Pada hari sabtu (6/8/2016) saya memenuhi undangan Kementrian Pariwisata (Kemenpar) yang acaranya berlokasi di Green Forest Resort. Tema acara tentang Wisata Halal. Sejujurnya saya datang dengan ekspektasi rendah banget. Acara kementrian kayaknya bakal membosankan & begitu-gitu saja.
Green Forest Resort |
Instansi pemerintah yang menurut saya 'katak dalam tempurung' ternyata hari itu memberi saya pandangan yang berbeda. Sebaliknya, saya lah katak dalam tempurung itu karena asumsi yang saya simpan dalam kepala selama ini salah.
Bicara tentang Wisata Halal, saya banyak apriorinya.
Bicara tentang Wisata Halal, saya banyak apriorinya.
Pertama: konsep wisata halal buat saya cuma pembeda-beda umat beragama. Buat apa coba, kok kesannya diskriminatif banget. Ribet amat sampai harus nanya sertifikasi halal waktu makan di restoran. Karena untuk saya pribadi sih kalau pengelola sudah bilang 'halal' ya sudah cukup lah gak usah minta sertifikat halal segala aheueuheuhue.
Kedua: muslim sudah terbiasa menyesuaikan dirinya dengan berbagai kondisi. Gak masalah lah jalan-jalannya di mana. Yang penting gak makan daging babi dan minuman beralkohol. Jam ibadah sholat juga browsing saja lah.
Well, Saudara-saudari, justru di situ peluangnya. Kesulitan mencari tempat makan halal dan tempat beribadah adalah peluang bisnis! Wisata Halal is business opportunity, Wisata Halal is travel-lifestyle. Begitu kata Taufan Rahmadi yang menjadi narasumber dalam acara Kemenpar tersebut.
Tapi saya ketemu hal lain yang membuat saya apatis.
Kedua: muslim sudah terbiasa menyesuaikan dirinya dengan berbagai kondisi. Gak masalah lah jalan-jalannya di mana. Yang penting gak makan daging babi dan minuman beralkohol. Jam ibadah sholat juga browsing saja lah.
Well, Saudara-saudari, justru di situ peluangnya. Kesulitan mencari tempat makan halal dan tempat beribadah adalah peluang bisnis! Wisata Halal is business opportunity, Wisata Halal is travel-lifestyle. Begitu kata Taufan Rahmadi yang menjadi narasumber dalam acara Kemenpar tersebut.
Tapi saya ketemu hal lain yang membuat saya apatis.
Pemerintah adalah tipikal instansi yang cuek dengan perkembangan zaman. Mana mereka paham pentingnya Digital Marketing macam branding di Instagram, Fanpage Facebook, jumlah Likes, jumlah Followers. Jangankan paham sih, Facebok Ads aja pada ngerti gak ya mereka?
Dan asumsi saya itu rontok semua di acara bersama Kemenpar ini. Ahahahaha :D Apriori saya menutup wawasan saya sendiri perihal Wisata Halal. Sepanjang acara waktu Taufan presentasi, saya menunjuk-nunjuk kening sendiri sambil berujar pada diri sendiri, "Ulu! Ke mana saja kamu selama ini!" :D
Bagaimana cara Taufan mengenalkan Lombok Sumbawa dan Wisata Halal-nya? Saya bahas di bagian berikutnya yak.
Bagaimana cara Taufan mengenalkan Lombok Sumbawa dan Wisata Halal-nya? Saya bahas di bagian berikutnya yak.
Sosialisasi Wisata Halal Bersama Kementrian Pariwisata di Bandung
Judul acara yang saya hadiri pada hari Sabtu itu adalah Optimalisasi Peningkatan Wisata Halal Melalui Media Sosial. Terdiri dari dua sesi, narasumber sesi I didatangkan langsung dari Lombok, Taufan Rahmadi dan Siti Chotijah. Sementara itu Agus Wibowo yang pernah menjajal Wisata Halal di Jepang, menjadi narasumber di sesi II.
Taufan adalah Creative Strategic Expert yang memimpin proyek Wisata Halal di Lombok Sumbawa. Dua tahun ia merintisnya, Lombok Sumbawa diganjar The Best Halal Tourism Destination 2015, mengalahkan dua raksasa pedagang Wisata Halal kelas kakap: Turki dan Malaysia. "Waktu nama Lombok Sumbawa diumumkan jadi pemenang di World Halal Tourism Destination Award, yang pertama kali saya lakukan adalah melihat raut wajah menteri pariwisata Malaysia," kata Taufan. Hihihi :D
Siti Chotijah merupakan team leader dan communication strategy Volunteer Wonderful Lombok Sumbawa. Proyek Wisata Halal Lombok Sumbawa ini mengerahkan beberapa orang sukarelawan untuk bekerja secara offline dan online, menggaungkan wisata Lombok Sumbawa secara umum dan wisata halal di sana secara khusus.
