"Naik Damri aja yuk, sekalian ngabuburit," ajak Indra pada saya. Wah ajakan yang tidak mungkin saya tolak. Menumpang bis kota di Bandung kini menyenangkan. Ada AC, bersih, tempat duduknya juga nyaman meski jumlahnya sedikit. Berdiri di dalam bis juga tak masalah. Pegangannya oke. Koridor bisnya luas pula. Anyway di Bandung yang namanya Bis Kota kami sebut Damri.
Jalanan Bandung sudah padat. Orang-orang memacu kendaraan bagai memburu napas yang kehabisan. Tersengal-sengal. Berada di dalam Damri, saya tersenyum senang. Bertatapan dengan Indra kami menyadari bahwa pilihan menumpang bis kota menuju Cibadak adalah seratus persen benar.
Urusan ke Cibadak pastilah berhubungan perlengkapan usaha kami. Daerah yang satu ini selalu punya jawaban untuk mengurangi beban pekerjaan, baik urusan domestik maupun pekerjaan.
Di mulut Cibadak kami harus bersegera ke satu toko. Berjalan terburu-buru, secara acak saya melihat ada penjual Leupeut. Juga gorengan. Dan banyak makanan lainnya. Cibadak sore dan malam hari berganti rupa jadi kios makanan. Kalau terang hari kegiatannya jual beli barang grosiran.
Terlalu sore kami sampai di Cibadak. Benar saja dugaan saya. Toko yang kami tuju tutup. Saya gak bete. Begitu juga Indra, dia tidak ngambek. Minggu ke dua bulan puasa dan...bulan puasa gitu lho! Tiba-tiba seliweran di pikiran saya ingin hunting makanan tajil Ramadan. Makanan khas Bandung untuk berbuka puasa.
Teringat pada penjual Leupeut saya mengajak Indra melongok kiosnya. Feeling so good about food. Dan saya gak salah memilih Leupeut Cibadak ini. Rasanya ENAK BANGET!
Saya sih waktu lihat Leupeut-nya sudah terbersit perasaan amat yakin ingin membelinya. Kamu suka ngalamin juga gak sih momen-momen kayak "ini nih kayaknya enak nih makanannya, saya gak kecewa, pasti enak". Nah saya sering ngalamin kayak gitu dengan hanya melihat makanannya :D
Membungkus Leupeut kami menyonsong tukang gorengan. Kali ini feeling kuliner Indra yang menyala. Insting Indra mengatakan bahwa Gorengan Tahu (Gehu) di situ enak. Saya sukanya Bala-bala, jadi saya membeli 5 bala-bala.
Apakah enak? EDAN ENAK BANGET! Banyak gorengan yang enak (dan tidak sehat, iya saya tahu). Tapi yang satu ini beda euy enaknya (tapi tetap saja tidak sehat, saya juga tahu itu). Susah jelasin enaknya hahaha. Pokoknya ini tukang gorengan udah saya tandain! Harus beli ke orang itu lagi kalau jajan gorengan di Cibadak.
Melihat jam di smartphone. Waktu berbuka puasa masih 1 jam lagi. Ke mana ya, jalan-jalan sambil lihat pemandangan kota.
Kami menyusuri Cibadak saja dan berlabuh di food court Sudirman Street!
Alamak banyak kios makanan yang seru-seru di sana. Kebanyakan kios makanan berbahan daging babi. Lucu banget, martabak babi juga ada dong hihihhi :D Kami cuma browsing saja melihat tenan makanan di sana. Sebagai muslim, saya gak bisa makan menu mengandung daging babi. Tapi mencari makanan yang halal juga relatif mudah kok. Ada juga tenan yang menjual makanan halal.
Masalahnya kami belum pengen makan di Sudirman Street. Karena Alun-alun adalah tujuan kami berikutnya.
Tinggal 14 tahun di Bandung dan saya baru mengalami yang namanya berbuka puasa di Alun-alun 1x doang. Itu juga dalam rangka Taraweh Keliling bersama teman-teman. Acaranya buka puasa dengan makan pempek di Pempek Faisal lalu Taraweh di Masjid Agung.
Akhirnya saya bisa juga mengalami momen berbuka puasa di tempat bersejarah tersebut. Bersama Nabil dan Indra, memakan Leupeut yang lezat, duduk pada sebuah bangku taman menghadap kompleks rumah walikota Bandung. Saya merasa sore itu indah sekali.
Kami sholat di Mushola kantor harian surat kabar Pikiran Rakyat. Berjalan kaki ke arah Braga dan melihar air mancur di Taman Vanda. Bandung setelah jam berbuka puasa saat itu sepi. Menyenangkan euy.
Kami sholat di Mushola kantor harian surat kabar Pikiran Rakyat. Berjalan kaki ke arah Braga dan melihar air mancur di Taman Vanda. Bandung setelah jam berbuka puasa saat itu sepi. Menyenangkan euy.
0 komentar:
Posting Komentar