Ini tulisan serial transportasi umum di kota Bandung saya yang kedua. Pada tulisan sebelumnya saya bahas angkot. Baca di How to Naik Angkot di Bandung.
Ikatan batin antara Bis Damri dengan saya sangatlah kuat. Karena waktu saya masih anak sekolahan, dari SD - SMA, tiap liburan sekolah pasti diajak Mamah ke Bandung. Dan selalu tujuannya kalau di Bandung tuh Pasar Baru! Belanja seragam sekolah, buku tulis, dan perlengkapan sekolah lainnya. Kalau ke Pasar Baru saya selalu menumpang Bis Damri.
Ditambah kakek saya penjual daging ayam di Pasar Baru juga. Ya sering lah saya ke Pasar Baru.
Ditambah kakek saya penjual daging ayam di Pasar Baru juga. Ya sering lah saya ke Pasar Baru.
Istilah 'Damri' ini keluar begitu saja dari mulut saya, mengikuti cara orang-orang di sekitar saya menyebutkan. Padahal itu kan bis kota ya, sebut aja bis kota. Tapi orang Bandung mah menyapanya dengan sebutan Damri.
Mau naik apa, Neng?
Naik Damri.
Duduk di dalam Damri, saya pasti ambil posisi dekat jendela. Jendelanya berukuran besar. Damri yang dulu saya kenal adalah Damri tanpa AC. Berhubung penumpang Damri ada banyak sekali bertumpuk-tumpuk tanpa ampun, pengap lah di dalamnya. Wajib buka jendela kalau sedang tidak hujan. Wuuuzzzzz wuuuuzzzzzz anginnya sedap sekali meniup-niup muka saya yang berkeringat :D
Kira-kira baru setahun ini Ridwan Kamil mengganti armada Damri. Entah di kemanakan Damri yang lama. Damri yang baru perawakannya lebih segar dan kursi lebih sedikit. Bisnya sekarang Ber-AC kencang sekali. Dingin banget. Dilarang keras merokok. Ada kursi prioritas khusus ibu-ibu hamil dan manula. Jendelanya tidak bisa dibuka.
Memang sudah saatnya Damri berganti wajah. Bis kota yang sebelumnya sudah sangat mengkhawatirkan. Banyak alas duduk yang patah, jendela yang macet tak bisa dibuka, mesin yang suaranya seperti menangis hahaha lebay deng :D Ya tapi ini tahun 2016. Masa kualitas bis kota seperti tidak mau berubah sejak tahun 60an. Sebenarnya saya gak keberatan sih wajah lama, yang penting kualitasnya baru. Yang merokok dilarang, jendela bisa dibuka tutup, penumpang tidak ditumpuk sampai harus berdesakan.
Ongkos Damri lebih terukur dan jelas dibanding Angkot. Jauh dekat ongkosnya sama Rp 5.000. Kecepatan bisnya ya disesuaikan dengan kemacetan di jalanan. Kalau sedang santai saya naik Damri. Kalau buru-buru, saya pesan Gojek :D
Kalau kamu turis di Bandung dan gaya plesir kamu tipikal backpacker, saya sarankan naik Damri. Kenali transportasi lokal di daerah yang kamu datangi. Sebenarnya asyik juga kok naik Damri dari satu terminal ke terminal yang lai. Memandang Bandung dari dalam Damri tentu saja mengasyikan, karena namanya juga bis ya jadi level pandangan kita ada di atas orang-orang pada umumnya. Bisa lihat bangunan, Alun-alun, taman kota, kantor Walikota, mall, orang-orang yang seliweran, dan masih banyak lagi.
Nih saya kasih tip naik Damri di Bandung!
1. Di manapun kamu berada, di Bandung atau kota lainnya, di dalam Damri atau bukan, tetap waspada dengan barang bawaan ya. Copet mah ada di mana-mana euy.
2. Kalau kamu beralaskan high heels, hati-hati berjalannya, amati pijakannya. Kasihan kalau ada yang keinjek highheelsnya. Kayak saya hahahaa :D
3. Ingat lah untuk selalu memakai deodoran. Karena di Damri peluang kita gelantungan lebih besar dibanding duduknya.
4. Siapkan receh karena ada beberapa pengamen di sudut jalan yang naik ke Damri dan bernyanyi. Pengamen Damri lebih serius lho nyanyinya dibanding pengamen angkot. Pengamatan saya sih begitu.
5. Ongkos jauh dekat Rp 5.000
6. Kalau butuh receh, tuker ke sopir Damri. Banyak banget uang recehnya!
5. Ongkos jauh dekat Rp 5.000
6. Kalau butuh receh, tuker ke sopir Damri. Banyak banget uang recehnya!
Selamat naik Damri! Enjoy the ride! Selamat jalan-jalan di Bandung naik Damri!
Teks : Nurul Ulu
Foto : Nurul Ulu, taken by my smartphone
0 komentar:
Posting Komentar