Cakupan Wisata Halal ini terbilang luas dan berdasarkan pada kebiasaan umat islam. Wisata Halal menjual tempat-tempat wisata yang sama dengan wisata pada umumnya. Tapi ada beberapa hal yang menjadi skala prioritas dalam wisata halal ini:
Wisata Halal, Apa Itu?
Cakupan Wisata Halal ini terbilang luas dan berdasarkan pada kebiasaan umat islam. Wisata Halal menjual tempat-tempat wisata yang sama dengan wisata pada umumnya. Tapi ada beberapa hal yang menjadi skala prioritas dalam wisata halal ini:
1. Ketersediaan tempat ibadah yang mudah dijangkau.
2. Ada kamar mandi dan tempat berwudhu yang layak, terpisah antara perempuan dan laki-laki.
3. Penginapan yang menyediakan informasi label makanan halal food dan non halal food.
4. Penginapan yang di dalam kamarnya ada informasi yang mencantumkan arah kiblat.
5. Pemberitahuan jam dan menyediakan waktu untuk ibadah sholat selama traveling.
6. Melihat dan mengunjungi atraksi yang tidak vulgar.
7. Tempat yang dikunjungi bukan tempat prostitusi dan bukan tempat hiburan seperti club-club yang membebaskan pengunjung laki-laki dan perempuan berbaur.
8. Jaminan 'everything is halal' sepanjang perjalanan sejak naik pesawat (kalau kendaraannya pesawat) sampai mereka kembali pulang ke tempatnya berasal.
Selebihnya sih Wisata Halal mencakup hal yang sama dengan wisata pada umumnya. Seperti menyiapkan SDM yang tourist-friendly, kebersihan yang terjamin, sarana komunikasi yang bagus, dan infrastruktur yang membuat turis-turis nyaman.
Jadi pada dasarnya sih kalau yang saya tangkap dari Wisata Halal ini sebenarnya sama saja dengan wisata pada umumnya. Hanya lebih spesifik saja. Membangun wisata halal = membangun wisata kebanyakan kok. Ujung-ujungnya kan daerah itu harus membangun daerahnya biar pengunjung betah.
Bagian yang menarik adalah negara-negara maju di dunia ini paham kalau wisata halal adalah the next big thing dalam industri wisata. Australia dan Jepang, terutama Jepang sih, adalah negara yang aktif mengkampanyekan wisata halal.
The Global Muslim Travel Index 2015 mengumumkan bahwa turis yang jenisnya segmented spendingnya mencapai 145 TRILIUN DOLAR AMERIKA. 10% dari pasar yang segmented tersebut adalah Muslim, berarti ada 108 juta turis muslim di dunia. Di tahun 2020 angka ini akan melesat jadi 150 juta muslim travelers.
Seru juga mengamati Jepang yang niat banget mengedukasi warganya tentang keseharian umat Islam agar ketika turis-turis muslim ini tiba di tempat mereka, orang Jepang tahu bagaimana harus memperlakukannya. Bang Aswi, narasumber di sesi ke II cerita pengalamannya berwisata halal ke Jepang. "Di Karatsu, Fukuoka, waktu saya lagi jalan-jalan di kota dan tiba waktu sholat, saya tidak menemukan masjid terdekat. Yang menarik, warga di sana dengan ramahnya mempersilakan saya sholat di rumahnya, beralaskan Tatami."
Jadi wisata halal bukan semata-mata tentang agama saja. Bukan tentang 'bagiku agamaku, dan bagimu agamamu'. Tapi tentang memberikan pelayanan yang excellent. Target pasarnya muslim kok, ya kuasai keseharian mereka dalam beribadah supaya mereka senang dan puas. UUD, Ujung-ujungnya Duit. Pelanggan senang, mereka akan kembali lagi dan share ke banyak orang. Pendapatan daerah meningkat, pendapatan negara bertambah.
Terus saya jadi mikir, saya egois banget ya waktu mikir wisata halal cuma segregasi turis berdasarkan agama. Iya emang wisata halal dibuat mengacu dengan syariat agama Islam sih. Tapi gak sesempit itu juga maknanya. Bukan berarti orang non-muslim gak bisa datang ke tempat yang berkonsep Wisata Halal.
