Berkeliling Trizara merupakan keasyikan tersendiri. Saya tidak bisa berhenti memotret. Berjalan kaki saya melewati kamar-kamar yang lain dengan bunga dan taman kecil di halamannya. Sebuah kotak pos yang cute. Di antara sedikit percakapan dan canda tawa dengan teman-teman saya mengamati pepohonan dan bangku-bangku kayu. Mencium wangi udara Lembang yang segar.
Jalan kaki di Trizara Resorts ketika sore hari saya mendapati langit yang agak kelabu. Keesokan harinya langit cerah banget.
Baca juga : Cara Menuju Trizara Resorts
Sunrise di Trizara Resort
"Jam 5 pagi, Teh"
Jawab seorang pegawai yang saya tanya waktu saya sedang menyantap menu sahur. Jam berapa enaknya kalau mau lihat sunrise, begitu pertanyaan saya padanya.
Sahurnya beres. Saya dan teman-teman kembali ke kamar. Udara masih sangat dingin dan suasana di luar kamar mulai gelap karena lampu-lampu resorts, selain kamar, sudah mati.
Sendiri saya keluar kamar, sedikit ketakutan karena gelap jadi jalannya buru-buru gitu deh padahal mah gak ada apa-apa juga sih :D
Karena kemarin sore sudah mengelilingi Trizara, subuh ini saya sudah tahu harus nongkrong di mana untuk mendapatkan sudut terbaik menikmati sunrise: dari kawasan halaman Kamar Netra dan wilayah Api Unggun.
Sendiri saya keluar kamar, sedikit ketakutan karena gelap jadi jalannya buru-buru gitu deh padahal mah gak ada apa-apa juga sih :D
Karena kemarin sore sudah mengelilingi Trizara, subuh ini saya sudah tahu harus nongkrong di mana untuk mendapatkan sudut terbaik menikmati sunrise: dari kawasan halaman Kamar Netra dan wilayah Api Unggun.
Dan saat-saat terbaik itu pun mulai. Matahari terbit!
Kenapa ya kalau lihat sunrise, momennya terasa pelan namun juga begitu cepat. Di ujung cakrawala sana seperti ada orang membawa senter, memancarkan cahayanya yang muncul sedikit demi sedikit. Subuh itu yang kurang ada 3: sepiring gorengan, teh manis panas, dan Indra pasangan saya. Begini rasanya jomblo kali ya, melihat sunrise sendirian...kedinginan...aheuheuheuheuh :D
Perasaan sendu dan khidmat terus-menerus saya rasakan seiring subuh yang berlalu. Perasaan itu berubah jadi hangat ketika bulatan matahari muncul dan berkas sinar yang sudah terlalu silau untuk dilihat langsung.
Berganti saya kini menatap kabut-kabut tipis di kaki Gunung Tangkubanparahu. Melongok embun-embun di rumput dan mengucap sapa pada bunga-bunga kecil.
Selamat pagi…
Trizara Resort Pagi Hari
Saya belum berniat kembali ke kamar meski pemandangan matahari terbit sudah usai. Sebaliknya saya jalan-jalan lagi berkeliling Trizara. If it look good, ayo jalan-jalan. If it look better, ayo jalan-jalan lagi! Lalukan itu di bulan puasa maka saya kembali ke kamar dalam keadaan haus dan menyadari waktu buka puasa akan tiba 10 jam mendatang :D
Panorama Trizara Resort di pagi hari jauh lebih memukau. Lebih ceria. Bunga dan daun-daun yang diterpa sinar matahari kelihatan lebih segar dan berkilauan. Seperti manusia kalau habis makan atau baru bertemu pacar: berisi dan bugar :D
Ngomong-ngomong kata Trizara ada artinya. Berasal dari kata Sanskerta, Trizara artinya taman di surga. Saya melepas pandangan ke arah Tangkubanparahu yang megah dan memikat. Sesuatu yang saya pandang di sini bukanlah surga. Namun jika ada tempat yang membuatmu merasa bahagia sekaligus kecil karena ada keagungan yang sedikit masuk ke ruang-ruang bahagia kamu, maka surga adalah hal yang paling mendekatinya.
Teks : Ulu
Foto : Ulu
0 komentar:
Posting Komentar