaitumain-project-sastra-lasem/ |
2. LAWEYAN
Wah ini juga setali tiga uang dengan Lasem. Laweyan di Surakarta, Solo. Saya tahu tentang wilayah ini dari bos saya waktu itu, Tarlen Handayani. Beliau gak cerita sih, saya baca blognya :D Kalau Lasem kental banget rasa Pecinannya. Kayaknya bos-bos besar kain batik kumpul semua di Lasem. Laweyan (kalau baca sejarah dan lihat foto-fotonya) lebih 'rakyat biasa'. Saya belum pernah ke Solo juga sih. Bisa kali nanti sekalian muter-muter di Solo selain emang niatnya ke Laweyan.
Photo Creedit: Flickr Tarlen Handayani |
3. SAWAHLUNTO
Whaaa ini! Saya pengen banget ke Sawahlunto! Kota di Sumatera ini sudah 'mati' sih. Maksudnya sudah gak lagi produktif seperti dahulu kala ketika batu bara masih jadi hasil bumi unggulan. Kayaknya sih mereka mengandalkan pariwisata sekarang. Ya apalagi. Kalau Indra bilang, di sini kebanyakan warganya perempuan dan anak-anak. Orang-orang usia produktif dan laki-laki kebanyakan pada merantau. Ya mau ngapain juga sih ya di Sawahlunto. Galih, teman saya, pernah cerita kalau Sawahlunto ini seperti kota miniatur. Menuju ke sana melewati hutan lebat terus tahu-tahu ada kota kecil aja gitu.
Photo Credit : https://pecintawisata.wordpress.com/2011/09/02/melihat-kejayaan-batubara-di-sawahlunto/ |
Saya tulis tiga kota dulu deh di bucket list. Pasti ada lebih banyak kota-kota tua yang saya gak tahu. Memang paling seru kalau sekalian saja menyusuri jalur Jalan Pos buatan gubernur jendral Hindia Belanda, H.W Daendels. Pasti ada banyak jejak bangunan tua di kota-kota yang jadi tempat peristirahatan orang kolonial dulu. Ah pengen juga tuh, menyusuri Jalan Raya Pos. 1000 KM. Berapa hari ya kalau mau roadtrip kayak gitu, seminggu, sebulan, tiga bulan?
0 komentar:
Posting Komentar