"Halal Tourism adalah extended services pelayanan wisata, not religion tourism," ujar Taufan.
"Halal Tourism adalah extended services pelayanan wisata, not religion tourism," ujar Taufan.
Tahun 2014 turis muslim yang datang ke Indonesia dan menjajal wisata halal ada 2 juta orang. Negara sebelah, Thailand, tahu gak berapa jumlah turis muslimnya? 6 juta! Thailand gak main-main menangani wisata halalnya. Dan Thailand bukan negara bermayoritas muslim!
Kita -yang luas negaranya edan dan penduduk mayoritas muslim ini- masih tertinggal jauh di belakang Thailand, Australia, dan Jepang. Tiap tahun angka pertumbuhan muslim travelers yang mencari gaya liburan ala Wisata Halal akan bertambah.
Peluang bisnis banget, kan? Dengan mayoritas penduduk mayoritas muslim, tidak sulit untuk Indonesia menembus pasar wisata dunia. Masalahnya mau gak perbaiki infrastrukturnya, mau gak marketing gencar-gencaran di dunia maya?
Saya pernah mendengar cerita teman-teman yang traveling ke Malaysia dan menurut mereka pemandangannya indah tapi lebih memukau panorama di Indonesia. Masalahnya Malaysia rajin banget jualannya. Gesit marketingnya. Satu hal yang menurut saya harus kita tiru dari mereka. Malah harus lebih lagi lah. Iya gak :)
"Waktu saya diminta Pemprov NTB untuk menangani Wisata Halal di Lombok Sumbawa, yang pertama kali saya lakukan adalah pendekatan melalui media, cerita Taufan.
Kita -yang luas negaranya edan dan penduduk mayoritas muslim ini- masih tertinggal jauh di belakang Thailand, Australia, dan Jepang. Tiap tahun angka pertumbuhan muslim travelers yang mencari gaya liburan ala Wisata Halal akan bertambah.
Peluang bisnis banget, kan? Dengan mayoritas penduduk mayoritas muslim, tidak sulit untuk Indonesia menembus pasar wisata dunia. Masalahnya mau gak perbaiki infrastrukturnya, mau gak marketing gencar-gencaran di dunia maya?
Saya pernah mendengar cerita teman-teman yang traveling ke Malaysia dan menurut mereka pemandangannya indah tapi lebih memukau panorama di Indonesia. Masalahnya Malaysia rajin banget jualannya. Gesit marketingnya. Satu hal yang menurut saya harus kita tiru dari mereka. Malah harus lebih lagi lah. Iya gak :)
Wisata Halal di Media Sosial
"Waktu saya diminta Pemprov NTB untuk menangani Wisata Halal di Lombok Sumbawa, yang pertama kali saya lakukan adalah pendekatan melalui media, cerita Taufan.
Taufan secara gencar membenahi fasilitas di Lombok Sumbawa sekaligus melakukan pendekatan ke berbagai media cetak dan media digital.
Pria yang pernah menjadi anak didik Alm. Harry Roesli ini membuat video travel Lombok Sumbawa. Tidak berhenti sampai di situ, Taufan secara intens mendekati pimpinan Garuda Indonesia agar video berdurasi 3 menit tentang Lombok Sumbawa itu tayang pada inflight entertainment maskapainya.
Taufan juga membentuk tim volunteer Wonderful Lombok Sumbawa.
Para relawan ini bekerja di dua lini: offline dan online. Tujuan pertamanya adalah sosialisasi tentang Wisata Halal di Lombok Sumbawa. Berbagai kegiatan dilakukan secara offline, baik mandiri dan dengan bantuan sponsor. Sementara itu tim digital bergerak terus menerus update konten fanpage facebooknya.
Pada intinya para relawan bekerja menyuarakan wisata halal ke masyarakat Indonesia umumnya pada masyarakat muslim dunia pada khususnya. Prinsip Taufan dengan aktifnya tim relawan Wonderful Lombok Sumbawa adalah menguasai media, menguasai digital, memberi respon, dan menembus pasar dunia.
Saat ini relawan Wonderful Lombok Sumbawa sedang mengejar target 1 juta Like di Fanpage Facebooknya. Sekarang baru sampai di angka 102K sih. Masih panjang jalan terentang, ayo dukung mereka dengan like fanpagenya yuk! Nih di Wonderful Lombok Sumbawa.
Lombok Sumbawa tidak berhenti branding sampai di Facebook. Tim volunteer membuat akun Instagram, Twitter, hingga Line dan Youtube. Hashtag #wonderfullomboksumbawa jadi keywordnya.
Pada World Halal Travel Summit (WHTS) 2015 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Indonesia mengirim Lombok Sumbawa sebagai kontingen perwakilan. WHTS adalah event terbesar yang berhubungan dengan industri pariwisata halal skala dunia.
Di WHTS tersebut Lombok Sumbawa menjadi cover story dalam majalah Halal Travel Magazine. Menariknya lagi majalah dengan format e-magz ini tersebar di 130ribu jaringan pelaku industri halal seluruh dunia!
Segala usaha telah dikerahkan, dalam perlombaan World Halal Tourism Award, sistem kemenangan berdasarkan voting. Malaysia sebagai pelanggan the best World Halal Tourism Award di tahun 2015 harus gigit jari. Lombok Sumbawa mendapatkan voting terbanyak, tidak hanya di satu kategori tapi dua kategori: Best world halal tourism destination dan best world halal tourism honeymoon dentination.
Pada World Halal Travel Summit (WHTS) 2015 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Indonesia mengirim Lombok Sumbawa sebagai kontingen perwakilan. WHTS adalah event terbesar yang berhubungan dengan industri pariwisata halal skala dunia.
Di WHTS tersebut Lombok Sumbawa menjadi cover story dalam majalah Halal Travel Magazine. Menariknya lagi majalah dengan format e-magz ini tersebar di 130ribu jaringan pelaku industri halal seluruh dunia!
Segala usaha telah dikerahkan, dalam perlombaan World Halal Tourism Award, sistem kemenangan berdasarkan voting. Malaysia sebagai pelanggan the best World Halal Tourism Award di tahun 2015 harus gigit jari. Lombok Sumbawa mendapatkan voting terbanyak, tidak hanya di satu kategori tapi dua kategori: Best world halal tourism destination dan best world halal tourism honeymoon dentination.
Generasi Pesona Indonesia
Belajar dari formula volunteer Wonderful Lombok Sumbawa, Kemenpar ingin menerapkan hal yang sama di kota-kota lainnya. Membentuk tim sukarelawan yang bekerja secara online dan offline. Mereka ini yang nanti dinamakan Generasi Pesona Indonesia. Disingkat menjadi Gen PI.
GEN PI inilah yang nantinya bersinergi dengan dinas pariwisata daerah dan kementrian pariwisata di tingkat nasional. Fyi, pekerjaan ini bersifat sukarelawan tak dibayar. Artinya bekerja sebagai GEN PI modal utamanya adalah komitmen.
GEN PI inilah yang nantinya bersinergi dengan dinas pariwisata daerah dan kementrian pariwisata di tingkat nasional. Fyi, pekerjaan ini bersifat sukarelawan tak dibayar. Artinya bekerja sebagai GEN PI modal utamanya adalah komitmen.
Kamu tahu Australia.com gak? Fanpage di Facebooknya aktif banget, Likenya aja mencapai 7 juta! Buset banyak. Pesona Indonesia baru 317K :D Basis krunya Australia.com itu volunteer juga. So kenapa enggak kita menerapkan hal yang sama.
Nampaknya Kementrian Pariwisata sudah sadar akan pentingnya digital marketing. Makanya tagline kerja mereka sekarang "digital is personal, digital is global, digital is professional'.
Jadi pada hari itu saya melihat orang-orang dari kementrian membahas jumlah Followers, Likes, Instagram, Fanpage Facebook, Twitter, dan Hashtag. Untuk saya semua itu terdengar revolusinoner di dunia birokrasi yang dalam persepsi saya adalah dunia yang kaku dan tidak mau mengikuti perkembangan zaman.
Hari Sabtu yang lalu adalah pengalaman seru dan berbobot yang saya peroleh dari sebuah instansi pemerintah.
Jadi pada hari itu saya melihat orang-orang dari kementrian membahas jumlah Followers, Likes, Instagram, Fanpage Facebook, Twitter, dan Hashtag. Untuk saya semua itu terdengar revolusinoner di dunia birokrasi yang dalam persepsi saya adalah dunia yang kaku dan tidak mau mengikuti perkembangan zaman.
Hari Sabtu yang lalu adalah pengalaman seru dan berbobot yang saya peroleh dari sebuah instansi pemerintah.
Kalau ingin bergabung di GEN PI kamu bisa kontak Bang Aswi.
Like fanpage resmi Pesona Indonesia di Indonesia.Travel
Teks : Nurul Ulu
Foto: Nurul Ulu
0 komentar:
Posting Komentar